/0/18146/coverbig.jpg?v=e3e6f2dbfd8b261b98a39d74f6d36f86)
Teman yang dimasukkan ke dalam tubuh Fatih, membuat Fatih kewalahan setelah dia dewasa, karena teman-teman Fatih itu mengganggu Fatih dan orang-orang di sekeliling Fatih.
Teman yang dimasukkan ke dalam tubuh Fatih, membuat Fatih kewalahan setelah dia dewasa, karena teman-teman Fatih itu mengganggu Fatih dan orang-orang di sekeliling Fatih.
Fatih terbangun dengan keringat yang bercucuran di tubuhnya. Fatih tahu, gangguan itu pasti datang lagi, karena Fatih baru saja bermimpi didatangi atau mendatangi --Fatih tidak tahu-- dua lelaki itu lagi. Yang satu sudah tidak muda lagi dengan rambut pendek dan beruban sempurna, sementara lelaki satunya memiliki rambut panjang. Keduanya tertawa, sepertinya mentertawakan Fatih. Ah, mimpi itu sangat mengganggu Fatih. Mimpi itu seakan hendak memberi tahu Fatih tentang sesuatu, tetapi Fatih tidak paham, dia hanya bisa menduga-duga saja.
Fatih mendongak dan melihat seorang wanita yang memakai baju panjang putih duduk di atas lemari bajunya. Wanita itu tertawa melihat Fatih terbangun. Wanita kemudian melayang dan duduk di samping Fatih.
"Wis le turu? Menungso ki le turu suwe, ya? (Sudah tidurnya? Manusia itu kalau tidur lama, ya?)" tanya wanita berbaju putih dengan nada suara tinggi dan membuat merinding orang yang mendengarnya. Fatih bergidik, dia menggeser sedikit posisi duduknya. Wanita berwajah putih pucat itu tertawa terkikik-kikik.
"Ngopo? Kowe wedi karo aku? (Kenapa? Kamu takut denganku?)"
Fatih berdecak dan bangkit meninggalkan wanita jadi-jadian itu sendirian. Tawa wanita itu semakin keras.
"Fatih! Tih! Jangan pergi!"
Fatih tidak memedulikan teriakan-teriakan absurd itu, dia bergegas ke kamar mandi dan berwudhu, dia ingin menghilangkan gangguan yang membuatnya sangat tidak nyaman. Setelah Fatih keluar dari kamar mandi, suasana menjadi hening dan sepi. Fatih mengembuskan napas lega, sepertinya gangguan itu sudah menghilang.
Fatih segera menggelar sajadah dan melakukan salat Tahajjud. Belum lagi Fatih salam yang kedua, wanita berbaju putih tadi sudah berbaring di depan Fatih.
"Astaghfirullah!"
"Halah ora sah kemaki. Wis gek ndang turu, neh. Aku arep ngomong penting karo kowe, Tih! (Halah, nggak usah sok-sok.an. Ayo, tidur lagi. Aku mau ngomong penting sama kamu, Tih!)"
Fatih bergidik, dia buru-buru beristighfar dan membaca doa yang diingatnya untuk mengusir gangguan mahluk halus itu. Wanita itu mencibir.
"Halah bacaanmu, tu, Tih ... Tih! Masih salah-salah, kok, nekat mau ngusir aku. Aku, lo, sudah puluhan tahun di tubuhmu nggak terpengaruh sama sekali dengan doa-doamu, dengan ibadahmu yang masih bolong-bolong itu."
Fatih diam saja. Dia terus membaca doa yang sudah dihafalnya di luar kepala itu. Sang wanita berdecak kesal.
"Sudah, Tih! Sudah! Aku ini diititipin Mbah Atmo ke tubuhmu itu bukan untuk diusir seperti ini. Aku itu dititipkan ke tubuhmu untuk melindungimu. Hati-hati, lo, aku ini amanah dari Mbah Kakungmu, lo!"
Rupanya perkataan wanita jadi-jadian mengusik Fatih. Dia mendongak dan memandang wanita itu dengan marah.
"Kadita! Jangan bawa-bawa simbahku dalam hal ini!" teriak Fatih. Wajahnya merah merona menahan marah.
Wanita jadi-jadian yang bernama Kadita itu tertawa terkikik-kikik lagi. Kadita berdiri di depan Fatih.
"Makanya kusuruh sudah berdoanya. Tidur lagi saja ...."
"Nggak! Mending aku ke masjid saja." potong Fatih dan dia segera bergerak meninggalkan Kadita.
Kadita mendelik. Dia memanggil-manggil Fatih histeris.
"Tih! Fatih! Tunggu dulu! Jangan pergi dulu! Fatih!"
Fatih menoleh dan tertawa mengejek, kemudian melanjutkan langkahnya menuju masjid di depan indekosnya.
"Awas kamu, Tih!" teriak Kadita dengan marah.
**
Rahman bangun karena terkejut mendengar seseorang menutup pintu depan indekosnya dengan keras. Rahman bangkit dan mengintip dari jendela kamarnya.
"Fatih. Kenapa lagi anak itu?" gumam Rahman, "pasti ada sesuatu di kamarnya."
Rahman bergegas menuju ke kamar Fatih. Rahman tahu Fatih terganggu dengan entah apa yang ada di kamar indekosnya. Fatih belum pernah bercerita pada Rahman apa yang ada atau apa yang terjadi di kamarnya, tetapi Fatih pernah bercerita bahwa dia terganggu dengan sesuatu di dalam kamarnya. Sehingga sekarang Rahman ingin tahu apa yang sebenarnya ada di kamar Fatih.
Rahman mengendap-endap ke kamar Fatih. Rahman berharap tidak ada teman indekosnya yang tahu apa yang hendak dilakukannya. Perlahan Rahman membuka pintu kamar Fatih dan dia mendengar seorang wanita sedang menyanyi lagu jawa dengan kata-kata yang tidak jelas. Rahman merinding, tetapi juga penasaran, sehingga Rahman tetap berdiri di depan pintu kamar Fatih dan membuka pintu kamar Fatih lebih lebar lagi.
Seketika udara dingin melingkupi tubuh Rahman. Dia menggigil dan menjengit ketika melihat siluet wanita berambut panjang di salah satu sudut kamar Fatih yang remang-remang. Rahman menelan ludah ketika siluet wanita itu seakan menoleh ke arahnya. Rahman bergidik ketika mendengar wanita itu terkikik panjang dan dalam sekejap siluet itu berada di depan Rahman.
Rahman menjerit kaget. Siluet wanita itu tertawa semakin keras. Dia mencengkeram tangan Rahman erat sambil berbisik manja.
"Kowe wae sing dadi kancaku, ya? (Kamu saja yang jadi temanku, ya?)"
**
Pagi itu Karang Pandan dingin sekali. Seorang pria berambut panjang keluar dari ruang terapi ruqyah sambil menggendong seorang anak perempuan. Mereka menuju ke lapangan di depan ruang terapi ruqyah itu dan disambut dengan ceria oleh seorang pria.
"Wah, cucuku datang! Hei, mau main basket dengan simbah? Mana adik-adikmu, Ndhuk? Sini, biar Fatihah sama aku saja, Fad. Kamu mbantuin Yasna saja," kata pria itu kepada pria berambut panjang di depannya.
"Nggak, Om. Fadli disuruh untuk membawa Fatihah di sini biar Yasna bisa bersih-bersih rumah, mumpung Naim dan Naimah masih tidur," jawab pria berambut panjang yang bernama Fadli itu.
"Oalah, kamu nggak ngajar?"
"Nanti, Om, jam delapan."
"Oh, okelah. Yuk, sini main sama simbah." Pria itu segera menggendong anak perempuan kecil yang tertawa ceria menyambut ajakan simbahnya untuk bermain. Fadli menyerah dan membiarkan anaknya diajak bermain dan berkeliling lapangan oleh pamannya. Fadli memilih untuk duduk di pinggir lapangan dan menunggui paman dan anaknya bermain-main dengan ceria.
"Santai, Mas?"
Fadli terlonjak kaget dan melihat seorang pria mendekatinya. Fadli tersenyum melihat siapa yang menyapanya.
"Nggih, Pak Sapto. Sebenarnya disuruh momong Fatihah, tetapi malah diambil alih sama Om Fatih, ya, sudah saya duduk saja," jawab Fadli.
Pria berambut putih sempurna dan bertubuh tinggi besar bernama Sapto itu tersenyum dan duduk di samping Fadli.
"Tidak disuruh membantu Mbak Yasna?" tanya Sapto menggoda. Fadli tertawa.
"Menurut Yasna inilah cara saya membantunya, Pak. Bagi Yasna lebih baik saya pergi dulu ketika dia membersihkan rumah dan masak daripada saya berada di rumah dan ikut membantu beres-beres. Nanti malah pecah perang dunia," jawab Fadli dengan tawa geli. Mereka berdua tertawa.
"Hari ini kuliah, Mas Fadli?" tanya Sapto. Fadli mengangguk
"Njih, Pak. Sampai sore sepertinya. Nanti ibuk saya ke sini untuk membantu Yasna," jawab Fadli, "biasa, Pak, ibuk merasa ikut bersalah karena saya jarang di rumah."
Mereka berdua tertawa lagi.
"Wah, Bu Lintang baik sekali. Apa tidak repot, Mas?"
"Sepertinya ibuk saya tidak punya pekerjaan, Pak dan sepertinya bapak tidak di rumah, jadi ibuk ke sini. Alasannya sih, mau ikut merawat Fatihah dan si kembar, padahal sebenarnya ibuk saya takut di rumah sendirian, Pak," jawab Fadli dan mereka tertawa lagi.
Tiba-tiba paman Fadli --yang menggendong Fatihah-- berlari ke arah Fadli dan Sapto yang sedang tertawa.
"Fad! Fad! Itu, Fad!"
**
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
Evelin, si "itik buruk rupa" yang tidak disukai keluarganya, dipermalukan oleh saudari tirinya, Paramita, yang dikagumi semua orang. Paramita, yang bertunangan dengan sang CEO, Carlos, adalah wanita yang sempurna-sampai Carlos menikahi Evelin pada hari pernikahan. Terkejut, semua orang bertanya-tanya mengapa dia memilih wanita "jelek" itu. Saat mereka menunggu Evelin disingkirkan, dia mengejutkan semua orang dengan mengungkapkan identitas aslinya: seorang penyembuh ajaib, ahli keuangan, ahli penilaian, dan genius AI. Ketika mereka yang telah memperlakukan Evelin dengan buruk menyesal dan memohon maaf, Carlos mengungkapkan foto Evelin yang memukau tanpa riasan, mengirimkan gelombang kejutan melalui media. "Istriku tidak membutuhkan persetujuan siapa pun."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Hal terakhir yang dia harapkan adalah pertukaran jiwa akan terjadi padanya. Tubuh barunya adalah istri CEO terkenal, seorang gadis yang lahir dengan sendok perak di mulutnya. Dia pikir dia bisa mengambil kesempatan ini untuk menikmati hidup, tetapi yang dia dapatkan hanyalah ketidakpedulian suaminya. Ketika wanita yang dicintai pria itu kembali, pria itu meminta cerai dan dia setuju tanpa ragu-ragu. Namun, malaikat cinta punya rencana lain. Kisah mereka baru saja dimulai sekarang.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
© 2018-now Bakisah
TOP