Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Satu-satunya Perempuan Dihati Suamiku
Satu-satunya Perempuan Dihati Suamiku

Satu-satunya Perempuan Dihati Suamiku

5.0
75 Bab
2.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Bolehkah aku jadi perempuan yang egois, dengan menginginkan untuk menjadi satu-satunya perempuan dihati suamiku? Kurasa jawabannya tentu "BOLEH" karena apa yang kupertahankan sekarang adalah apa yang menjadi milikku. Namun, untuk mempertahankannya sungguh sulit. Ada banyak cobaan yang harus aku lalui, termasuk menyingkirkan Naya dihati suamiku.

Bab 1 Satu

"Yunus ... kalau sekarang aku merestui hubunganmu dengan Naya, apa kamu bersedia menikah dengannya?"

Degh!

Jantung Yumna seolah berhenti sejenak mendengar kata-kata tersebut. Langkahnya yang semula bersemangat menuju restoran untuk menyusul suaminya, tiba-tiba terhenti. Dia merasa seperti ditampar oleh realitas yang tak terduga.

Naya adalah perempuan yang dulunya menjadi calon istri Ustad Yunus melalui proses ta'aruf. Namun, sayangnya, mereka tidak berhasil mendapatkan restu dari kedua orang tua Naya dan membuatnya terpaksa mengakhiri hubungan.

Hal ini terjadi karena Ayah Cakra menganggap Ustad Yunus tidak memenuhi kriteria menantu idamannya, terutama setelah mengetahui bahwa Ustad Yunus bekerja sebagai marbot masjid.

Selain itu, Ayah Cakra juga pernah menghinanya sebagai pria miskin.

Sejak awal, Yumna telah memiliki firasat buruk saat melihat kedatangan Ayah Cakra—pria yang dulunya pernah menjadi calon mertua suaminya. Pria itu datang dengan permintaan untuk berbicara secara empat mata dengan suaminya, dan seketika itu juga, firasat buruk Yumna semakin kuat.

Rasa sakit di dadanya semakin terasa, saat dia melihat ekspresi suaminya. Wajah Ustad Yunus tampak berbunga, meski ada sedikit kejutan di matanya. Yumna memutuskan untuk berdiam diri sejenak, memperhatikan mereka berdua dari kejauhan.

Dia berdiri di sana, hatinya berdebar-debar, menunggu jawaban dari suaminya.

"Menikah dengannya?!"

"Iya, Nus," sahut Ayah Cakra. "Dan aku yakin ... kamu pasti masih sangat mencintai Naya, begitu pun sebaliknya."

Air mata Yumna mulai mengalir. Rasa sakit dan kebingungan melanda hatinya secara bersamaan.

"Tapi Bapak 'kan tau saya sekarang sudah punya istri. Saya juga sudah mengakhiri ta'arufan saya dengan Naya, Pak."

"Itu sama sekali nggak masalah, Nus!" balas Ayah Cakra cepat. "Aku juga nggak akan memintamu untuk menceraikan istrimu. Sekarang yang perlu kamu lakukan hanya menjadikan Naya istri keduanya."

Kedua mata Yumna sontak membulat. Dia terkejut bukan main, mendengar permintaan konyol itu.

Tidak ada perempuan di luar sana yang rela menjadi bagian dari poligami. Begitu pun dengan Yumna.

Rasa takut tiba-tiba melanda diri Yumna, karena dia menyadari bahwa suaminya mungkin akan menuruti permintaan tersebut. Dia bisa merasakan bahwa Ustad Yunus masih menyimpan perasaan terhadap Naya, dan itu membuatnya semakin terluka. Dengan keberanian yang dia miliki, Yumna langsung melangkah mendekati mereka.

"Aku nggak mau dimadu, Mas!" teriak Yumna dengan suara yang penuh emosi, mencerminkan ketegasan dan keberanian hatinya.

Ustad Yunus dan pria di depannya itu terkejut dan segera berdiri dari tempat duduk mereka.

"Tolong jangan lakukan itu, Mas! Aku mohon..." tambah Yumna dengan air mata yang semakin deras.

"Dek... bagaimana kamu bisa ada di sini?" Ustad Yunus mendekatinya dengan cepat.

"Mas nggak perlu tahu bagaimana aku bisa ada di sini! Intinya, aku nggak ingin menjadi istri yang kedua! Aku ingin menjadi satu-satunya istri Mas!" tegas Yumna sambil memeluk tubuh Ustad Yunus.

'Ah sial!! Kenapa coba istrinya si Yunus pakai acara samperin ke sini?! Bisa gagal kalau begini ceritanya!' Ayah Cakra menggerutu dalam hati, sambil menggertakkan giginya.

"Ayo, cepat katakan kepada Ayah Naya bahwa saya tidak ingin berpoligami. Saya hanya ingin menjadi suami satu-satunya!" Yumna memohon dengan suara lantang, suaranya penuh keputusasaan.

"Tapi, Dek, saya—"

"Dih, Mas... jadi Mas ingin berpoligami, ya?" potong Yumna, lalu langsung mendongakkan wajahnya, menatap sendu sang suami dengan air mata yang masih berlinang. "Mas kok tega sih sama aku? Katanya Mas mencintaiku, apa rasa cinta Mas sekarang berkurang, ya? Hikkssss ... Mas jahat!!" tambahnya berteriak, tapi Yumna makin mempererat pelukan.

"Bukan, Dek! Bukan begitu maksud saya," balas Ustad Yunus seraya mengelus punggung sang istri untuk mencoba menenangkannya. Kemudian dia menatap kembali ke arah Ayah Cakra yang sedari tadi diam ditempat. "Maaf, Pak, saya nggak bisa. Nggak bisa menuruti permintaan Bapak. Dan kalau begitu ... saya permisi pamit pulang duluan sama istri saya. tambah Ustad Yunus.

Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Ustad Yunus sudah lebih dulu pergi dari sana bersama Yumna.

Karena tangis perempuan itu semakin kencang, hal itu menjadi tidak nyaman bagi pengunjung lain. Ustad Yunus tentunya tidak ingin menciptakan keributan di tempat orang.

***

"Deeekk ... udahan nangisnya."

Selama dalam perjalanan pulang menaiki mobil taksi, Yumna terus menerus menangis.

Diminta berhenti oleh Ustad Yunus pun nyatanya dia seolah tak mendengar. Jadi pria itu merasa bingung sendiri harus berbuat apa.

Dan disisi lain, seketika saja Ustad Yunus jadi mengingat momen pertemuannya tadi dengan Ayah Cakra.

Aneh sekali rasanya, mengapa pria itu tiba-tiba memintanya untuk menikahi Naya. Apalagi sampai menjadikannya istri kedua?

'Apa ada sesuatu yang terjadi sama Naya, ya?' batinnya berpikir.

Sepertinya tidak mungkin pria itu melakukan hal semacam itu jika tidak ada penyebabnya. Ustad Yunus pun tahu betul, bagaimana Ayah Cakra yang dulunya tidak menyukainya.

'Ah semoga saja nggak ada apa-apa. Ya Allah ... tolong lindungi Naya. Kalau misalkan dia sedang sakit tolong sembuhkan lah. Naya adalah perempuan yang sangat baik. Aku akan ikut bersedih jika melihatnya sakit,' batinnya berdo'a.

*

"Udahan, Dek, nangisnya. Ini sudah sampai rumah ... nggak enak kalau Umi tau," tegur Ustad Yunus dengan lembut, saat tak terasa akhirnya mobil taksi yang mereka tunggani berhenti di depan rumah.

'Memang kenapa kalau Umi tau?! Apa Mas takut?' batinnya kesal.

Setelah membayar ongkos taksi, Ustad Yunus lantas mengajak istrinya masuk ke dalam rumah. Dan bertepatan sekali dengan Umi Mae yang baru saja keluar dari dapur.

"Ehhh ... ternyata kalian pergi berdua? Umi kira ke mana. Tapi kenapa nggak pamit dulu?"

Saat Yumna berhasil menyusul Ustad Yunus, perempuan itu memang tidak pamit kepadanya. Jadi wajar Umi Mae bertanya demikian.

"Iya, Umi, Maaf," jawab Ustad Yunus. "Eemmm ... Kalau begitu aku sama Dek Yumna masuk dulu ke kamar, ya? Ini juga sudah mau Magrib."

"Ya udah. Tapi itu Yumna nggak kenapa-kenapa, kan, Nus?? Kok kayak nangis?" tanya Umi Mae yang memerhatikan menantunya.

Perempuan itu masih bersembunyi dibalik kaos suaminya. Pelukannya pun masih belum terlepas sama sekali.

"Dek Yumna hanya sedang salah paham padaku, Umi. Biar aku jelaskan padanya. Kami mau masuk dulu ke kamar, ya?"

"Ya udah sana." Umi Mae langsung mengelus rambut menantunya, kemudian membiarkannya masuk bersama sang anak. "Apa mereka ada masalah? Tapi semoga sih benar apa yang dikatakan Yunus benar ... itu hanya salah paham. Dan kira-kira ... Apa, ya, yang sempat Ayahnya Naya obrolkan dengan Yunus? Apa itu sesuatu yang penting?" Monolognya penasaran.

Umi Mae lantas berlalu keluar dari rumah, hendak menuju ke warungnya sebab ingin dia tutup.

"Sekarang kamu mandi, Dek, biar kita bisa sholat Magrib bareng," titah Ustad Yunus saat keduanya duduk di atas kasur.

Perlahan, kemudian akhirnya Yumna melepaskan pelukannya.

"Bukannya tadi pas Mas bilang sama Umi, kalau Mas mau jelaskan padaku, supaya nggak salah paham? Kok nggak langsung menjelaskan sekarang sih, Mas?" tanya Yumna menagih. Kedua tangannya itu langsung mengusap kedua pipinya yang basah.

##

Hallooo ... selamat datang di novel keduaku di Bakisah. Jangan lupa masukkan ke dalam rak dan kasih ulasan terbaik bintang 5.

Komentarnya jangan lupa, biar nggak jadi pembaca ghoib. Hehehehe...

Follow juga Intagraam-ku @rossy_dildara

Karena ada banyak visual dan info lainnya di sana.

Terima kasih ◉‿◉

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 75 75. Nyesel aku jadinya   Kemarin19:39
img
1 Bab 1 Satu
18/02/2024
2 Bab 2 Dua
18/02/2024
3 Bab 3 Tiga
18/02/2024
4 Bab 4 Empat
18/02/2024
5 Bab 5 Lima
18/02/2024
6 Bab 6 Enam
18/02/2024
7 Bab 7 Tujuh
18/02/2024
8 Bab 8 Delapan
18/02/2024
9 Bab 9 Sembilan
18/02/2024
10 Bab 10 Sepuluh
18/02/2024
11 Bab 11 Sebelas
18/02/2024
12 Bab 12 Dua Belas
18/02/2024
13 Bab 13 Tiga Belas
18/02/2024
14 Bab 14 Empat Belas
18/02/2024
15 Bab 15 Lima Belas
18/02/2024
16 Bab 16 Enam Belas
18/02/2024
17 Bab 17 Tujuh Belas
18/02/2024
18 Bab 18 Delapan Belas
18/02/2024
19 Bab 19 Sembilan Belas
18/02/2024
20 Bab 20 Dua Puluh
18/02/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY