Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / Cold Mafia Secrets
Cold Mafia Secrets

Cold Mafia Secrets

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Azmina terpaksa menikah dengan seorang lelaki yang tak diinginkan sama sekali. Ia terpaksa melakukan hal ini demi mendapatkan biaya untuk pengobatan gagal ginjal adiknya. Tak hanya itu. Ternyata, di balik sifat dingin Kendrick, suami Azmina dia adalah seorang Mafia yang memiliki rahasia besar. Mampukah Azmina bertahan di pernikahannya??

Bab 1 Terpaksa

Menjadi anak pertama perempuan artinya harus siap mengarungi kehidupan lebih berat dari pada adik-adiknya. Diharuskan memiliki kepribadian yang tahan banting, memiliki hati setegar karang, bahu sekuat baja serta diharuskan untuk tetap tangguh dalam segala hal.

Meskipun orang tua tidak menuntut membantu namun, ketika Azmina mendengar kabar jika adik perempuannya terkena gagal ginjal, dunianya seakan ikut runtuh. Menjadi seorang mahasiswa semester akhir yang hidupnya juga masih ditanggung kedua orang tua. Seketika merasa menjadi beban keluarga. Terbilang biaya kuliahnya membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Mengalah. Itulah naluri seorang kakak ketika melihat kondisi adiknya sedang tak baik-baik saja. Meskipun dalam lubuk hati yang terdalam tak ingin keluar kampus, terbilang sebentar lagi lulus. Namun, ia harus korbankan kuliahnya demi meringankan beban kedua orang tua. Karena, niatnya akan berusaha mencari pekerjaan demi membantu pengobatan sang adik.

"Ayah, Bunda. Tolong tanda tangan di sini." Azmina menyodorkan selembar surat pengunduran diri.

Pak Arya, Ayah Azmina begitu terkejut setelah membaca surat tersebut. "Apa-apaan kamu Azmina?? Kamu tak usah mengundurkan diri karena adikmu sedang sakit! Masalah biaya, biar kami yang memikirkan. Tugasmu hanya belajar belajar dan belajar!" Beliau sungguh tak terima dengan keinginan Azmina.

"Tapi aku nggak mau nyusahin Ayah dan Bunda. Aku kuliah udah semester akhir, itu artinya, biaya yang dikeluarkan juga tak sedikit." Lirih Azmina.

"Sejak kapan kami menganggapmu menyusahkan ha?? Sejak kapan! Azmina, kamu adalah putri Ayah dan Bunda! Sudah sepantasnya segala kebutuhan hidupmu kami tanggung!!" jawab Pak Arya.

"Azmina. Masuklah ke kamar. Kamu tak usah pusing-pusing memikirkan biaya!" Sambung Bu Fadya.

"Ayah Bunda. Aku lebih baik merelakan pendidikanku dari pada melihat Zira dalam kondisi seperti itu. Aku tahu kok, biaya operasi Zira sampai 300 juta. Gaji Ayah dan Bunda dalam setahun pun nggak cukup untuk menambal biaya yang kurang. Tak hanya itu, Ayah juga nanti akan berkorban mendonorkan ginjal untuk Zira. Jika sampai Ayah hanya memiliki satu ginjal, tentu kesehatan Ayah akan terganggu. Ayah dan Bunda sudah banyak mengusahakan yang terbaik untukku. Jadi, aku mohon. Tolong ijinkan aku mundur kuliah. Aku ingin bantu kalian." Azmina masih setia membujuk kedua orang tuanya agar bersedia menandatangani surat.

"Cukup membantah kedua orang tuamu. Kalau Ayah memerintahkan kamu jangan mundur kuliah, patuh! Jangan jadi anak pembangkang!" Meskipun nada suara Pak Arya terdengar begitu tenang namun, terdapat pesan yang begitu dalam.

Kedua mata Azmina menjadi berkaca-kaca. Ia menggelengkan kepala lalu menjawab, "Semua perintah Ayah akan aku turuti. Kecuali ini. Aku hanya nggak mau buat Ayah dan Bunda semakin tercekik dengan biaya kuliahku!"

"Azmina. Memusingkan biaya, bukan urusan kamu! Jangan jadi anak keras kepala!" ucap Bu Fadya. "Masuk ke kamarmu, sekarang! Selesaikan revisi skripsimu!" titahnya sekali lagi.

"Aku mau berhenti kuliah dan cari kerja!" Azmina tetap keukeh dengan pendirian.

"Justru, jika udah lulus kuliah nanti, pekerjaan yang kamu dapatkan bisa lebih baik dari Ayah, Azmina. Tolong, jangan membantah. Ibaratnya kamu hampir sampai tujuan, tapi di perjalanan tiba-tiba kamu putar balik! Kamu seharusnya ingat, betapa banyaknya saingan kamu sebelum bisa masuk ke PTN! Tuntaskan apa yang sudah kamu mulai!!"

Azmina tahu serta paham betul. Meskipun Ayahnya terlihat tegar serta baik-baik saja, aslinya menyimpan beban serta luka yang tak ingin keluarganya tahu.

"Masuk ke kamarmu, Azmina!! Cepat!!" Titah Pak Arya.

Tegas serta disetai sorot mata tajam. Itulah yang ditunjukan Pak Arya demi rapuhnya sebagai lelaki tak diketahui.

Satu tetes air mata Azmina berhasil jatuh. Beranjak dari tempat duduk, terpaksa masuk ke kamar. Di dalam kamar, Azmina tengkurap lalu memeluk bantal guling untuk menyembunyikan tangisnya agar tak terdengar kencang. Memukul-mukul kasur, sebagai pelampiasan kekesalan merasa tak bisa membantu kesusahan orang tuanya.

Air mata yang dikeluarkan semakin banyak serta lelah dengan kesedihan, tak terasa tiba-tiba kantuk menyerang. Matanya perlahan terpejam lalu terlelap dalam tidur.

***

Keesokan hari, seperti biasa waktunya berangkat kuliah. Di atas meja ruang tamu, selembar uang lima puluh ribu tergeletak. Uang itu memang disediakan untuk saku Azmina. Namun, ia memilih tak mengambilnya.

Karena, ia sudah berniat akan puasa sunnah di hari Senin. Selain menghemat pengeluaran, juga melaksanakan ibadah yang Rasul ajarkan. Kedua orang tuanya menginap di rumah sakit jadi, Azmina sendirian di rumah.

Mengunci pintu, lalu menjalankan motor menuju ke kampus. Tiba-tiba, di tengah jalan, motornya mogok. Hal ini mengharuskan untuk mendorong ke bengkel. Di bawah terik matahari, peluh keringat membanjiri sampai di bagian tertentu bajunya ikut basah.

Sekuat mungkin menahan diri agar tidak membatalkan puasa meskipun haus melanda. Uang yang berada di dompetnya pun sangat pas-pasan. Tak ada alasan untuk mengeluarkan lebih dari membeli bensin serta membayar jasa montir.

"Azmina."

Seseorang memanggil namanya, membuat terlonjak karena sedari tadi memikirkan masalah keluarga.

Terlihat berdiri di sampingnya, lelaki paruh baya yang rambutnya hampir memutih semua. Pakaian yang dikenakan, tentu memiliki harga sampai puluhan juta. Kaca mata minus yang dipakai, menandakan bahwa penglihatannya telah terganggu karena faktor usia.

"Pak Hirawan??" Panggil Azmina.

"Ya saya."

"A ... ada apa Pak??"

"Kebetulan kita bertemu di sini. Saya dengar-dengar, adikmu, si Zira sedang berada di rumah sakit karena terkena gagal ginjal, bukan??"

"Anda tahu dari mana Pak?"

"Saya kan teman Ayahmu, Azmina. Kamu lupa??"

Senyum tipis di bibir Azmina terlihat. "Oh iya. Maaf."

"Keluargamu pasti sedang membutuhkan biaya."

Mendengar kata 'Biaya' membuat harapan jika Pak Hirawan akan membantunya dalam masalah biaya.

"Betul Pak."

"Saya akan bantu pengobatan adikmu dan saya akan mencari pendonor ginjal yang lain. Sehingga, ayahmu tak usah mendonorkan ginjalnya."

Seketika, kedua mata Azmina berbinar. Hatinya sudah sedikit lega. "Se ... seriusan Pak??"

"Ya serius!" jawab Pak Hirawan dengan yakin. "Sebenarnya, saya sudah menawarkan bantuan ini pada Ayahmu sejak Zira diketahui terkena gagal ginjal. Namun, Ayahmu menolak. Karena tak sanggup dengan persyaratan yang saya ajukan."

"Memangnya persyaratannya apa Pak??" tanya Azmina penasaran.

Pak Hirawan mengajak Azmina sedikit menjauh dari orang-orang di sekitar bengkel. Lalu merendahkan nada suaranya. "Saya ingin. Kamu menikah dengan Kendrick. Lelaki yang sudah kamu tolak sampai tiga kali."

Deg!!

Azmina menelan saliva dalam-dalam. Ia menolak Kendrick bukan tanpa sebab. Melainkan karena putra tunggal Pak Hirawan adalah lelaki yang menurutnya sangat menyeramkan. Bagaimana tidak menyeramkan. Tubuhnya yang besar tinggi, wajahnya yang ditumbuhi brewok, lalu tatapannya yang begitu tajam serasa mengintimidasi orang. Bahkan, tak pernah Azmina lihat, lelaki itu tersenyum atau sekedar menyapa orang.

"Kalau kamu mau menikah dengan Kendrick, saya akan bantu pengobatan adikmu tuntas sampai sembuh tanpa hutang sepeserpun!"

"Pak ... di luar sana, masih banyak perempuan yang lebih baik dari saya. Tapi kenapa Kendrick memilih saya??"

"Namanya juga cinta. Dia pernah berkata pada saya. Jika tidak menikah denganmu, dia tak mau menikah dengan siapapun. Saya menawarkan hal ini padamu semata-mata bukan karena Kendrick menginginkanmu. Tapi karena saya ingin meminta bantuan padamu."

"Bantuan??" Alis Azmina hampir bertemu.

"Saya hanya punya Ken. Tapi, dia begitu tertutup dengan saya. Di sering bolak-balik Indonesia Italia. Namun, saya tak tahu dia melakukan apa di luaran sana. Setiap kali saya bertanya, dia selalu menghindar. Tak hanya itu, dia juga membatasi komunikasi dengan saya." Pak Hirawan menghela napas panjang. "Kalau kamu mau menikah dengan Ken, saya yakin. Kamu akan tahu apa yang dia lakukan. Jujur, saya merasa ada yang janggal serta rahasia besar yang disembunyikan Kendrick."

Azmina memejamkan mata sejenak. Tanpa berfikir panjang, ia menjawab, "Saya bersedia."

"Ka ... kamu serius??" Pak Hirawan memastikan.

"Saya serius. Orang tua saya, sudah berkorban banyak untuk saya dan Zira. Mungkin, sudah saatnya saya maju berkorban untuk Zira. Jika bukan saya? Lantas siapa lagi. Ayah hanya seorang Koki. Gajinya tentu tak cukup untuk membiayai pengobatan Zira. Meskipun Ibu ikut bekerja sebagai Guru, dalam waktu singkat tak mungkin bisa mengumpulkan banyak uang. Kalaupun bisa, pasti hutang. Saya hanya tak mau orang tua saya terlilit banyak hutang."

"Kamu memang perempuan yang cukup dewasa untuk mengambil keputusan. Bicaralah hal ini pada kedua orang tuamu. Setelah itu, hubungi saya." Pak Hirawan memberikan kartu namanya. "Lalu, saya dan Kendrick akan melamarmu."

Penuh tepaksa dan terpojok, Azmina menerima kartu nama tersebut. "Baik Pak terima kasih."

"Saya juga terima kasih kamu mau diajak kerja sama. Sudah bertahun-tahun ini, saya tak melihat senyum di wajah Kendrick. Setelah mendengar kamu mau bersedia menikah dengan Kendrick, meskipun hanya ada lengkungan tipis di bibirnya, itu sudah lebih dari cukup."

Azmina bisa menangkap jelas gurat kesedihan yang terpendam di wajah Pak Hirawan ketika menceritakan putranya.

***

Kabara bahagia untuk putra semata wayang. Ketika Kendrick sedang fokus pada pekerjaannya, Pak Hirawan datang mendekat diiringi wajah semringah. Duduk di depan meja kerja lalu memberitahu bahwa Azmina mau menikah dengannya.

Mendengar penuturan Sang Ayah, seketika Kendrick memberhentikan pekerjaan. Mengerutkan kening lalu mengangkat sebelah alisnya.

"Alasannya??" Dengan nada suara berat, Kendrick bertanya.

"Karena dia sedang membutuhkan biaya rumah sakit. Ayah berniat membantunya namum dengan syarat harus mau menikah denganmu," jawab Pak Hirawan apa adanya.

"Oh. Dia mau menikah denganku karena harta." Kendrick kembali fokus pada laptop dan banyak lembar kertas.

"Tapi Ken, bukankah hanya Azmina yang berada di hatimu?? Oke sekarang mungkin dia terpaksa. Tapi, bukankah cinta bisa datang seiring berjalannya waktu, Ken?? Ini adalah kesempatanmu untuk memilikinya. Bukankah Azmina banyak yang mengincar?? Termasuk temanmu itu." Meskipun ada jawaban tak minat dari respon Kendrick, Pak Hirawan terus berupaya membujuknya.

"Ken. Kau pernah bilang pada Ayah. Jika tidak bersama Azmina, kau tak mau menikah bukan?? Bukankah katamu, kau tak bisa jatuh cinta pada perempuan kecuali dengan Azmina?? Ini adalah kesempatan besar untukmu meluluhkan hatinya."

Kendrick menutup laptopnya. Menatap mata Ayahnya lalu menjawab, "Kesempatan untuk balas dendam. Gara-gara dia, aku rela merendahkan harga diriku." Lalu tersenyum sinis. "Jika bukan karena mencintainya, tak sudi aku mengemis. Mengingat hal itu, sungguh menjijikan!"

"Balas dendam apa Ken?? Kau mencintainya, tapi kenapa kau dendam??" Pak Hirawan semakin merasa aneh.

"Aku memang masih mencintainya namun, aku membencinya. Malam nanti, kita ke rumah Azmina. Langsung saja bahas pernikahan."

"Kendrick, ucapanmu tadi tak serius kan?? Apa yang akan kau lakukan pada Azmina nanti??"

"Aku serius Ayah. Tak ada keperluan lagi denganku?? Silahkan Ayah pergi dari sini!" usir Kendrick.

Dengan penuh terpaksa, Pak Hirawan lalu beranjak dari tempat duduk. Menatap putranya yang kini kembali fokus dengan pekerjaan.

Apa yang akan kau lakukan, Ken?? Batin Pak Hirawan tiba-tiba merasa was-was.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Perlakuan Manis   Kemarin21:27
img
1 Bab 1 Terpaksa
14/04/2024
4 Bab 4 Hukuman
17/04/2024
5 Bab 5 Perlakuan Manis
18/04/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY