/0/20911/coverbig.jpg?v=a118fcfd84a16c7214b7083fcf58d996)
Rania harus bekerja keras mempertahankan rumah tangganya yang sudah diujung tanduk, saat tiba-tiba datang laki-laki di masa lalunya yang menjadi pengobat kegundahannya. Bisakah Rania mempertahankan rumah tangganya bersama Yoga yang sedari awal tidak benar-benar mencintainya? Ataukah berpaling pada Rendy, sosok penyayang yang tiba-tiba hadir kembali saat dirinya sudah terikat?
Rania menatap bayangannya di cermin, memperhatikan setiap detail penampilannya yang kini terlihat berbeda dari biasanya. Gaun putih sederhana dengan sulaman halus membalut tubuhnya, tapi matanya memancarkan keraguan yang dalam. Hari ini adalah hari yang mengubah hidupnya, ia akan menikah dengan seorang laki-laki yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Hatinya bergejolak, antara menerima takdir dan ketidakpastian masa depan.
"Apa aku bisa melewati semua ini?" bisiknya dalam hati, sambil menyentuh ringan riasannya. Ini bukan pernikahan impiannya, tidak ada cinta, tidak ada persahabatan, hanya komitmen yang disusun oleh keluarga. Rania menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, dan melangkah keluar dari kamar dengan langkah yang terasa semakin berat.
Sedetik kemudian, Mama Rania datang menghampiri dengan langkah pelan. Matanya berkaca-kaca, menahan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tanpa bicara, beliau meraih tangan putrinya dan menggenggamnya erat.
"Rania, Nak..." suara Mama Rania terdengar serak dan lembut. "Ibu tahu ini bukan mudah bagimu. Tapi percayalah, takdir Allah selalu yang terbaik, meskipun kadang sulit kita pahami. Terimalah dengan lapang dada, dan semoga nanti, seiring waktu, hatimu akan menemukan kebahagiaan."
Rania menatap ibunya, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Kehangatan tangan ibunya memberi kekuatan, meski hati masih bergemuruh. Ia mencoba tersenyum kecil, meski lemah, sebagai tanda ia mendengar dan memahami.
Mama Rania menghela napas panjang, berusaha menahan isak. "Nak, ada sesuatu yang belum sempat Ibu sampaikan ... Ini bukan hanya tentang perjodohan semata. Ini juga wasiat dari Papa sebelum beliau meninggal."
Mata Rania membesar, terkejut mendengar kata-kata itu. "Wasiat Papa?" tanyanya, suaranya bergetar.
Mama Rania mengangguk pelan, air mata mulai jatuh. "Papa ingin kamu menikah dengan seseorang yang menurutnya bisa menjaga dan melindungimu. Dia sudah memikirkan ini jauh sebelum kepergiannya. Papa percaya, meskipun kamu belum mengenalnya sekarang, suatu hari kamu akan mengerti alasan di balik keputusan ini."
Rania terdiam, dadanya sesak. Kenyataan bahwa ini adalah keinginan terakhir ayahnya membuatnya semakin sulit untuk menolak. "Papa selalu ingin yang terbaik untukmu, Rania," lanjut mamanya dengan suara penuh kelembutan. "Mama harap kamu bisa menjalani ini dengan ikhlas. Percayalah, takdir Allah pasti indah pada waktunya."
Rania menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kegelisahan yang berkecamuk dalam dadanya. Genggaman tangan Mama yang hangat memberinya sedikit kekuatan. Ketika kakinya menginjak area tempat akad, tatapannya langsung tertuju pada sosok Yoga. Ia berdiri tegap di sana, tampak tenang dengan wajah penuh keyakinan. Laki-laki yang akan menjadi suaminya sebentar lagi, dengan segala kelebihan dan kekayaannya, tampak siap menghadapi momen sakral ini.
Hati Rania masih diliputi keraguan. Bukan karena ia tidak mengenal Yoga, tetapi karena pernikahan ini terjadi begitu cepat. Segalanya terasa seperti mimpi yang belum sepenuhnya ia pahami. Namun, di hadapan penghulu dan keluarga besar yang hadir, ia tahu bahwa inilah saatnya mengambil langkah besar dalam hidupnya.
Sang penghulu mulai memimpin prosesi dengan suara yang tenang dan penuh hikmat. Yoga mempersiapkan diri untuk melantunkan ijab kabul. Suasana seketika hening, seluruh perhatian tertuju pada momen paling penting itu.
Di tengah keheningan yang khidmat, penghulu membuka prosesi dengan kalimat bismillah, diikuti dengan beberapa penjelasan singkat mengenai makna pernikahan. Setelah itu, ia mempersilakan Yoga untuk memulai ijab kabul.
Dengan napas dalam yang hampir tak terdengar, Yoga menatap lekat pada wali Rania. Suaranya tegas tapi penuh hormat saat ia mengucapkan:
"Saya terima nikahnya Rania binti Hendra dengan mas kawin tersebut, tunai."
Seketika, suara saksi dan hadirin yang hadir pun mengikuti, mengucapkan tanda persetujuan, "Sah."
Momen itu seakan berhenti sejenak. Yoga menundukkan kepala, menghela napas lega. Rania, yang mendengar kalimat itu, merasa dunia di sekitarnya mengabur. Hatinya bergetar, antara kebahagiaan dan ketidakpastian yang selama ini menyelimutinya perlahan mulai tersibak. Ia kini resmi menjadi istri Yoga, dan sebuah babak baru dalam hidupnya telah dimulai.
Setelah ucapan ijab kabul terlantun dan dinyatakan sah, Yoga hanya bisa menghela napas panjang, namun bukan napas lega seperti yang biasa dirasakan oleh pengantin pada umumnya. Alih-alih merasa bahagia, ada kekosongan yang sulit ia gambarkan. Senyum yang terukir di wajahnya hanya topeng, menutupi gelisah yang bersemayam di dalam hatinya.
Di benaknya, bayangan kekasihnya, seorang model ternama, terus muncul. Wanita yang ia cintai sepenuh hati, tapi tidak bisa ia nikahi karena desakan keras dari sang Kakek yang sangat berpengaruh dalam keluarganya. Kakek Yoga menginginkan Rania sebagai istri cucunya demi menjaga kehormatan keluarga dan memperkuat ikatan bisnis di antara kedua keluarga besar.
"Ini bukan kehidupan yang kuinginkan, tapi aku tidak punya pilihan." batin Yoga.
Rania, yang duduk di sampingnya dengan pandangan ragu dan penuh harap, mungkin tidak tahu apa yang berkecamuk di hati Yoga. Ia hanya melihat sosok pria yang baru saja menjadi suaminya, tanpa mengetahui bahwa cinta pria itu berada di tempat lain, bersama wanita lain.
Dengan perasaan yang bercampur aduk, Yoga mencoba menguatkan dirinya. Ia tahu, keputusannya untuk menikahi Rania adalah demi memenuhi kewajiban keluarganya. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia tak bisa menipu dirinya sendiri bahwa pernikahan ini bukanlah apa yang ia inginkan.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?