/0/17942/coverbig.jpg?v=4255c0d8a6050535e43b6f59d793e68a)
Ganis seorang gadis miskin yang bekerja di kedai minuman saat malam hari demi menghindari ayah tirinya yang mesum. Ia pun bersahabat dengan Marco dan kemudian jatuh cinta pada kakaknya yang sangat dewasa dan juga telah mapan. Semua hal menjadi rumit ketika Marco menyatakan perasaan padanya dan kakak Marco ternyata telah bertunangan.
Suasana duka begitu kental terasa. Seorang gadis muda masih terisak tak jauh dari makam. Ia tak peduli gerimis membasahi tubuhnya. Di sekitar makam pendeta baru saja mengakhiri doanya. Semua membubarkan diri dalam keheningan. Seseorang pria berhenti di depan gadis itu. Matanya menatap penuh kebencian. Para pengikutnya ikut berhenti waspada di belakangnya.
"Kau masih di sini? Rupanya kita harus bicara. Bawa dia ke mobilku!" perintah pria itu dengan suara dingin dan sinis.
"Hentikan! kalian mau apa? apa salahku," teriak gadis itu berusaha melepaskan diri ketika dua orang pengikut pria itu memeganginya dan membawanya mengikuti pria itu
"Diamlah!" bentak salah satu pria itu. Gadis itu akhirnya berhenti mencoba melawan.
Gadis itu didorong masuk ke dalam jok belakang sebuah mobil mewah. Tak lama kemudian pria yang memberi perintah itu pun masuk ke bangku pengemudi. Seorang teman wanitanya akan ikut masuk tapi ia segera mencegahnya.
"Biarkan aku sendiri!" ucap pria itu muram.
"Aku akan menemanimu hari Ini Ramon," ucap wanita berambut coklat itu dengan nada suara begitu lembut dan penuh permohonan.
"Sofia aku sungguh tak apa-apa," kata pria itu melepaskan kaca matanya. Tampak mata indah hazelnya yang sembap.
"Kenapa kau malah memasukkan gadis itu ke mobil ini?" tanya wanita yang bernama Sofia melirik gadis yang kini duduk diam di jok belakang dengan wajah ingin tahu.
"Aku ingin mengintrogasinya. Bagaimanapun dialah yang terakhir kali bersama adikku sebelum kecelakaan terjadi," ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya. Kesedihan membayang di wajah tampannya.
"Aku harap kau cepat melepaskannya setelah kau selesai. Kalau kau mencurigainya kau bisa langsung serahkan ke kantor polisi. Kau tak perlu mengotori tanganmu," ujar Sofia memandang pria itu dengan prihatin. Hilang sudah wajah garang dan aura ketegasanya. Maklum ia baru saja kehilangan Marco, adik yang sangat disayanginya.
Pria itu hanya mendengus dan berkata,
"Ini urusan pribadiku. Biar aku selesaikan sendiri," serunya kini dengan sudut bibir berkedut. Dalam matanya ada kilatan api amarah yang begitu besar.
"Ramon sebenarnya aku ingin berada di sisimu saat ini tapi kurasa kau butuh ruang. Hubungi aku kalau kau butuh sesuatu," seru wanita bermata coklat terang itu mendaratkan kecupan bibir pada pria berdarah latin-Indonesia itu.
Ramon hanya mengangguk pada wanita yang baru beberapa bulan lalu telah menjadi tunangannya itu. Ramon memberikan isyarat pada mobil di belakangnya agar segera kembali ke markas sementara ia melajukan mobilnya dengan cepat menuju suatu tempat.
Beberapa saat kemudian Ramon mematikan mesin mobilnya di depan sebuah Bungalow. Pria berbadan tinggi dan tegap itu segera membuka pintu belakang dengan kasar begitu turun dari mobil.
"Keluar kau gadis binal!" teriak Ramon mencondongkan tubuhnya dan meraih tangan Gadis itu dengan keras.
"Aku bisa turun sendiri," kata gadis muda itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Ramon. Pria itu tak menggubris ucapannya. Ia langsung menyeret gadis itu memasuki pelataran Bungalow.
Seorang pelayan berlari tergopoh-gopoh. Ia segera membukakan pintu untuk tuanya yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan.
"Aku akan menginap!" teriak Ramon pada pelayan tanpa melepaskan gadis itu.
Sampai di ruang tamu Ramon langsung menghempaskan gadis itu ke sebuah sofa panjang. Gadis itu terkesiap menatap sinar kesedihan bercampur kemarahan di mata Ramon.
"Apa maumu?" seru gadis berambut silver itu mengusap tangannya yang terasa sakit dan membenahi posisi duduknya.
"Kau yang melibatkan Marco dalam balap liar ini, kan? kau puas sekarang melihat Marco tewas?" sembur Ramon melepaskan jasnya dan melemparkannya sembarangan.
"Ini tak seperti yang kau pikirkan. Aku sahabat Marco. Kau tahu itu. Aku juga sedih," sahut gadis itu mencoba untuk tetap tenang. Ia tahu yang paling kehilangan Marco adalah Ramon. Ramon memang sangat menyayangi adik semata wayangnya itu.
Ramon mendekati gadis itu, membungkuk dan mencondongkan wajahnya. Gadis itu bisa merasakan nafas Ramon menyapu wajahnya. Ia mencoba mengusir sebetik rasa takut dari tatapan Ramon.
"Hentikan kepura-puraanmu. Kau gadis jalanan yang hanya memanfaatkan kebaikan adikku. Kau menjerumuskan adikku dalam pergaulan sesat. Kalau tak mengenalmu pasti ia masih baik-baik saja sekarang," kata Ramon dengan dingin penuh amarah. Tangannya meraih dagunya hingga ia menengadah menentang wajah Ramon.
Ramon menemukan kesenduan di mata legamnya. Sejenak timbul iba di hatinya tapi itu tak berlangsung lama. Ia tak boleh terpedaya oleh gadis liar ini.
"Marco memang baik padaku. Ia banyak menolongku. Tapi aku tak pernah memanfaatkanya. Kami hanya bersenang-senang dan aku tak tahu akan jadi seperti ini," jelas gadis itu merasakan intimidasi yang kuat dari pria di hadapannya itu.
"Kau pikir aku percaya pada gadis murahan sepertimu? Lihat penampilanmu itu. Tak lebih baik dari seorang pelacur jalanan. Sudah berapa pria kau tiduri? berharap pria kaya menjadi sugar daddymu? Apakah kau mencoba menjadi sugar baby adikku?" bentak Ramon menyeringai. Ia bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh gadis itu dengan pakaiannya yang basah. Kelihatannya gadis itu masih sangat muda. Usianya mungkin baru menginjak 20 an tahun.
"Hentikan!aku bukan jalang apalagi pelacur. Aku sahabat adikmu. Aku juga sangat sedih sekarang ini. Bisa-bisanya di hari berkabungnya Marco kau tuduh aku seperti itu," balas gadis itu menentang mata Ramon.
Ramon mengeratkan gerahamnya. Rahangnya mengeras. Matanya kini meneliti wajah gadis itu.
"Kau Ganis?" ucap Ramon tiba-tiba tangannya menjambak rambut gadis itu. Gadis berkulit sawo matang itu sedikit terkejut. Rambut silver palsunya lepas dan terkulai di lantai. Kini gadis bernama Ganis muncul dengan penampilan aslinya. Berambut cepak, hitam legam seperti pria. Ia memang memakai rambut palsu hanya untuk membuat Marco senang hari itu. Ramon ingat saat Marco mengenalkan Ganis dan kemudian sering menceritakan tentang gadis itu ketika mereka bersama. Ia sungguh hampir saja tak mengenalinya dengan penampilannya itu.
"PLAAKKK!"
Tak sadar telapak tangan Ganis sudah menampar pipi Ramon. Pria itu terkesiap. Matanya kian menyipit memindai Ganis. Bibirnya berkedut penuh amarah.
"Kau mencoba merayu Marco untuk melakukan balap liar? Apa tujuanmu sebenarnya? apa kau suruhan seeorang? kau ingin menang taruhan? Kau ini beneran wanita atau banci?" maki Ramon bergetar menahan emosinya. Beraninya Ganis menamparnya.
"Sudah cukup kau menghinaku! Jangan menyalahkan diriku! Kaulah yang salah. Kau sebagai kakak harusnya membuat Marco nyaman bersamamu. Aku tahu kenapa Marco sering main keluar. Kakaknya ternyata seorang monster!" teriak Ganis menepis tangan Ramon. Dengan segenap keberaniannya ia beranjak berdiri. Ia akan pergi. Ia tak ingin memperpanjang perdebatan. Mau dijelaskan seperti apa juga Ramon tak akan percaya.
"PLAAAAK," Belum sempat ia melangkah sebuah tamparan keras dirasakan Ganis. Matanya sampai kebas. Darah menetes dari bibirnya yang robek. Kepalanya terasa berputar. Ramon segera meraih tangannya dan menyeretnya masuk ke sebuah kamar. Ia meronta-ronta mencoba melepaskan diri.
"Lepaskan aku!" teriaknya dengan segenap kekuatanya.
Ramon tak peduli. Amarah telah menguasainya. Kata-kata Ganis terakhir melukai hatinya yang terdalam. Tentu saja ia tak mau mengakui kalau sebagai kakak ia telah gagal membuat Marco bahagia dan nyaman bersamanya. Kedua orang tua mereka telah meninggal dunia saat Marco masih berusia TK. Otomatis dialah pengganti orang tua bagi Marco selama ini. Usianya dengan Marco terpaut jauh. Hampir 15 tahun.
Ramon menghempaskan Ganis ke atas ranjang. Hati Ganis mencelos. Apa yang akan dilakukan Ramon padanya.
"Mau apa kau?" teriak Ganis kini beringsut ke sudut ranjang saat Ramon ikut naik dan menindihnya.
"Menghukummu jalang!" ucap Ramon mulai melepas baju Ganis dengan kasar. Ganis berusaha mempertahankan kain yang melekat pada tubuhnya sekuat tenaga. Ia merasakan bibir Ramon ingin meraih bibirnya. Ia langsung memalingkan wajahnya dan menggerakkan seluruh tubuhnya.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Disuruh menikah dengan mayat? Ihh ... ngeri tapi itulah yang terjadi pada Angel. Dia harus menikah dengan mayat seorang CEO muda yang tampan karena hutang budi keluarga dan imbalan 2 milyar! Demi keluarganya, pada akhirnya Angel terpaksa menerima pernikahan itu! Tapi, ternyata mayat pengantin pria itu masih hidup! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baca sampai tamat yah, karena novel ini akan sangat menarik untuk menemani waktu santaimu. Salam kenal para pembaca, saya Yanti Runa. Semoga suka ya.
Harap bijak dalam membaca... Bisa mengantar dalam halusinasi untuk berhubungan badan!