/0/20231/coverbig.jpg?v=2f668cd5ceef5ed007ad2361c9689643)
(18+) Renata mencintai James, sahabatnya. Namun, dia tahu James tak pernah memiliki perasaan yang sama. Satu-satunya cara agar James tak pernah pergi dari sisinya hanyalah hubungan rahasia yang mereka jalin. Sebuah 'hadiah' yang Renata beri hanya untuk James, kapanpun pria itu minta. Renata tak akan menyerah, akan dia pertaruhkan segalanya demi mendapatkan James.
Keringat bermunculan di kening Renata. Mata indahnya terpejam erat, merasakan sensasi aneh ketika bibir James menjalajahi lehernya. Pria bertubuh kekar itu memberikan gigitan ringan, lalu menghisap lehernya pelan.
"Ahh."
Namun, tiba-tiba pergerakan James terhenti. Pria itu bangun, duduk di tepi ranjang. Renata mengernyitkan alis melihat itu. Dia ikut bangun dan duduk di samping James. Tanpa mengancingkan kemejanya, Renata duduk bersila.
"Kenapa?"
James menggelengkan kepala. Pria itu meraih kausnya di ujung ranjang dan memakainya cepat. Tepat setelahnya, ponselnya di atas laci berbunyi. Sebelum James mengambilnya, Renata bisa melihat nama si pemanggil.
"Halo."
James melirik Renata yang memasang wajah datar. Pria itu mendengarkan si penelepon dalam diam. Matanya tak beralih, terpaut pada netra keabuan Renata.
"Iya, sayang. Tiga puluh menit. Hmm," ucap James, lalu menutup panggilan.
Si pemanggil, Lia, adalah kekasihnya. Mereka sudah menjalin hubungan selama enam bulan, tiga bulan sebelum hubungan rahasianya dengan Renata dimulai. Dia mencintai Lia, tetapi tak bisa menolak tawaran dari Renata.
"Mau pergi?" Renata akhirnya bersuara, setelah hampir lima menit hanya diam menatap James.
James tak menangkap emosi dari suara perempuan itu. Akhirnya dia hanya mengangguk, memilih untuk jujur. Tak ada alasan baginya untuk menutupi, karena Renata sangat tahu mengenai hubungannya dengan Lia.
"Oke." Renata menggedikkan bahu santai. Dia beringsut turun dari ranjang. "Next time aja kalau gitu."
Tetapi, belum juga kakinya menginjak lantai dengan benar, James sudah menarik tubuhnya. Otomatis Renata jatuh ke dalam pangkuan James. Kakinya yang hanya memakai hot pants itu terasa hangat ketika mengenai kulit James.
James meletakkan dagunya di bahu Renata. Tangannya perlahan melingkari pinggang ramping perempuan itu. Dia bergumam halus, menempelkan bibirnya di telinga Renata, membuat perempuan itu memejam kegelian.
Renata berusaha melepas tangan James dari perutnya. Tetapi, kekuatan pria itu tentu jauh lebih besar dari dirinya. Usahanya sia-sia saja. Bagaikan berusaha memutuskan ikatan rantai tanpa senjata, hanya menggunakan tangan kosong.
"Kenapa? Udah nggak suka?" bisik halus Janes, tepat di depan telinga Renata.
Dengan sengaja pria itu memberi kecupan, mengintipkan lidahnya sedikit untuk menjilat ujung telinga Renata. Sontak saja Renata memejamkan mata, merasakan sensasi menggelitik yang sampai ke perutnya.
"James," peringat Renata. "Katanya mau pergi? Nanti cewek lo marah-marah. Gue lagi males berantem."
James menghentikan gerakannya. Perlahan dia menarik kepala dari bahu Renata. Punggung perempuan itu terlihat begitu kecil, seakan bisa remuk hanya dengan satu hentakan saja. Namun, siapa sangka Renata sangat kuat menghadapi James selama ini.
"Sana," usir Renata.
Satu ujung bibir James terangkat. Baiklah, kalau itu yang Renata mau. Dia melepas rangkulannya dari pinggang Renata, membiarkan perempuan itu bangkit dari pangkuannya. James menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan tubuh.
"Kamu serius?" tanyanya, memancing Renata.
Kepala James teleng ke kanan, menatap nakal Renata yang hanya berdiri diam. Perempuan itu terlihat begitu cantik dalam keadaannya sekarang. Kemeja yang tak terkancing, memperlihatkan sebuah bra berwarna hitam yang dia pakai. Jangan lupakan hot pants hitam yang bahkan tak mampu menutupi separuh paha Renata.
Renata berkacak pinggang. Bola matanya berputar jengah. "Terus? Kalau gue minta lo tetep di sini, lo bakal batal pergi gitu?"
Tak menjawab, James hanya diam menatap mata Renata. Pria itu memandang intens, seakan berusaha mengoyak isi kepala Renata. Untuk beberapa saat, Renata kembali tetpesona oleh tatapan James.
"Sial," umpat Renata pelan, memalingkan wajah.
James tertawa menyadari semburat merah muda di wajah perempuan itu. Menggemaskan sekali, membuatnya ingin mengarungi Renata dan menyimpannya untuk dilihat seorang diri. Tak rela membayangkan ada pria lain yang melihat Renata malu-malu dalam keadaan setengah telanjang.
"Udahlah lo-ah!"
Renata melotot. James menariknya secara tiba-tiba. Pria itu membaringkan setengah tubuhnya di atas ranjang, membiarkan Renata menindihnya. Dia mengangkat ujung bibirnya, meniup wajah Renata gemas.
"Lucu," pujinya. "Karena lo lucu, gue bakal tinggal di sini lebih lama. Satu jam?"
Renata terlihat terkejut. Tak biasanya James mau tetap di sisinya setelah mendapat telepon dari Lia. Biasanya pria itu akan langsung memakai pakaiannya, beranjak pergi. Bahkan James sering lupa untuk berpamitan.
"Beneran? Lo cuma mau permainin gue, kan?"
James menipiskan bibir. "Mau bukti?" tantangnya.
Satu alis Renata terangkat. Dia menganggukkan kepala, meremehkan ucapan James. Tidak mungkin James membuat Lia, kekasih kesayangannya itu sedih atau marah. Kalau Renata, bahkan menangis pun James tak mungkin benar-benar peduli.
"Oke," ucap James santai.
Dengan mudah James menjatuhkan tubuh Renata ke samping. Tanpa memberi jeda James naik ke atas tubuh perempuan itu. Duduk dengan kedua kaki di sisi tubuh Renata, James membuka kausnya. Perutnya kini tak tertutup sehelai benangpun, otot-ototnya menonjol menarik perhatian Renata.
Tak sampai di sana, James mengangkat tubuh Renata ke tengah ranjang. Setelah itu tanganya bergerak lincah melepas kemeja Renata. Dengan senyum miring tercetak, dia menelisikkan kedua taggannya ke punggung Renata.
"Satu kali permainan," ucapnya.
...
James berjalan mengendap hingga sampai di belakang punggung Lia. Kedua tangannya terangkat, menutup mata Lia dari belakang. Reflek kekasihnya itu berbalik. Dengan wajah terkejut Lia menatap James, sebelum berubah menjadi raut kesal di detik selanjutnya.
"Telat!" kesalnya.
James hanya tertawa. Dia memeluk erat Lia. Walau ingin memberontak, Lia tak punya kekuatan bila sudah berada dalam kungkungan James. Tenaganya kalah jauh. Lihat saja urat yang menonjol dari pergelangan tangan James.
"Maafin, ya?" pinta James. "Tadi bener-bener ada kecelakaan kecil. Lihat, aku sampe keringetan karena takut telat. "
Lia mendongak. Benar saja, leher James yang basah oleh keringat mengkilap terkena pantulan cahaya. Lia langsung cemberut. Tangan kecilnya terangkat, menyentuh leher kekasihnya. James menggeliat kecil, merasa geli ketika jemari kecil Lia bergerak-gerak di sana.
Lia berdecak. "Yaudah. Aku maafin, walau telat hampir dua jam. Aku sampai kering nungguin di sini kayak orang kurang kerjaan." Lia menghentakkan kaki. "Aku daritadi dilihatin orang-orang tahu. Sampai malu."
"Ututu." James tersenyum, mengacak puncak kepala Lia. Ternyata keputusan yang sangat menguntungkannya untuk tinggal lebih lama dengan Renata. Selain mendapatkan hal 'luar biasa' dia juga bisa melihat Lia merajuk.
"Maafin aku. Janji besok kalau kita ketemu, aku bakal datang satu jam lebih dulu."
Dengan bibir megerucut Lia mengangguk. Akhirnya dia mau membalas pelukan James. Tangan kecilnya melingkar di tubuh James, sedangkan kepalanya dia tenggelamkan di dada bidang pria itu. Dia membiarkan dagu James menempel di atas kepalanya.
Sedangkan di balik dinding tak jauh dari James dan Lia berada, Renata mengawasi diam-diam. Dengan topi menutupi setengah wajahnya Renata mengikuti James ke sana. Tangannya terkepal, sekali-lagi menyadari posisinya.
Karena tantangan dari teman-temannya, Brigitha terpaksa mencium Asher-CEO kaya yang dianggap penyuka pria karena tak pernah menjalin kasih. Tanpa bertanggung jawab Brigitha melarikan diri, meninggalkan Asher sendiri dengan bekas lipstik di bibirnya. Semuanya menjadi rumit setelahnya. Asher jadi sering muncul. Pria licik itu dengan mudah memanipulasi Brigitha si gadis polos. "Aku akan menyelamatkan perusahaan tempat papamu bekerja, jadi menikahlah denganku." Mereka berdua berakhir di pelaminan. Brigitha, si gadis polos terpaksa menjadi bukti konkret bahwa Asher adalah pria normal perkasa, tak seperti yang dirumorkan. ...... "Lo cuma manfaatin kepolosan Brigitha. Lepasin dia, bajingan!" -Levan "Brigitha memang polos, apalagi saat berbaring di sisiku," -Asher
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Ika adalah seorang ibu rumah tangga yang harus berjuang mencari nafkah sendiri karena suaminya yang sakit. Tiba-tiba bagai petir di siang bolong, Bapak Mertuanya memberikan penawaran untuk menggantikan posisi anaknya, menafkahi lahir dan batin.
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?