/0/18817/coverbig.jpg?v=690c1a11e22f05a37d180f12933563fe)
Bagaimana jika sebuah kebohongan bisa dideteksi lewat sentuhan?
Bagaimana jika sebuah kebohongan bisa dideteksi lewat sentuhan?
Napasnya tinggal selembar. Rasa sakit yang menghantam pencernaannya sudah tak bisa lagi diajak bermufakat. Pria itu tahu riwayatnya hampir tamat. Selama lebih dari 23 tahun hidupnya, ia sadar tak banyak yang telah dilakukannya. Meskipun begitu, tak ada yang bisa disesali. Justru ia harus bersyukur karena dilahirkan dari keluarga harmonis idaman banyak orang walaupun tidak punya banyak uang. Jika ada yang membuatnya menyesal, mungkin karena dalam hidupnya yang singkat harus bertemu dengan wanita itu. Wanita yang memorak-porandakan harinya.
Wanita yang memberinya minuman beracun dan menontonnya terkapar tanpa sedikit pun bersimpati. Wanita yang membunuhnya. Wanita yang ia cintai.
Jadi, seperti inikah akhirnya? Sekarat sendirian, jauh dari orang-orang yang dicintai dan mencintainya. Bertemu malaikat maut tengah malam di bukit yang gelap, tanpa lampu apalagi kamera pengawas. Sungguh penghabisan yang tak elegan. Ironisnya, bukit tempatnya mempertahankan nyawa ini jaraknya tak jauh dari rumahnya. Ia bertanya-tanya berapa lama mayatnya baru akan ditemukan jika tewas di sini dan bagaimana reaksi keluarganya menemukan anak laki-lakinya menutup mata seorang diri hanya beberapa kilometer saja dari kamarnya?
Bukannya ia tidak mau minta tolong, ia sudah mencobanya, tapi siapa yang akan mendengar suaranya di tengah bukit gelap yang jarang didatangi orang ini? Ia cuma bisa merayap beberapa senti dari kaleng minuman bersoda favoritnya yang ditenggaknya tanpa curiga. Menjauh dari zat yang sebentar lagi membunuhnya.
Sayup-sayup ia mendengar suara. Bukan suara desau angin yang menampar dedaunan atau suara binatang malam yang tengah bergosip. Ia meruncingkan pendengarannya dan nyaris melompat gembira karena suara yang didengarnya adalah suara langkah kaki yang berlari dengan irama yang tetap, seperti sedang joging. Tapi, siapa yang cukup sinting untuk joging tengah malam begini? Ia memilih tak peduli karena harapannya untuk selamat mendadak timbul.
Sesosok pria berkaos biru dan bercelana olahraga hitam yang sepertinya seumuran dengannya muncul di depannya dari balik semak. Di telinga pria itu terpasang earphone.
Begitu melihatnya, pria itu terperanjat dan bergegas mendekatinya lalu memegang lengannya.
"Lo kenapa? Sakit? Ayo ke rumah sakit."
Pria itu terlihat panik.
Ia tiba-tiba merasa harus mengatakan sesuatu.
"Ra..cun..., ra...cun...."
Sekarang pria itu tercengang.
"Siapa yang ngelakuin?"
Baru saja ia merasa bahagia karena berpikir bisa hidup, rasa sakit bercampur shock yang teramat hebat menghajar perutnya. Sepertinya, ia harus pergi malam ini. Tapi sebelum itu, ia mesti melakukan sesuatu.
"Fa...tih..., Fa...tih...."
Dalam pandangannya, pria itu kelihatan sedang mendengarkan. Namun, sesaat kemudian, di wajah pria itu nampak raut kesakitan, tangan pria itu yang menyentuh lengannya terasa gemetaran. Seluruh tubuhnya juga bergetar, entah karena pria itu atau shock yang menerjangnya. Kemudian semuanya lindap.
###
Malam yang sunyi terkoyak oleh suara sirene mobil polisi dan ambulans yang seolah berlomba meraung paling kencang. Bukit yang sehari-harinya jarang didatangi orang mendadak ramai. Garis polisi berwarna kuning mengelilingi sepetak area, menandakan tempat seorang mayat pria muda ditemukan.
Tidak jauh dari situ, pria berkaos biru dan bercelana olahraga hitam bernama Alkala Nakula tengah menenangkan diri. Masih tak percaya dirinya menjadi saksi mata sebuah kasus pembunuhan. Statusnya sebagai mahasiswa jurusan hukum di Universitas Ryha, kampus terbesar di kotanya, memang membuatnya memelajari hukum, termasuk hukum pidana. Namun, untuk terlibat secara langsung dalam sebuah kasus itu agak di luar ekspektasi.
Tapi, yang membuat Kala –nama panggilannya- merasa gelisah bukanlah keterlibatannya, melainkan kata terakhir yang diucapkan pria itu saat sekarat. Sebuah nama. Fatih.
Jika mengikuti kebiasaan umum, nama itu diasumsikan diucapkan korban sebagai pelakunya. Namun, bagi Kala, hal itu tidaklah sesederhana yang terlihat. Alasannya, karena Kala memiliki kemampuan aneh, yaitu dapat mengetahui seseorang berbohong atau tidak dengan menyentuhnya, hampir sama dengan poligraf atau pendeteksi kebohongan yang digunakan untuk menginterogasi pelaku kejahatan.
Kalau seseorang berbohong, akan muncul sesuatu yang bersuara seperti besi dipukul disertai suara mengucapkan "bohong" berulang-ulang dalam kepala Kala bila ia menyentuh orang tersebut. Hal yang seringkali membuat Kala diterjang sakit kepala hebat di saat bersamaan. Namun, jika seseorang tidak berbohong, saat disentuh Kala tidak akan terjadi apa-apa.
Dan, yang terjadi beberapa puluh menit yang lalu masih membingungkan bagi Kala. Pria muda yang menjelma jenazah di depannya tadi berbohong. Tapi, apa tujuannya? Serta yang tak kalah penting, siapa yang akan percaya perkataannya soal ini?
Tubuh tegap menggunakan leather jacket berwarna krem dipadu dengan celana jins hitam berdiri di samping Kala. Kala mendongak dan lewat cahaya mobil polisi di belakangnya mengenali orang yang baru tiba itu sebagai Iptu Ibad, anggota Kepolisian Ryha.
"Sudah baikan, Kala?"
Kala menganggukkan kepala meski belum terasa lebih baik.
"Kalau begitu sudah bisa dimintai keterangan?"
Belum sempat Kala merespons, sebuah suara memotong.
"Biar gue aja yang tanya-tanya dia, Ibad."
Kala menoleh dan melihat badan ramping yang terbungkus jaket bomber berwarna biru muda dipasangkan dengan celana jins coklat mendekat. Ujung potongan rambut bobnya bergerak-gerak disentuh angin. Ibad kemudian mengangguk kepada sosok itu dan pergi.
"Jadi, kenapa lo bisa ada di sini?"
Kala mendengus, harusnya ia bisa memperkirakan orang ini bakal muncul.
"Gue lagi joging tengah malam dan nemuin dia tergeletak, Kak."
Wanita yang baru datang itu memicingkan mata, entah karena tidak setuju dengan sikap Kala yang memanggilnya Kakak di tengah kasus atau merasa heran dengan kebiasaan tidak biasa Kala.
"Kok lo punya kebiasaan aneh kayak gitu?"
Kala melongo. Bukannya menanyakan keadaan korban saat ditemukan, AKP Kila -kakak Kala- malah penasaran dengan kebiasaannya.
"Suka-suka gue dong pengen joging kapan aja. Lagian, bukan itu yang penting sekarang, kan?"
Kila juga tahu itu, tapi tetap saja ia ingin memastikan Kala tidak berpotensi dicurigai sebagai tersangka. Berada di tempat kejadian yang jarang dilalui orang, bukankah itu agak mencurigakan?
"Atau, jangan-jangan lo curiga sama gue?"
Kala memandangnya tak percaya, Kila jadi sedikit merasa bersalah. Tapi, sebagai polisi, ia harus menelusuri setiap kemungkinan.
"Gue diajar untuk mempertanyakan semuanya yang dianggap mencurigakan."
Lebih memilih untuk tidak peduli, Kala mengalihkan perhatiannya pada hal yang ingin diketahuinya.
"Kematiannya karena apa?"
"Racun arsenik. Belum ada bukti kalo korban dipaksa minum racun itu, jadi mungkin saja ia bunuh diri."
Kala menggeleng. Kila yang melihatnya menjadi penasaran.
"Kenapa? Korban nggak bunuh diri?"
"Meskipun korban sendirian waktu gue temuin, tapi agak jauh dari kaleng minuman. Kalo emang korban bunuh diri, buat apa melata di tanah? Kan tinggal terbaring dengan tenang."
Kila bergeming, mencerna kata-kata Kala.
"Selain itu, bukti otentik yang bikin ini bukan kasus bunuh diri adalah kata-kata korban sebelum meninggal. Waktu gue ajak ke rumah sakit, korban emang bilang soal racun. Terus gue tanya siapa yang ngelakuin, korban sebut satu nama."
Kila membelalak.
"Siapa?"
Kala menjawab mantap.
"Fatih."
Mendengar nama itu, Kila sudah siap bertindak. Namun, Kala menahan lengannya.
" Tapi korban bohong."
Demi masa depan sang anak, Surya Dinata menjodohkan Alzena Dinata dengan laki laki pilihannya, yang dianggapnya laki laki baik dan cukup dewasa untuk menjadi seorang suami. Laki laki itu adalah Emilio Cullen, laki laki blasteran Indonesia-London, yang menjadi dosen di Universitas dimana Alzena berkuliah, usia diantaranya terpaut sangat jauh, Alzena 25 tahun sementara Emilio 40 tahun. Namun saat ini Alzena telah memiliki seorang kekasih, ia adalah senior dikampus nya. Lalu bagaimana kisah cinta yang akan Alzena jalani ? Akankah Alzena menerima perjodohan itu atau akan terus mempertahan kan Jody sebagai laki laki tercintanya ? Sementara Emil, ternyata Emil bukanlah seorang dosen biasa, diluar itu ia adalah seorang pewaris harta kekayaan keluarganya, semua itu tak diketahui banyak orang, termasuk Alzena dan keluarganya. Akan kah Emil terus menyembunyikan harta melimpahnya itu dari sang istri? lalu bagaimana perasaan Alzena, ketika tahu Emil tak pernah jujur dengan siapa dirinya sebenarnya?
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Maria dikhianati dan berubah menjadi seorang pembunuh di depan mata semua orang. Diliputi oleh kebencian, dia menceraikan suaminya, James, dan meninggalkan kota. Namun, enam tahun kemudian, dia kembali dengan saingan ulung mantan suaminya. Bangkit seperti terlahir kembali dari kematian, dia bersumpah untuk membuat semua orang membayar apa yang telah mereka lakukan padanya. Dia hanya menerima bekerja dengan James untuk membalas dendam, tetapi sedikit yang dia tahu bahwa dia telah menjadi mangsanya. Dalam permainan antara cinta dan keinginan, tak satu pun dari mereka yang tahu mana yang akan menang pada akhirnya.
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
© 2018-now Bakisah
TOP