Setelah Arshella berhasil mendapatkan Dion seutuhnya, kehadiran sosok pria dari masa lalunya justru menjadi tantangan terbesarnya. Situasipun rumit saat pria itu kini mengaku bahwa dialah ayah dari anaknya.
Setelah Arshella berhasil mendapatkan Dion seutuhnya, kehadiran sosok pria dari masa lalunya justru menjadi tantangan terbesarnya. Situasipun rumit saat pria itu kini mengaku bahwa dialah ayah dari anaknya.
Fyuh ...
"Akhirnya masalah selesai," gumam Shella sembari membuang napas panjangnya.
Ya! Hari ini terasa begitu melegakan baginya setelah menemani serangkaian sidang perceraian suami dengan istri sebelumnya sampai mereka resmi bercerai dan Shella menjadi istri Dion satu-satunya.
Ting tong!!
Suara bel pintu yang terdengar sampai ke ruang tengah, berhasil membuat Shella mengerjap kala ia tengah asyik bermain dengan putru kecilnya.
"Mbok!? Tolong bukakan pintu, sepertinya ada tamu," teriak Shella berusaha memanggil asisten rumah tangganya. Lalu ia kembali menemani Arshetta menempel-nempelkan beberpa puzle bergambar.
Beberapa menit berlalu, tiba-tiba bel tersebut kembali terdengar membuat Shella kembali mengerjap.
"Mbok Yem ke mana ya?" gumamnya, ia pun melihat anak perempuannya yang masih asyik memainkan beberapa mainan lainnya, "Sayang, Mama ke depan dulu ya! Shetta tunggu di sini dan jangan ke mana-mana."
Arshetta pun mengangkat kepalanya kemudian menjawab, "Iya, Ma."
"Anak pintar!"
Tanpa menunggu lama lagi, Shella lantas bangkit dari duduknya dan bergegas menuju pintu utama.
Dalam hati ia menduga-duga siapa seseorang di balik pintu tersebut.
Ceklek!
Ketika pintu terbuka, seketika saja kedua mata wanita itu terbelalak dengan kening yang mengerut.
Tampak seorang lelaki bertubuh tinggi berpakaian rapi tengah membelakanginya.
"Maaf, cari siapa ya?" tanya Shella bernada sopan.
Lelaki itupun membalikkan tubuhnya sembari menampakkan senyuman lebarnya. Seketika saja membuat Shella terkejut bukan main.
"Selamat siang! Long time no see, Nyonya Arshella!"
Deg!
Shella tampak shock, kedua bola matanya membulat sempurna, tubuhnya terasa kaku bahkan tak dapat bergerak sedikitpun.
Ya! Wanita itu tentu saja merasa terkejut dengan kehadiran lelaki yang dahulu menghantui bahkan sempat mengancamnya.
Dengan suara yang terdengar bergetar karena rasa takut yang menyelimuti, Shella pun berkata, "M-mau apa lagi kamu ke sini, Hans!? Bukankah sudah kukatakan untuk tidak menemuiku lagi!?"
Mendengar ucapan Shella yang seakan-akan merasa terganggu, membuat Hans berdecih sembari memutar bola matanya.
"Hmm, kupikir kau sudah melupakanku. Ternyata belum," ucap lelaki itu bernada menyinggung, "Yah ... mana mungkin kau lupa padaku bukan? Seorang pria yang-"
"Cukup! Jaga perkataanmu dan tolong tinggalkan tempat ini!"
Shella berusaha menghentikan perkataan Hans yang tak ingin ia dengar dalam bentuk apapun terkait kejadian masa lalunya.
Dengan raut wajah yang tampak memerah bak kepiting rebus, bahkan wanita itu sesekali mengedarkan pandangannya takut-takut seseorang melihat dirinya dan menguping pembicaraan tersebut.
Sedangkan Hans, lelaki itu terlihat bersikap tenang seolah tak ada yang harus ia khawatirkan.
Hans pun berdecih dengan senyuman sinis yang tiba-tiba menampak.
"Astaga ... kau masih saja menyangkal, tapi tidak apa. Aku berkunjung ke sini hanya ingin bertemu dengan anakku," jelas Hans, "Di mana dia?"
"Berhenti mengada-ngada, dia bukan anakmu!" elak Shella menekankan.
Ya! Alih-alih menjawab dan bersikap baik terhadap tamunya, Shella justru berlagak arogan, seakan-akan ia sangat benci melihat lelaki itu menemui dirinya.
Ucapan Shella pun berhasil membuat kesabaran Hans terkuras habis, ia datang dengan senyuman namun tak disangka ia disambut dengan sikap dan perilaku Shella yang kasar.
Di tengah-tengah suasana yang semakin panas tersebut tiba-tiba terdengar suara anak kecil dari dalam rumah tersebut.
"Ma!? Mama di mana!?" Lalu beberapa detik kemudian muncul seorang gadis kecil memeluk paha Shella dari belakang.
Hal itu jelas membuat Shella terkejut bukan main, kenapa Arshetta tiba-tiba saja muncul?
Perasaan Shella kini terasa campur aduk, ia tentu tak ingin putri kecilnya bertemu dengan Hans.
Akan tetapi meskipun begitu, tampaknya Hans terlihat senang, bibirnya menyeringai dengan indah kala ia bertemu dengan Arshetta, gadis kecil berusia 5 tahun tersebut.
"Hallo, anak manis! Senang bertemu-"
"Shetta, Mama 'kan sudah bilang kamu tunggu di dalam saja," ujar Shella lekas berjongkok dan menatap putrinya sembari memegangi kedua tangannya.
"Tapi ... Mama lama sekali, Shetta jadi takut," jawab Arshetta dengan mimik wajah ketakutan.
Betul! Wanita itu kentara sekali berusaha membuat anaknya agar tidak bertegur sapa dengan Hans.
Hal itu semakin membuat Hans geram, namun tak dapat dipungkiri, ia terus berusaha mengendalikan sikapnya dan berperilaku baik di depan gadis kecil itu.
Untuk apa lagi? Hans jelas tidak ingin menciptakan kesan buruk saat pertemuan dengan Arshetta untuk kali pertama.
Sementara itu Shella, ia kini semakin gugup dan panik. Lalu tanpa berpikir panjang ia kembali bangkit dan menatap Hans dengan tatapan tajam seakan-akan kemarahan telah menguasainya.
"Maaf, sepertinya kamu harus pergi," ucapnya ketus, lalu mengalihkan pandangannya mengarah pada Arshetta, "Ayo, Sayang. Kita main lagi di dalam."
Belum sempat Hans berkomentar, Shella telah lebih dahulu menutup pintu tersebut bahkan sebelum ia memberi kesempatan padanya untuk berbicara lebih banyak.
Hans tetap diam dengan pandangan kosong, tubuhnya seakan-akan kaku, terpaku dengan perkataan Shella yang tetap saja menolak kehadirannya.
Hingga beberapa detik berlalu sampai akhirnya Hans mendengkus kesal sembari menampakkan senyuman sinisnya.
"Tch!"
Hans membalikkan tubuhnya, lalu bertolak pinggang menatap sekeliling.
Sungguh! Ia tak bisa berkata apapun untuk sekadar melampiaskan kekesalannya, niatannya untuk melihat gadis kecil yang selalu ia rindukan rupanya tak membuahkan hasil.
Yang ia dapat hanya cacian dan ancaman dari Shella.
Lalu pandangannya beralih pada paper bag yang sedari tadi ia pegangi tanpa sempat memberikannya kepada Arshetta.
"Aish!! Aku sampai lupa memberikan ini," gumamnya bernada lemah.
Hans kembali menatap pintu yang sudah tertutup rapat tersebut dan berpikir sejenak.
Tetapi semua percuma saja, jika ia kembali mengetuk pintu tersebut berniat untuk memberikan hadiah itu, bukan hal aneh jika Shella menolaknya bahkan mungkin saja wanita itu membuangnya tepat di depan Hans.
Hans pun menggeleng-gelengkan kepalanya kala ia membayangkan hal itu, "Tidak, sepertinya itu bukan ide yang bagus!"
Lelaki itupun berjalan satu langkah dan berjongkok, lalu meletakkan paper bag tersebut tepat di samping pintu bersama dengan langkah kakinya meninggalkan rumah itu.
***
"Bagaimana ini? Kupikir dia tidak akan kembali ke dalam hidupku lagi," gumam Shella dalam hati.
Tentu, setelah ia mengusir Hans dengan bersikap kasar, rupa-rupanya masalah tak berhenti sampai di situ. Pikiran Shella kini terasa kalut memikirkan suatu hal bahkan telah ia kubur dalam-dalam.
Kedua matanya fokus memerhatikan Arshetta yang tengah asyik mewarnai buku bergambar, namun tidak dengan pikirannya.
"Bagus gak, Ma?" tanya Arshetta sembari mengangkat gambar yang telah selesai ia warnai.
Tetapi ibunya tidak menjawab pertanyaan anak itu dan hanya terdiam.
"Ma?"
Satu panggilan dari Arshetta tak lantas membuat Shella menoleh, wanita itu tampak melamun kala ia kembali menemani Arshetta bermain di ruang tengah.
"Ma??" Arshetta kembali berusaha memanggil ibunya, namun kali ini ia menaikkan nada bicaranya hingga berhasil membuat Shella mengerjap terkejut.
"Y-ya!?" sahut Shella mendelikkan matanya, "A-ada apa, Sayang?"
Shella tampak ketar ketir, menunjukkan gelagat aneh sehingga membuat Arshetta sedikit merasa heran dengan tingkah laku ibunya sendiri.
Arshetta pun kini terlihat kesal, karena baru kali ini ia merasa diabaikan oleh ibunya.
Sedangkan Shella yang telah menyadari sikap anaknya pun merasa sedih dan menyesal, bisa-bisanya ia terhanyut dalam lamunannya sendiri.
Di tengah-tengah itu, dering ponsel lantas membuat perhatiannya kembali teralihkan. Shella pun melihat layar ponsel yang memperlihatkan deretan angka yang berjejer, tentu ia tidak mengenali sang penelepon tersebut.
"Tunggu sebentar ya, Nak!" ujarnya lalu meraih ponsel itu dan kemudian menekan tombol hijau.
Detik berikutnya Shella tampak terdiam, dengan kedua mata terbuka lebar kala ia berbicara dengan sang penelepon.
Memiliki kekasih tampan dan kaya raya tidaklah mudah, akan banyak sekali rintangan yang dihadapi. Seperti yang dialami oleh sekretaris cantik bernama Yasmin Andara, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dia harus menjauhi kekasihnya yang merupakan atasan sekaligus CEO perusahaan tempatnya bekerja. Apa yang sebenarnya terjadi ada hubungan keduanya? Lantas apakah mereka bisa melewatinya? Atau bahkan hubungannya akan kandas begitu saja?
Harta, tahta dan segalanya akan diberikan secara cuma-cuma, asalkan harus menikahi dan menjadi ayah pengganti untuk bayi yang bahkan bukan anak kandungnya. Sanggupkah Indra melakukan itu?
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Aku, Sonia, seorang wanita berusia 23 tahun, terjebak dalam masalah keuangan yang parah akibat hutang pengobatan anakku yang mengidap Thalassemia dan harus menjalani perawatan medis yang sangat mahal dan berkelanjutan. Hidupku yang penuh kesulitan berubah drastis ketika aku bekerja dengan Mr. Wei, seorang CEO sukses berusia 45 tahun. Di tengah kemelut keuangan dan tekanan emosional, aku menemukan pelarian dalam pelukan Mr. Wei. Kehangatan dan dukungan yang dia berikan membuatku merasa dihargai dan dicintai, sesuatu yang telah lama hilang dalam pernikahanku. Namun, kebahagiaan kami tidak lepas dari konflik; suamiku mulai curiga dan berbagai rintangan muncul, menguji keteguhan hati kami. Cerita ini menggambarkan dinamika cinta yang penuh gairah dan sakit hati, pengkhianatan yang menyakitkan, serta pencarian jati diri dan pengampunan. Dengan latar belakang kehidupan kami yang kontras, aku dan Mr. Wei harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dan mempertanyakan nilai-nilai yang kami anut. Akankah cinta kami mampu mengatasi semua rintangan? atau akankah kami terperangkap dalam lingkaran drama dan penderitaan?
Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY