/0/18328/coverbig.jpg?v=2b0627a3d398f107a04c5a1eb735e9a3)
Mengapa Perpisahan yang terjadi di Desember, membawa dampak besar pada hari-hari di Januari?
"Long time no see, Desember."
Desember adalah bulan yang paling Serina tunggu-tunggu sepanjang tahun. Itu karna Desember datang membawa dia, yang selalu Serina rindukan.
Hubungan luar daerah memang menjadi tantangan bagi setiap orang, beritu juga Serina. Berjauhan dengan William sungguh Serina tidak suka, pikiran negatif selalu menghampirinya ketika waktu tidur tiba. Memikirkan bagaimana hari-hari William disana, siapa saja yang dekat dengannya atau bagaimana jika perempuan Belanda berhasil merebut hati pacarnya, sungguh Serina menangkis pikiran buruk itu mati-matian.
"Oke, ayo jadi cantik dan bikin William pangling," kata Serina pada cermin yang menampilkan pantulan dirinya.
Si kulit putih susu itu segera bergegas membongkar isi lemari, mencari sepasang baju yang akan dia kenakan kala bertemu William. Sebenarnya banyak yang cocok, tapi naluri perempuan yang ingin tampil sempurna, tidak kunjung membuatnya menentukan pilihan baju seperti apa yang akan dia pakai.
"Aahh nemu!" seru Serina tiba-tiba. Pilihannya jatuh pada Blus biru laut dan rok diatas lutut, akan sangat indah jika dipadukan dengan sepatu kets putih.
"Gilaa, cantik banget gueee!" Pujian pada diri sendiri itu umumnya sering di lakulan laki-laki, namun Serina juga sering melakukannya.
Puas memuji diri, perempuan itu akhirnya bergegas berangkat sebelum membuat William menungguh lama. Sungguh, celengan rindu ini sudah penuh dan ingin segera di pecahkan. Pelukan hangat dari William, amat sangat dia rindukan. Beberapa hari di bulan ini akan menjadi yang terindah, dan Serina berharap itu.
***
"Apa kabar, Gadis yang selalu menunggu Desember datang?"
Serina dengan segera menghamburkan diri ke pelukan William, menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang amat ia rindukan sepanjang tahun. Apalagi, pelukan hangat ini. Williamnya masih sama, walau badan laki-laki itu terlihat lebih berisi dari tahun lalu. Tidak mengurangi tampannya sedikitpun, Serina mengakui itu. Malahan mungkin semakin tampan.
"Kangen banget Wil," kata Serina di sela-sela pelukan mereka. Air matanya yang tidak dapat di bendung, perlahan turun dan menjadikannya isak tangis haru.
"Ehh, kenapa nangis hhm? Aku udah disini." William mengeratkan pelukan mereka, mencari rasa nyaman yang selalu dirindukan.
"Sebulan kemana aja, kenapa nggak ada kabar? Mau bikin aku khawatir?" Serina melepaskan pelukan mereka, bertanya dengan raut wajah kesal.
William terkekeh pelan. "Sibuk, Erin. Dosenku ngasih mata kuliah tambahan mulu."
Serina masih menatap William dengan tatapan kesal, mulutnya di kerucutkan. William bukannya takut, malah merasa gemas melihat tingkah pacarnya. Ditariknya Serina kembali ke dalam pelukan, mengusak rambutnya ke rambut Serina layaknya kucing yang sedang manja pada induknya.
"Nggak usah cemberut gitu, ku cium loh nanti." William tertawa renyah kala merasakan sebuah bogeman kecil di punggungnya, siapa lagi kalau bukan ulah Serina yang malu mendengar ungkapan tadi.
"Males sama Willie, pulang dari Belanda makin mesum." Serina memasang wajah galak.
"Bercanda doang, Erin!" seru William gemas.
Pelukan mereka terlepas, Serina menatap lamat-lamat mata William. Tidak ada aktifitas lain selain menatap manik hazel tersebut. Mencari ketenangan yang benar-benar dia rindukan lewat sepasang mata ini.
"Ngapain? Mau cium yaa?" tanya William. Setelah itu, giliran perutnya yang mendapat kasih sayang dari Serina.
William memegang perutnya yang kesakitan. "Kamu belajar tinju dari mana sekarang, kok makin kuat?"
"Iya belajar, biar bisa bogem cowo-cowo kayak kamu!" Serina berbalik badan, berjalan dahulu meninggalkan William yang tertawa di belakangnya.
"Ayo, makan pecel Lele. Aku kangen!"
Kosan ini hanya kosan sederhana yang dihuni oleh mahasiswa rantauan. Namun banyak kisah yang sudah terukir di kosan ini.
Senja adalah bagian dari langit, dan langit adalah bagian dari Senja. Mereka tidak akan pernah berpisah karna keduanya adalah satu kesatuan. Senja Maharani juga berharap kisahnya dengan Akasa Chandrakala juga indah seperti waktu senja tiba, namun gadis itu berharap kisah mereka tidak sementara. Jadi, apakah semesta akan mengabulkan harapannya?
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”