Tentang Farah, ibu rumah tangga muda yang terpaksa menumbalkan putrinya karena terjerat hutang rentenir.
Tentang Farah, ibu rumah tangga muda yang terpaksa menumbalkan putrinya karena terjerat hutang rentenir.
.
"Bu, ada orang datang!" seru Galang memanggil Farah, ibunya.
Farah bergegas ke depan, wanita berusia dua puluh delapan tahun itu mengintip dari jendela, untuk melihat siapa yang datang mencarinya. Di depan pintu tampak dua orang lelaki berjaket kulit hitam.
"Bu Farah, keluar cepat! Kami tahu ibu ada di dalam," ucap salah satu lelaki tersebut.
Tubuh Farah gemetar, dia tak berani keluar menemui mereka, karena belum ada uang yang harus diberikan kepada mereka. Mereka adalah para penagih angsuran koperasi mingguan di mana Farah meminjam uang untuk menutupi hutangnya di tempat lain.
"Bu Farah! Jangan main-main dengan kami! Mau keluar atau saya ambil motor ini!" teriak lelaki itu tadi. Farah tak ada pilihan, dia harus berani menghadapi mereka, karena Farah tahu mereka tak main-main dengan ancamannya.
Ceklek!
Farah membuka pintu,dia menyembulkan kepalanya keluar dengan badan masih di dalam. Dengan gemetar dia minta tempo untuk membayar angsuran.
"Maaf_maaf Pak, saya belum ada uang, dagangan sepi, minggu depan saya bayar dobel," ucap Farah dengan perasaan takut .
"Jangan banyak alasan Bu Farah, sudah dua minggu sampean nggak bayar angsuran!" bentak Sardi, nama salah seorang penagih yang berbadan gemuk tinggi itu.
"Tapi saya benar-benar belum ada uang Pak, minggu depan saya janji bayar dobel," ucap Farah meyakinkan mereka.
Sardi dan temannya yang bernama Andri bertukar pandang, lalu keduanya berbisik-bisik.
"Baiklah bu Farah, minggu depan kami datang harus siap uang dobel untuk angsuran, kalau ingkar lagi, nggak segan-segan kami masuk rumah dan ambil barang yang ada!" ancam Andri dengan nada garang.
"Ba-baik Pak, saya janji," ucap Farah pelan.
Dua jam kemudian.
"Permisi, ibunya ada Dik?" tanya seorang lelaki yang baru datang dengan motor maticnya.
"Buuuuu, ada orang lagi!" Galang berteriak memanggil ibunya.
"Ada apa sih teriak-teriak!" Farah menghardik Galang.
"Itu ada orang," ucap Galang sambil menunjuk Wisnu, penagih koperasi harian.
Wisnu yang sedang sibuk menerima panggilan telefon tak menyadari kalau Farah sudah keluar.
Melihat Wisnu sedang asyik dengan HPnya, Farah menggunakan kesempatan yang ada untuk lari sembunyi.
"Mbak, mbak Farah mau ke mana? Jangan lari Mbak!" Wisnu berteriak memanggil Farah yang sedang berlari ke belakang rumah.
"Mau ke mana kau?" bentak Wisnu setelah berhasil menangkap tangan Farah.
"Maaf Mas, anu...anu," Farah gelagapan nggak bisa menjawab. Wajahnya ketakutan.
"Anu, anu apa? Mana uangnya? Sudah tiga hari kamu nggak ngasih angsuran!" bentak Wisnu dengan kasar.
"Maaf Mas,saya belum ada uang, besok saya bayar dobel!" ucap Farah dengan nada memohon.
"Besok dobel, besok dobel, gitu terus. Mbok ingat pas mau ngutang to Mbak, kalau begini caranya saya yang susah Mbak!" Wisnu menghardik lalu pergi begitu saja.
Farah menghela nafas lega, walau habis dicaci maki dia tak peduli. Baginya cacian dari para penagih hutang itu hal biasa. Dia tak menyadari di balik pagar sebelah rumahnya ada beberapa ibu yang mengintip kejadian tadi.
Farah bersenandung kecil, hari ini dia terselamat dari dua penagih koperasi, masih ada dua lagi yang sebentar lagi pasti datang.
"Selamat siang Mbak." Sapaan seorang lelaki mengejutkan Farah yang baru saja mau keluar dari rumahnya. Ya, dia harus keluar untuk menghindari penagih koperasi yang sebentar lagi akan datang.
"Maaf Mas, saya buru-buru, ada perlu apa ya?" tanya Farah sambil menelisik lelaki berpakaian rapi itu, dalam hatinya berdebar-debar, takut salah seorang penagih koperasi datang.
"Saya dari koperasi Tunas Indah, ingin menawarkan pinjaman, mbak punya usaha kan?" tanya lelaki yang mengaku bernama Basir itu.
Terbersit rasa senang dan lega di hati Farah, dia mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Ya Mas, suami saya jualan perabotan keliling. Ini pinjaman syaratnya apa saja dan sistem harian apa mingguan?" tanya Farah penuh semangat.
"Syaratnya seperti biasa Mbak, foto copy KTP dan KK. Bayarnya mingguan ya Mbak," Basir menjelaskan.
Tak memakan waktu lama, sejumlah uang sudah berada di tangan Farah, dan satu lubang tergali lagi oleh Farah untuk menutupi lubang yang lain.
"Buuuu, adik banguun!" seru Galang memanggil Farah yang sedang mengangkat jemuran di pagar depan rumah. Dia tak merasa takut atau khawatir ada penagih koperasi yang akan datang, karena dia baru saja mendapat pinjaman uang dari Basir, petugas koperasi yang datang tadi. Pinjaman yang didapatkan tadi cukup untuk membayar angsuran-angsuran sampai dua hari ke depan.
Seminggu kemudian.
"Mana Bu uangnya, minggu lalu sudah janji mau bayar dobel hari ini!" Sardi membentak Sarah yang ketahuan mau pergi saat mereka datang. Sarah ketakutan, dia tak menyangka dua orang penagih ini datang lebih awal dari biasanya.
"Maaf, maaf Pak," ucap Farah gugup.
"Maaf lagi, kami ke sini tiap minggu bukan hanya untuk dengar kata maaf, kami minta uang angsuran, uang yang sudah Ibu pinjam!" Sardi membentak lagi lebih keras.
"Tapi uangnya belum ada Pak," kata Farah, dia berharap dua lelaki itu memberi kelonggaran seperti biasanya.
"Kami nggak main-main dengan ucapan kami seminggu yang lalu, kami nggak akan pergi sebelum mendapatkan uang!" Sardi mengingatkan ancamannya yang akan mengambil barang apa daja sebagai ganti uang angsuran.
"Ada apa sih ribut-ribut?" tanya Yulia, tetangga yang rumahnya tepat di depan rumah Farah. Di komplek itu Yulia terkenal dengan julukan kompor julid, karena sifatnya yang suka mencampuri urusan orang lain.
Melihat Yulia datang, Farah merasa gengsinya naik. Tanpa membuang waktu dia masuk ke dalam rumah dan mengambil uang yang sebenarnya untuk membayar sewa kios, kios itu untuk menyimpan barang dagangannya.
"Saya harus bayar berapa Pak?" tanya Farah kepada Sardi yang masih memasang wajah garang.
"Tiga minggu jadi 720 ribu!" jawab Sardi dengan suara lantang.
"Ini 960 ribu, jadi minggu depan nggak usah ke sini," kata Farah sambil menyerahkan uang berwarna merah sepuluh lembar, Farah melirik ke arah Yulia yang dari tadi memperhatikannya.
Sardi dan Andri saling pandang, wajah yang tadi sangar berubah cerah ketika melihat lembaran uang merah yang diterima dari Farah. Mereka merasa lega karena terbebas dari omelan atasannya.
"Nah, gini dong Bu, jadi kan sama-sama enak," ucap Sardi sambil menghitung uang tersebut.
"Jadi uang ibu sisa empat puluh ribu ya," ucap Sardi sambil mencari -cari uang pecahan untuk dikembalikan kepada Farah.
"Nggak, nggak usah Pak, kembaliannya buat beli rokok kalian saja," tolak Farah sambil melirik ke arah Yulia.
"Wah, yang bener bu Farah?" tanya Andri seolah tak percaya. Farah yang selalu menghindar kalau ditagih kok bisa-ibisanya ngasih uang rokok.
"Bener lah Pak, ingat ya minggu depan nggak usah ke sini," cetus Farah tegas.
"Yang baru banyak duit sombong!" celetuk Yulia setelah Sardi dan Andri pergi.
"Memang ada masalah dengan kamu Yul?" tanya Farah sinis.
"Paling juga duit dapat dari utangan, gali lobang tutup lobang gituuu!" sindir Yulia sambil mencibir.
"Memang kenapa kalau aku utang? Kamu rugi gitu? Enggak kan?" Farah mulai emosi.
"Nggak rugi sih, cuma risih aja tiap hari ada orang mondar-mandir datang NAGIH UTANG!" kata Yulia dengan menegaskan ucapan kata yang terakhir.
"Kenapa kamu yang risih? Mereka datang ke rumahku, nggak ke rumahmu!" Farah terus saja membalas kata-kata Yulia.
"Memang susah ya ngomong sama orang yang hobby utang," ucap Yulia tak mau kalah.
"Lebih susah ngomong sama orang yang suka ikut campur urusan orang. Sekarang aku mau tanya, aku bayar utang, memang minta kamu untuk bayarkan? Enggak kan? Terus apa urusanmu sama aku? Jawab Yul!" bentak Farah dengan sengit.
Melihat Farah naik pitam, wajah Yulia berubah pucat, dia tak berani menjawab dan bergegas pergi dari halaman rumah Farah.
"Dik, mas mau ke rumah Bayu, sini uang sewa kios yang Mas kasih tadi malam, biar nanti Mas sekalian mampir ke rumah pak Murshid dan membayarkan uang itu," kata Herman, suami Farah.
Farah terkejut mendengar ucapan suaminya. Dia bingung harus bilang apa, uang yang seharusnya untuk bayar sewa kios sudah dipakai untuk membayar angsuran koperasi.
"Kan belum jatuh tempo Mas?" kilah Farah, dia memutar otaknya untuk mencari alasan.
"Besok jatuh tempo, dari pada nanti pak Murshid menagih ke sini, kan lebih baik kita yang ke sana," ucap Herman sambil menghidupkan motor maticnya.
"Anu-anu Mas, uangnya dipakai mbak Aminah, tapi besok pasti dikembalikan," ucap Farah dengan gugup, Aminah adalah teman akrab Farah yang rumahnya di gang sebelah.
"Mbak Aminah? Kamu nggak salah? Dia kan kaya raya masa pinjam sama kita?" tanya Herman, dahinya berkerut karena heran, dan sesaat kemudian Herman menyambung ucapannya.
"Kalau begitu ayo Mas antar ke rumah mbak Aminah, kita harus segera membayar sewa kiosnya sebelum pak Murshid marah, sudah tiga bulan kita nunggak, untung motor butut Mas itu laku dijual."
"Jangan sekaranglah Mas," Farah berusaha menolak dan mencari alasan.
"Kapan lagi, ayo cepat naik, kamu mau diusir oleh pak Murshid?"
Tentang Kirani, wanita muda yang bergelar istri yang terpaksa menjadi wanita malam demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga suaminya.
Sedih dan terluka hati Raisa saat suami yang dicintainya meninggal dunia, ditambah lagi dengan adanya seorang bayi mungil yang ternyata anak kandung suaminya.
Kenny Reagen pemuda tampan dan ber-image baik dari latar belakang keluarga kaya raya pemilik perusahaan ekspedisi terkemuka, membuat gebrakan gila dengan menawarkan barter sex pada Cherry gadis cantik, baik, yang berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan dan terkenal tunduk pada pacarnya. Apa Cherry dan pacarnya setuju dengan barter gila dan tidak masuk akal ?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Seri Terjebak - Episode I: Terjebak dengan sang CEO. Dibius pada suatu malam oleh mantan pacarnya, seorang pria misterius memanfaatkan tubuhnya dalam malam yang menyenangkan. Untuk membalas dendam, dia menikahi pria itu, dan memanfaatkannya. "Selama aku masih hidup, aku adalah istri sahnya, sedangkan kalian semua cuma wanita simpanan." Dia tetap bersikeras bahkan ketika pria itu terlibat dalam skandal dengan wanita lain. Akhirnya dia pergi setelah mengetahui bahwa pria itu telah mengkhianatinya lagi. Tetapi nasib membawanya kembali kepada pria itu beberapa tahun kemudian, yang membuatnya menjadi heran. Pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan darinya, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin menyiksa dan menghantuinya.
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY