Jika hasrat bagaikan sebilah pedang, pertemuan mereka sudah membuatnya terluka dalam keheningan. Dia menjalani hidup yang penuh dengan bahaya dan kenikmatan-tak pernah menyangka adanya seorang wanita yang bisa membuatnya lengah.
Jika hasrat bagaikan sebilah pedang, pertemuan mereka sudah membuatnya terluka dalam keheningan. Dia menjalani hidup yang penuh dengan bahaya dan kenikmatan-tak pernah menyangka adanya seorang wanita yang bisa membuatnya lengah.
Larut malam, Rose Warhani berbaring di tempat tidur, napasnya cepat dan pipinya merah.
Suaminya, Yosan Santo, baru saja keluar minum-minum saat menghadiri beberapa pertemuan bisnis dan pulang ke rumah dalam suasana hati yang luar biasa ceria. Dia sangat bersemangat dan melakukannya lima kali dalam satu malam, membuatnya benar-benar kewalahan.
Pada ronde keempat, semua kondom sudah habis digunakan.
Pada ronde terakhir, Yosan memeluknya erat dengan mata merah Segala sesuatu di antara mereka berubah menjadi kabur karena panas dan kekacauan.
Memang enak kalau dia menuruti kemauannya tanpa menahan diri, tetapi Rose sendiri yang menanggung konsekuensinya.
Pada usia dua puluh delapan, Yosan berada di puncak hidupnya-sukses dalam bisnis dan memiliki kebutuhan biologis yang kuat.
Selama tiga tahun pernikahan mereka, dia selalu berhati-hati dalam menggunakan alat kontrasepsi.
Awalnya, Rose tidak pernah berpikir untuk hamil dan memiliki anak, tetapi selama enam bulan terakhir, ada sesuatu yang berubah. Dia mendapati dirinya sangat mendambakan kelahiran bayi bersama Yosan.
Yosan tidak hanya memiliki paras yang tampan dan tiada duanya, dia juga tahu persis apa yang harus dilakukan di ranjang. Dan sesekali, dia membisikkan kata-kata yang lembut dan manis, cukup untuk meluluhkannya.
Setahun yang lalu, Rose menyadari perasaannya terhadap Yosan telah berubah. Dari ketidakpedulian dan tidak merasakan apa pun menjadi rasa suka.
Lebih tepatnya, dia telah jatuh cinta padanya.
Namun, Yosan hanya memperlakukannya dengan hangat di ranjang. Ketika mereka tidak melakukan hal yang intim, pria itu bersikap dingin dan menjaga jarak seperti biasanya.
"Jangan lupa minum pil kontrasepsi," ucap Yosan dengan suara datar, menyadarkannya dari lamunannya. "Akan merepotkan jika kamu sampai hamil."
Rose hanya mengiakan dengan singkat, merasa patah semangat.
Dia tahu bahwa dirinya sedang datang bulan akhir-akhir ini, tetapi karena dia telah meminum alkohol, bahkan jika dia hamil, dia tidak akan bisa mempertahankan bayinya.
Namun, kata-kata Yosan masih menyakiti hatinya.
Yosan mengenakan piamanya dan berjalan ke kamar mandi.
Rose tidak mengalihkan tatapan sampai sosok tinggi pria itu benar-benar hilang dari pandangannya.
Tepat pada saat ini, dering ponsel tiba-tiba memecah kesunyian di ruangan itu.
Rose mengambil ponsel Yosan dan melihatnya. Nama "Rina" muncul di layar.
Rina Antoso, sekretaris Yosan, adalah seorang wanita yang tutur katanya lembut dan anggun dalam gerak-geriknya. Jangankan pria, bahkan wanita pun suka mendengarnya berbicara.
Kabarnya, Rina telah meninggalkan pekerjaan bergaji tinggi di Kota Kuno enam tahun lalu hanya untuk bekerja di dekat Yosan. Di depan umum, mereka berdua adalah atasan dan bawahan, tetapi sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih.
Tiba-tiba, tangan Yosan terulur dan merampas ponsel dari tangan Rose.
"Rina," sapanya dengan hangat di telepon, suaranya penuh kasih sayang dan kegembiraan.
Rose lagi-lagi merasa ada beberapa tusukan, tepat ke jantungnya.
Ketika Yosan berbicara dengannya di telepon, pria itu hanya membicarakan hal-hal yang penting saja, nada bicaranya kaku dan tanpa kehangatan, tidak pernah selembut ini.
"Yosan, ada yang seseorang yang menindasku. Cepat datang dan tolong aku. Aku ada di Zero Club ...." Yosan tidak menjauh darinya saat dia menjawab panggilan, dan teriakan minta tolong Rina sampai ke telinga Rose dengan jelas.
"Aku akan segera tiba di sana," ucap Yosan dengan cepat. "Aku akan meminta seorang teman yang berlokasi dekat Zero Club untuk pergi dan membantumu terlebih dahulu. Temukan tempat yang aman dan kunci pintu. Apakah kamu sudah menelepon polisi ...?" Wajahnya berubah serius saat dia melangkah ke ruang ganti.
Rose duduk di sana, gemetar karena marah. Dia bahkan tidak repot-repot memakai sepatu sebelum mengikutinya masuk.
Hanya sebulan yang lalu, saat melakukan syuting di luar ruangan di pinggiran utara bersama kru TV-nya, mobil van yang mereka tumpangi keluar jalur dan terbalik ke dalam parit untuk menghindari truk sampah.
Meski tak ada seorang pun yang meninggal, tetapi semuanya terluka.
Kakinya terluka dan berdarah parah. Panik dan kesakitan, dia menelepon Yosan.
Namun, Yosan sedang menghadiri acara makan malam saat itu. Meski mendengar isak tangisnya, dia berkata dengan dingin, "Kalau kamu masih bisa menelepon, berarti kecelakaanmu tidak seserius itu." Dia lalu menutup telepon tanpa berpikir dua kali.
Namun sekarang, dia ada di sini-siap untuk bergegas menghampiri Rina saat dia masih mabuk, tanpa ragu-ragu. Apa lagi itu kalau bukan cinta sejati namanya?
Yosan segera berpakaian dan berjalan keluar dari ruang ganti, masih menggumamkan kata-kata menghibur di telepon dengan lembut. Rose tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Rina dengan jelas, tetapi dia bisa mendengar isak tangisnya yang terputus-putus.
Berdiri di depan pintu untuk menghentikan Yosan pergi, Rose menggigit bibir dan berkata, "Kamu terlalu banyak minum. Kamu tidak bisa mengemudi seperti ini."
"Apakah kamu cemburu, atau kamu khawatir padaku, hmm?" tanya Yosan sambil mengangkat dagunya dengan tatapan tajam.
Sorot mata Rose melembut dan dia berkata dengan tegas, "Aku khawatir padamu."
"Aku tidak membutuhkan kekhawatiran palsu itu," ucap Yosan sambil melepaskan wajahnya, suaranya tidak hangat.
Sebelum Rose sempat merespons, dia mendorongnya ke samping, membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai.
Lalu, tanpa ragu-ragu, dia berjalan melewatinya dan pergi.
Rose ditinggalkan sendirian di kamar besar itu, yang terasa kosong. Sama seperti tiga tahun pernikahannya.
Perasaan pahit dan sedih menyebar di hatinya, begitu kuatnya hingga seakan-akan memelintir organ di dalam tubuhnya. Sakitnya terasa di mana-mana, tetapi dia bahkan tidak bisa menangis.
Wajahnya pucat sepenuhnya dan matanya memerah karena dia berusaha keras menahan air matanya yang hampir keluar.
Dia tetap di sana, duduk di lantai dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama, sampai kakinya mati rasa. Kemudian, dia akhirnya memaksakan diri untuk berdiri.
Dia tidak ingin kembali ke kamar tidur, jadi dia meringkuk di sofa, memejamkan mata, pikirannya kacau balau.
Tiba-tiba suara ponselnya berdering memecah kesunyian.
Nada tajam itu menariknya kembali ke kenyataan. Karena mengira Yosan-lah yang meneleponnya, dia segera bangkit dan bergegas dari ruang tamu ke kamar tidur, menjawab panggilan itu tanpa berpikir dua kali.
"Rose! Suamimu yang brengsek itu baru saja membuat keributan besar di Zero Club demi Rina! Dia memecahkan botol bir di atas kepala seorang pria, darah berceceran di mana-mana. Itu gila!"
Sahabat Rose, Putri Haryanto, sedang menelepon, suaranya penuh desakan.
Rose sedikit kesulitan bernapas, tetapi mencoba berpura-pura tenang dan bergumam, "Oh."
Dia tidak terkejut. Mengingat betapa pedulinya Yosan terhadap Rina, dia tidak akan terkejut bahkan jika pria itu membunuh seseorang.
Zero Club bukan sembarang klub, klub itu adalah klub swasta paling elit di Kota Jingga. Tempat itu merupakan tempat di mana Yosan dan beberapa temannya sering pergi untuk mencari hiburan.
Putri melanjutkan, "Seorang pria mabuk memojokkan Rina di dekat kamar mandi dan mencoba melecehkannya. Salah satu saksi mengatakan ada bekas ciuman di dadanya dan celana dalamnya telah diturunkan. Syukurlah Rina punya akal untuk mengunci diri di kamar kecil wanita sebelum keadaan menjadi lebih buruk ...."
Rose tidak mendengar sisa perkataan Putri, pikirannya melayang ke tempat lain. Akhirnya, Putri mengakhiri panggilan.
Panggilan telepon Putri telah menghapus seluruh rasa kantuknya, membuatnya menggenggam ponsel erat-erat hingga buku-buku jarinya memucat.
Bagaimana mungkin dia tidak marah mengenai hal ini?
Dia memaksakan diri untuk tetap tenang selama panggilan itu, berpegang teguh pada harga diri terakhir yang dimilikinya.
Dia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan menggulir ponselnya, tetapi berita tentang perkelahian Yosan di Zero Club sudah menyebar di Internet.
Cerita-cerita tersebut menggambarkan Yosan sebagai seorang kekasih yang penuh gairah, seorang pria yang bersedia mempertaruhkan nyawanya demi wanita yang dicintainya, menggambarkannya sebagai sosok romantis yang berani dan mendominasi.
Semakin banyak Rose membaca, semakin marah dia jadinya. Dia tidak tahan lagi, jadi dia menyimpan ponselnya dan mematikan lampu tidur.
Dikelilingi oleh kegelapan, dia merasakan pikirannya menjadi lebih tajam.
Selama tiga tahun pernikahan mereka, Yosan belum pernah sekali pun mengumumkan hubungan mereka ke publik. Sebaliknya, dia menjalin hubungan asmara dengan beberapa wanita di klub tersebut. Rina, yang yakin akan sikap pilih kasihnya, selalu menggunakannya untuk memprovokasinya.
Pada saat ini, dia mendapati dirinya mempertanyakan pernikahannya dengan Yosan, pernikahan yang sudah membusuk dari dalam ke luar.
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya. Dia melihat ponselnya sekilas, waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Yosan kembali, tetapi dia tidak kembali ke kamar tidur mereka. Dia langsung masuk ke ruang kerja.
Rose turun dari tempat tidur, mengambil napas dalam-dalam sebelum berjalan menuju ruang kerja dan mengetuk pintu.
Tidak ada Jawaban.
Dia mengetuk lagi, kali ini memutar gagang pintu untuk membuka dan masuk.
"Siapa yang mengizinkanmu masuk?" Suara Yosan tajam, ekspresinya langsung menjadi gelap karena interupsi yang tiba-tiba itu.
Rose ragu sejenak. Kemudian, dia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk menatapnya. "Mari kita bercerai."
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Sally Esteban memutuskan membalas dendam pada keluarganya setelah mengetahui fakta kematian ibunya. Dia berniat merampas kembali tunangannya dari adik tirinya. Tetapi siapa sangka dia justru salah sasaran, pria yang dia rayu bukanlah mantan tunangannya. Melainkan adik dari tunangannya. Setelah memberikan semua pesonanya pada orang yang salah, pria itu justru mengejarnya. Sally memutuskan hubungan tersebut sebelum tali yang dilekatkan pada Glenn semakin kuat. Hingga pilihan sulit mengharuskan dia menikahi keluarga Ston. Demi mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya, dia justru bertemu kembali dengan pria seperti preman tersebut. dengan pengakuan yang mengejutkan. Sampai kemunculan Kayla mantan kekasihnya Glen. Membuat hati pria kulkas tersebut kembali diuji untuk memilih. Keterlambatan Glenn mengambil keputusan justru disalah artikan Sally, hingga memutuskan untuk bercerai. Mampukah Glenn mempertahankan istrinya yang hidup tanpa cinta?
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
21+ "Pantas belum jalan, ada maunya ternyata" Ujar Fany "hehehehe... Yuk..." Ujar Alvin sambil mencium tengkuk istrinya. Fany segera membuka handuknya. Buah dadanya menggantung indah, perutnya yang rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam langsung muncul. Alvin segera memeluk Fany dan melumat buah dadanya dengan rakus. "Pintu sudah dikunci? " Tanya Fany "Sudah...." Jawab Alvin disela mulatnya sedang mengenyot puting pink milik Fany "nyalain Ac dulu" suruh Fany lagi Sambil melepas sedotannya, Alvin mencomot remote AC lalu memencet tombol ON. Kembali dia melumat buah dada Fany bergantian kiri dan kanan, buah dada yang putih dan terlihat urat-urat merah dan biru di buah dada putihnya, membuat Alvin makin rakus melumatnya. Sambil menrunkan celana pendek dan celana dalamnya, dia membuka kaosnya, lalu merenggangkan paha Fany, ujung kontolnya yang belum tegak sempurna diberi ludah lewat jari tengahnya di bagian kepala, lalu menggosok gosok pelan di bibir vagina Fany. Fany mendesah dan merasakan mulai ada rangsangan di bibir kemaluannya, lalu tiba-tiba masuk batang berurat milik Alvin di vagina Fany yg belum begitu siap dan basah, pelan2 lelehan cairan membasahi dinding vaginanya, Alvin mulai menggoyang dan naik turun, Fanny memeluk bagian pinggul suaminya, pahanya dibuka lebar. Tidak lama kemudian.....
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY