Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Hasrat Membara Bos Baruku
Hasrat Membara Bos Baruku

Hasrat Membara Bos Baruku

5.0
26 Bab
7.7K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Warning 21+ (Mature content) Chika adalah seorang gadis yang baru saja direkrut untuk bekerja sebagai asisten untuk seorang penulis novel romantis terkenal bernama Jack Jeagerjaques. Tetapi siapa sangka kesan pertama pertemuan mereka diluar dugaan, karena Chika mendapati bos barunya sedang bercinta dengan seorang wanita di dapur. Kejadian itu menjadi cikal bakal bagi Chika menandai Jack sebagai seorang pria mesum yang haus belaian. Dia terancam akan menjadi mangsa selanjutnya jika saja Chika tidak berhati-hati dan waspada terhadap pesona maskulin yang Jack miliki. To : Chichi My love, My life, My Inspiration.

Bab 1 Mempergoki Bosku yang sedang Bercinta

Aku pikir aku sudah mengalami banyak hal aneh di dalam hidup. Aku pikir aku sudah mengalami hal traumatis yang tidak akan pernah dialami oleh seorang asisten penulis mana pun. Aku pikir hidupku sudah buruk sejak bekerja bersamanya, tetapi aku salah.

Justru ada yang lebih ekstrim lagi.

Shit!

Aku hanya bisa berdiri di posisiku, dengan seluruh tubuh yang terasa kaku dan mati rasa. Kedua mata terbelalak, mulut ternganga dengan jantung yang berpacu keras ketika aku tanpa penghalang apa pun menyaksikan seluruh rangkaian adegan di depan mata. Di sana, di meja dapur yang polos tak bernyawa seorang pria tampan dengan rambut hitam sekelam malamnya bergerak secara erotis, dan terengah-engah. Pria itu sibuk meniduri seorang wanita seksi yang entah siapa, dan mereka berdua berpacu dalam kenikmatan tanpa sedikit pun menyadari adanya aku disana sebagai saksi atas perbuatan asusila yang mereka buat.

Mulanya aku pikir aku sedang bermimpi saat itu, aku sangat ingin mempercayai bahwa adegan yang terjadi di depanku saat itu hanyalah sebuah adegan bullshit yang biasanya ditampilkan dalam adegan film porno. Tetapi ternyata tidak. Sekeras apa pun aku menampar pipiku sendiri, ini terlalu nyata. Segalanya sangat nyata hingga aku menyadari itu adalah realita ketika …

“Ahhh! Sayang … kau sangat besar! Ahhh … aku keluar sayang! ahhh … Jack!”

Apa dia baru saja menyebut nama Jack?

Sekeras teriakan wanita itu, tubuhnya mengejang dan tampaknya dia benar-benar keluar. Disusul pula dengan pria tampan yang berada diatasnya. Mataku nyaris tidak berkedip dan malah fokus terhadap ekspresi yang pria itu buat. Untuk pertama kalinya sepanjang hidupku yang kacau balau, aku terpesona. Laki-laki yang sedang mengalami nirwana terbaiknya itu memejamkan kedua mata dengan ekspresi wajah yang dipenuhi oleh kepuasan dan juga kenikmatan yang selaras. Mulutnya terbuka sebagian dalam erangan tanpa suara dengan punggung yang melengkung tatkala butiran-butiran keringat mengucur dari keningnya, lehernya yang panjang dan tubuhnya yang ramping adalah maha karya luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sama sekali untuk aku lihat. Ekspresi wajahnya begitu intens, penuh nafsu, dan menggoda sehingga aku merasa diriku semakin merasa tersakiti dan—

“Apa-apaan ini?!”

Dalam sekejap film porno yang terputar di depanku terhenti seketika. Laki-laki seksi berambut biru tua dan si wanita cantik itu segera memisahkan dirinya satu sama lain, saling menjauh dan menjatuhkan tatapannya kepadaku karena barangkali mereka terlalu kaget dengan keberadaanku yang sama sekali tidak diundang dalam acara mereka.

Shit! Aku tidak bermaksud berteriak seperti itu, aku bahkan tidak bermaksud untuk mengganggu kebersamaan mereka. Hanya saja melihat dia yang—ahh! Sudahlah, aku tidak tahu lagi apa yang aku rasakan sekarang.

Aku tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri disana seperti orang idiot yang tersipu malu lantaran menangkap basah mereka berdua yang sedang bercinta. Aku hanya sanggup menatap mereka dengan ekspresi ngeri ketika keduanya menatap balik padaku dengan tatapan yang menegaskan bahwa mereka tampaknya sama sekali tidak menginginkan kehadiranku di ruangan tersebut.

“Oh, ya ampun dia terlihat manis,” kata si wanita berambut pirang yang bergerak tanpa rasa malu sedikit pun. “Jadi, dia kah asisten barumu itu?”

Si pria berambut biru hanya menyeringai. “Ya, kurasa memang dia.”

Holy motherfucker …

Aku mengutuk diriku sendiri begitu melihat seringai dari si pria tampan yang entah sejak kapan sudah mengenakan celananya.

“Pak Jeagerjaques?” tanyaku agak takut.

Sial tolong jangan bilang kalau dia—

“Jangan panggil aku dengan nama itu, panggil saja aku dengan nama Jack.”

Ah sial! aku baru saja memergoki bos baruku berhubungan seks dan yang paling mengerikan adalah aku terpana dan merasa basah padahal apa yang mereka lakukan adalah tindakan yang tidak bermoral!

Bisa dibilang itu adalah waktu yang cukup panjang meski singkat. Aku berdiri disana bak orang bodoh apalagi memikirkan pria yang setengah telanjang disana akan menjadi bos baruku adalah hal yang harus aku terima saat ini juga. Tetapi kenapa harus aku? Kenapa aku yang dipilih Bu Yona untuk bekerja pada si dewa mesum ini?

Si wanita yang menjadi pasangan main bosku lantas tersenyum dengan cara yang menggoda, dia berbalik untuk menghadap ke arahku. Untungnya, meja tersebut berhasil menutupi bagian bawah tubuhnya walaupun bagian atasnya seolah memang dia sengaja pamerkan kepadaku seolah ingin beradu karena milikku tidak sebesar milik perempuan itu.

Shit.

Aku pikir aku akan muntah sekarang juga.

Aku segera menundukan kepala dan memusatkan pandanganku ke lantai. “Sebaiknya Anda berpakaian, Miss,” kataku setengah meminta maaf, entahlah seharusnya bukan aku yang merasa malu sekarang melainkan dia.

“Ha, jangan khawatir soal itu, aku tidak masalah bila tubuhku dipandangi siapa pun. Lagipula kita sama-sama perempuan,” katanya enteng.

“Sepertinya maksudmu kau berharap gadis itu menikmati tontonan gratis yang baru saja kita lalui,” sahut si monster berambut hitam itu dengan nada bicara yang menggoda. “Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa masuk ke dalam begitu saja, manis?”

“Aku menekan bel pintu tetapi karena pintunya sedikit terbuka dan mendengar suara-suara aneh jadinya aku tanpa sadar sudah masuk ke dalam,” jawabku jujur berusaha sekuat tenaga agar tidak terdengar gagap.

“Ah, kurasa kau lupa mengunci pintumu lagi,” sahut si wanita pada Jack.

“Salah siapa aku lupa hm? Jika saja kau tidak menghisap penisku ketika kita masuk ke dalam aku pasti ingat,” timpal bos baruku dengan enteng dan tak tahu malu padahal apa yang baru saja dia katakan langsung membuatku shock bukan kepalang. Jawaban yang dia ujarkan barusan hanya menambah rasa canggungku saja berada di tempat ini. Bagaimana bisa dia mengatakan hal semacam itu dengan begitu mudah? Dia bicara seolah itu seperti sebuah kalimat basa-basi macam apa kabar dan lain sebagainya dan bukan hal-hal yang menjurus pada obrolan seksual.

Si wanita berambut pirang hanya terkikik lalu bergerak dari posisinya. Dia melangkahkan kaki memberi aku dan si bos baruku itu ruang. “Aku mau mandi dulu!” katanya sebelum pergi.

“Langsung pergi setelah selesai,” sahut bos baruku sambil berteriak.

Jadi kini hanya ada kami berdua. Pria tampan setengah telanjang, dengan badan yang berkilat oleh keringat. Dia menatapku lekat-lekat seolah aku barang langka yang tidak ada di mana pun di dunia. Aku tahu bahwa dia sedang menatapku lantaran aku sempat meliriknya sekilas dan sialnya hal tersebut membuat jantungku berdebar kencang. Aku menggigil seolah aku adalah mangsa yang siap dia terkam kapan saja. Tapi mengapa efeknya harus sedahsyat ini sih?

Sial, ini sama sekali tidak bagus, baik untuk jantungnya maupun untuk hatinya.

“Hai,” sapanya.

Aku menelan ludah dengan penuh antisipasi. “Y-ya?”

“Kau bergairah ya?”

“Maaf?”

“Kurasa bagian dibawah sana sudah sangat lembab,”

Oh sial!

Aku berbalik dari sana secepat kilat, setengah berlari mencapai pintu masuk. Sungguh, aku sangat merasa terhina atas ini semua. Aku tidak sudi bekerja dengan orang seperti itu. Bajingan sombong yang seolah bisa menaklukan seribu wanita dibawah tangannya. Aku tahu, kalau yang tadi cukup mematik gairahku, tapi bukan seperti ini juga! aku tidak mau tertangkap basah dan ah! Semua ini menyebalkan.

Dengan wajah yang masih memerah, dan badan yang gemetar, aku keluar dari sana. Menulikan pendengaran dan juga bersikap seolah aku transparan. Aku tidak peduli pada apa yang akan Bu Yona katakan, yang jelas aku tidak mau bekerja dengan orang cabul itu sama sekali. Dengan napas yang bak dikejar binatang buas, tiba-tiba ponselku berbunyi. Sambil mengerang aku mengeluarkan benda itu dari tas tanganku dan dengan berat hati mengangkat panggilan tersebut. “Ya?”

“Hei, Chika. Apa kau sudah bertemu dengan Jack?” suara Bu Yona yang feminim tetapi serak langsung bergema melalui benda kecil itu.

“Ya, aku sudah bertemu dia,” jawabku kaku.

“Bagus, kau tahu aku lupa memperingatkanmu bahwa dia orang yang sedikit yah, kau tahu. Aku harap kau bisa sabar saja menghadapinya dan—”

“Aku tidak mau bekerja untuk dia, Bu Yona,” potongku cepat dan berusaha berterus terang agar tidak ada drama yang tidak perlu untuk hal ini.

“Ha? Kenapa? Apa yang terjadi? Apakah pertemuan pertama kalian tidak berjalan lancar?” sahut perempuan itu dibalik telepon.

“Ya, dan tidak hanya itu aku bahkan menyaksikan dia sedang bercinta dengan seorang perempuan di atas meja dapurnya,” jelasku tanpa merasa perlu menyembunyikan nama baik pria yang beberapa saat lalu nyaris akan menjadi bosku. Aku benar-benar merasa terhina dan marah jika mengingat kejadian itu. “Bisa Bu Yona bayangkan? Aku benar-benar tidak habis pikir bahwa akan menyaksikan hal mengerikan seperti itu seumur hidupku! Aku tidak peduli apapun lagi, pokoknya aku tidak mau bekerja untuknya. Persetan dia terkenal atau penulis nomor satu di dunia, aku tidak mau tahu!”

“Tenanglah Chika, kau tidak bisa berhenti begitu saja,”

“Aku bisa!”

“Dengar, hanya kau yang bisa bekerja dengannya saat ini, kau tidak bisa memutuskan untuk berhenti begitu saja saat kontrak sudah kau tanda tangani.” Bu Yona tampak terdengar panik sekarang.

“Sudah aku bilang aku tidak mau, aku lebih memilih bekerja untuk penulis lain, misal Belladona.”

“Dia sedang hiatus dan berada di luar negeri dan kau juga tahu itu.”

“Kalau begitu akum au menunggu dia saja.”

“Chika! Oh ayolah aku mohon.”

“Aku sudah memutuskannya, pokoknya aku tidak mau bekerja untuk Pak Jeagerjaques. Tidak terima kasih,” ujarku sambil menutup telepon genggamku dan mematikannya. Sebelum aku segera menarik pedal gas dan membawa mobil kesayanganku lari dari parkiran apartment tersebut menuju ke jalanan yang sibuk. Berkat hal ini aku merasa makin lelah dan stress.

Oh sungguh hari yang luar biasa.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY