Dengan satu dorongan terakhir, pria itu akhirnya berhenti. Meski begitu, kehangatan tetap menjalar di tubuh mereka. Terutama ketika detak jantung kuat pria itu terasa di punggungnya saat memberikan beberapa ciuman kecil di tengkuk lehernya hingga ke daun telinganya.
"Sudah kehabisan tenaga?" goda pria itu dengan suara seraknya.
Cynthia berbalik dan memeluk leher sang pria.
Lampu jalan redup yang masuk ke dalam kamar melembutkan wajah Juan yang biasanya tegas. Namun, hasrat di dalam matanya terlihat jelas. Dia bagai binatang liar yang dilepaskan, dan tidak akan berhenti sampai laparnya terpuaskan sepenuhnya.
Namun, Cynthia tidak tertipu oleh hasrat yang Juan perlihatkan di luar. Dia tahu bahwa hati pria itu, jika memang ada, sedingin es.
"Aku akan pergi kencan buta besok," bisik Cynthia.
"Hmm." Juan menanggapi dengan gumam pelan.
Detik berikutnya, dia kembali menangkap bibir wanita itu dalam ciuman panas lainnya. Tangannya turun ke pinggang dan pinggul Cynthia. Dia sudah siap untuk melanjutkan ke ronde berikutnya.
Rasa pahit memenuhi mulut Cynthia.
Tepat seperti dugaannya, pria itu sama sekali tidak peduli.
Dia merinding di bawah sentuhan Juan, tubuhnya melengkung ke arah pria itu terlepas dari akal sehatnya.
Cynthia menarik napas dalam-dalam ketika dia menarik diri dari ciumannya.
"Jika semuanya berjalan lancar, kurasa aku akan menikah," ucap Cynthia.
Kata-kata tersebut akhirnya membuat tangan pria itu berhenti menjamah tubuhnya. Dia menatap mata Cynthia, dan seolah-olah menatap langsung ke dalam jiwanya. "Kamu berencana menikah?"
"Tahun ini usiaku 27 tahun," gumam Cynthia sambil menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan perasaannya. "Aku benar-benar tidak mampu menunggu lebih lama lagi."
Cynthia gagal melihat seringai sinis yang tersungging di sudut mulut Juan.
Pria itu menarik diri sepenuhnya begitu saja. Sesaat kemudian, kamar itu terang benderang.
Cynthia buru-buru meraih gaunnya yang robek dan menempelkannya di dadanya.
Juan duduk di tepi ranjang dan menyalakan rokok. Celana panjang hitamnya masih terlihat rapi, sementara tiga kancing atas kemeja hitamnya sudah terlepas.
Pria itu terlihat menarik dan sangat menggoda.
Mata Cynthia tertuju pada rokok, dan tidak sengaja menatap pada cincin pertunangan mewah yang melingkar di jemari pria itu. Ini menambah ironi dalam kegelisahan batinnya.
Tiga tahun yang lalu, Cynthia hanyalah seorang karyawan pekerja keras yang baru saja dipromosikan menjadi sekretaris. Dia ditugaskan untuk menemani Juan Martogi yang terhormat dalam perjalanan bisnis, dan saat berada di kamar hotel di kota asing, bosnya menekan tubuhnya ke ranjang.
Dia tidak berusaha melawan. Setelah berbagi malam yang penuh gairah, bosnya menangkupkan rahangnya dan mengatakan padanya bahwa dia cukup baik di atas ranjang. Satu hal mengarah ke yang lainnya, dan di sinilah mereka sekarang, tiga tahun menjalin hubungan rahasia bersama.
Di siang hari, Cynthia adalah sekretaris Juan, dan menjadi kekasihnya pada malam hari.
Jika Cynthia harus menyalahkan pilihan bodohnya, tentu pada kenaifannya, cinta masa mudanya saat dia masih menjadi seorang siswi di bangku sekolah.
Sekarang, karena Juan akan segera menikah, dia ingin terlebih dulu mengakhiri hubungan rahasia mereka sebelum dia menjadi wanita simpanan. Dia tidak ingin dihina sebagai wanita simpanan, mengganggu apa yang dianggap sebagai pasangan serasi antara dua tokoh elit kalangan sosial.
Karena hubungan tidak dapat dilanjutkan, Cynthia memutuskan bahwa dialah yang akan mengambil inisiatif untuk pergi. Lebih baik pergi dengan caranya sendiri daripada dibuang seperti wanita murahan yang tidak berharga.
Dengan hati-hati menghindari kontak mata, dia berjalan ke pintu untuk mengambil tasnya. Setiap kali mereka melakukannya, dia selalu membawa satu set pakaian cadangan.
Cynthia sadar diri, dia tidak memiliki hak istimewa untuk bermalam, apalagi berdiri di sisi Juan.
Sebelum Cynthia sempat menyentuh tasnya, pergelangan tangannya yang lain sudah berada dalam genggaman erat. Jantungnya berdetak kencang.
"Sekali lagi," geram Juan. Ini merupakan sebuah perintah dan bukan permintaan.
Kali ini, dia melakukannya sampai Cynthia tidak mampu bergerak. Ketika Juan selesai, dia memegang rahang wanita itu dan memaksanya untuk menatap matanya. "Batalkan kencan buta besok," tuntut Juan.
Cynthia sudah tidak memiliki tenaga lagi, tetapi dia mencoba meraih jari-jari pria itu. Dia mengumpulkan martabat yang tersisa dalam dirinya dan mengucapkan kata-kata paling berani yang pernah dia ucapkan dalam tiga tahun terakhir.
"Jika aku membatalkannya, apakah kamu akan membatalkan pertunanganmu?"
Jika Juan mengizinkannya, Cynthia akan dengan senang hati menghabiskan sisa hidupnya di sisinya. Asalkan pria itu tetap melajang.
Wajah Juan membeku selama beberapa detik, lalu dia terkekeh pelan.
Suara paraunya mengingatkan Cynthia pada dengkuran kucing, tetapi ada aura mengancam yang membuatnya bergidik ketakutan.
"Kamu baru saja melewati batas," bisik Juan, menghancurkan semua harapannya dalam satu waktu sekaligus.
Akan tetapi, tentu saja Cynthia selalu tahu bahwa pria ini tidak akan pernah mencintainya.
Dia mengalihkan pandangannya lagi, lalu menirukan tawa pria itu, meski tawanya terdengar mengejek diri sendiri. "Anda bisa menolak permintaan cuti saya, Pak Juan. Saya hanya akan mengambil cuti tahunan saya besok. Masuk akal, kan? Benar-benar mengikuti aturan kantor juga."
Jemari Juan tiba-tiba mencengkeram rahangnya, membuatnya meringis kesakitan. Cynthia menatap pria itu, ekspresinya menantang. Dia menolak untuk berkompromi lebih dari apa yang sudah dia berikan.
Menilai dari alisnya yang berkerut, Juan jelas tidak puas dengan perilakunya. Meski begitu, amarahnya tidak meledak.
Juan hidup di dunia di mana dia tidak kekurangan kelinci kecil penurut dan patuh yang sangat ingin menghangatkan ranjangnya. Dia tidak tertarik untuk mempertahankan seekor kelinci yang menggigit tangannya.
"Minum pil kontrasepsimu dan bersihkan tempat ini," bentak Juan sambil melepaskan Cynthia dan menghilang ke kamar mandi tanpa melihat ke belakang.
Ketika Juan keluar beberapa menit kemudian, kamar hotelnya dalam keadaan bersih.
Di tengah ranjang ada kartu bank yang diberikannya kepada Cynthia setelah mereka pertama kali melakukannya tiga tahun yang lalu. Uang dalam kartu bank itu dimaksudkan untuk membiayai hidup Cynthia dan kebutuhan lainnya sebagai balasan atas jasanya, tetapi Juan segera mengetahui bahwa wanita itu tidak menggunakan sepeser pun uang di dalam rekening tersebut.