/0/21486/coverbig.jpg?v=f0c087d22ce0581118b6bb2172f38c63)
Adel tumbuh dengan luka yang mendalam. Hubungannya dengan ayahnya yang penuh kekerasan membuat masa kecilnya terasa seperti beban berat yang sulit dilepaskan. Kekerasan fisik dan mental yang ia alami meninggalkan bekas luka mendalam,ibunya menjadi satu-satunya figur yang selalu ia andalkan Di SMA, persahabatannya dengan Dara yang bertahan selama 2 tahun lebih mulai renggang ketika Dara menjalin hubungan dengan Farhan, seorang pria yang membuat Adel merasa dilupakan. Hubungan mereka yang dulu erat berubah menjadi dingin karena kesalahpahaman yang sulit dihindari. Di sisi lain, hubungan Adel dengan Vero, kekasihnya, penuh lika-liku. Mulai dari harapan manis hingga kekecewaan mendalam, Adel berkali-kali harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah Vero benar-benar pantas diberi kesempatan kedua? Di tengah kekacauan ini, Adel mulai merancang masa depannya. Ia memutuskan untuk mengambil waktu jeda sebelum kuliah, mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) di Surabaya. Dengan harapan menemukan tujuan baru dan membangun hidup yang lebih baik, Adel perlahan melangkah maju, meninggalkan hubungan yang merusak dan menggali kekuatan dari dalam dirinya. Keputusan ini adalah bentuk keberanian Adel untuk keluar dari zona nyamannya, menghadapi dunia, dan mencari jati diri di tengah segala keruwetan hidup. Namun, masa lalu yang belum selesai terus menghantui langkahnya. Kisah ini adalah tentang perjalanan seorang gadis muda yang mencoba berdamai dengan masa lalu, memperjuangkan apa yang berharga, dan menemukan dirinya di tengah luka, kehilangan, dan harapan. Akankah Adel berhasil membangun masa depan yang ia impikan? Akankah Adel mampu merajut kembali hubungan yang hancur, atau justru meninggalkannya untuk selamanya? Novel ini adalah perjalanan emosional seorang remaja yang mencari arti kebahagiaan di tengah luka, kehilangan, dan perjuangan.
Awal kelas dua SMA jadi masa yang nggak terduga buat Adel dan Dara. Mereka baru saja sekelas, duduk nggak jauh dan langsung jadi dekat karena punya banyak kesamaan. Mulai dari kebiasaan suka bercanda, sampai kegemaran mereka nongkrong bareng setelah pulang sekolah. Nggak butuh waktu lama buat mereka saling merasa nyaman. Mereka suka sharing cerita-cerita ringan, mulai dari gosip di sekolah sampai curhatan pribadi yang lebih mendalam.
Di tengah semester pertama kelas dua...
"Eh, Del, menurut lu, cinta itu perlu dikejar-kejar nggak sih?" Dara tiba-tiba nyeletuk di sela-sela makan siang mereka di kantin.
Adel ngelirik penasaran sambil ketawa kecil. "Apaan sih, Dar? Lu lagi naksir siapa?"
Dara malah senyum-senyum sendiri, sambil ngelepas handphone dari tasnya. "Enggak, gue cuma iseng doang. Coba-coba aplikasi kencan, kali aja nemu yang cocok," jawab Dara sambil nunjukin aplikasi kencan di layar handphone-nya.
Adel agak terkejut, tapi akhirnya malah ikut ketawa. "Gile, ya lu. Nggak takut apa? Bukannya kita pernah bahas kalo aplikasi kencan tuh agak menakutkan?"
Dara menunduk, masih senyum, tapi kali ini dengan sedikit ekspresi serius. "Iya, tapi... gue penasaran aja, Del. Kadang gue merasa kesepian, pengen aja coba ngobrol sama orang baru."
Adel diam sejenak, tatapannya melunak. Dia tahu, Dara sering ngerasa sendirian walaupun mereka punya banyak teman di sekolah. Adel akhirnya tersenyum dan angguk, nyoba dukung keputusan Dara. "Ya udah, asal hati-hati aja, ya. Jangan sampe ketemu yang aneh-aneh."
Dara nyengir sambil angkat bahu. "Tenang aja, gue nggak sembarangan, kok."
---
Waktu berlalu, dan Dara cerita kalau dia kenal cowok dari aplikasi itu-namanya Farhan. Awalnya cuma ngobrol ringan, tapi makin lama mereka jadi rutin chat. Dara sering banget cerita soal Farhan ke Adel, mulai dari gaya bicaranya yang lucu sampai perhatian-perhatian kecil yang Farhan kasih. Dalam beberapa minggu, Dara udah mulai deket banget sama Farhan, bahkan kadang terlihat lebih antusias saat ngomongin cowok itu.
Di sekolah, saat istirahat...
"Del, tau nggak? Farhan tuh lucu banget, dia tuh bener-bener bikin gue ketawa tiap kali chat," cerita Dara dengan mata berbinar-binar.
Adel cuma bisa senyum sambil dengerin. Dia seneng ngeliat Dara bahagia, tapi ada perasaan cemas yang nggak bisa dia abaikan. "Tapi, lu beneran yakin sama dia, Dar? Lu belum ketemu langsung kan?"
Dara menatap Adel dengan senyum yakin. "Ya, kan gue nggak buru-buru, Del. Gue cuma ngobrol-ngobrol aja. Lagian dia keliatan jujur kok."
Adel angguk-angguk pelan, tapi dalam hatinya, dia tetap merasa ragu. "Oke deh, asal lu hati-hati aja. Gue cuma nggak mau lu terluka."
Dara mengangguk, senyum penuh keyakinan. "Iya, gue ngerti kok. Tenang aja."
---
Sementara Dara makin intens dengan Farhan, Adel pun ikut penasaran dan coba aplikasi kencan yang sama. Dia kenalan dengan seorang cowok bernama Vero, yang dalam waktu singkat langsung nyambung dengan cara pikir dan gaya bicaranya. Selama beberapa minggu, mereka sering chat setiap malam, dan suatu malam, Vero akhirnya ngajak ketemuan langsung di Bukit Bintang.
Adel masih ragu untuk datang sendirian, dan akhirnya minta Dara buat nemenin dia. Mereka berdua sepakat untuk bertemu Vero, yang nantinya jadi pengalaman baru bagi Adel.
Malam di Bukit Bintang...
"Del, lu beneran yakin aman?" tanya Dara sambil ngebetulin jaketnya karena angin malam yang cukup dingin.
Nggak lama kemudian, Vero datang-berpenampilan sederhana, pakai jaket hitam dan rambutnya sedikit gondrong. Dia senyum hangat sambil melambai ke arah mereka, dan Adel merasa lebih tenang melihat sikap ramah Vero.Adel dan Vero bertemu di malam yang cukup dingin. Vero terlihat cukup tampan, namun ada sesuatu yang tidak nyaman bagi Adel. Saat mereka berbicara, Vero seringkali melontarkan candaan yang sedikit menyinggung, atau terlalu serius menanggapi hal-hal kecil yang seharusnya tidak diperhatikan begitu intens.
"Gue sih nggak masalah, kalau lo lebih nyaman sama gue, Del," kata Vero dengan nada sedikit menggoda, saat mereka sedang duduk di sebuah kafe di Bukit Bintang.
Adel merasa aneh, "Gue nggak ngerti, Ver. Kita baru kenal, lo nggak harus kayak gitu, kan?"
Dara yang duduk di meja sebelah ikut diam. Melihat sikap Vero yang agak berlebihan, dia mulai merasa cemas, namun berusaha untuk tidak ikut campur.
Tapi, saat pertemuan itu selesai, Adel merasa ada yang kurang. Vero memang menarik, tapi entah kenapa, dia merasa seperti ada jarak antara mereka. Mungkin itu perasaan pertamanya yang membuatnya bingung, tapi dia berusaha memberi kesempatan lagi. Vero tetap menghubungi Adel setelah itu, dan mereka mulai sering berkomunikasi.
---
Adel terbangun di pagi hari dengan perasaan campur aduk. Setelah semalam bertemu dengan Vero, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Meskipun Vero tampak menyenangkan, ada sisi dirinya yang membuat Adel merasa tidak nyaman. Tapi, dia tidak bisa menepis perasaan yang mulai muncul-perasaan bahwa Vero mungkin adalah seseorang yang bisa memberikan sesuatu yang baru dalam hidupnya.
Dara yang selalu menjadi pendengar setia bagi Adel, tentu saja tahu apa yang terjadi. Di kelas, mereka berdua masih saling berbicara seperti biasa, meskipun ada jarak kecil yang mulai muncul antara mereka.
"Lo lagi mikirin Vero nih?" tanya Dara sambil menggoda saat mereka duduk di kantin.
Adel hanya tersenyum, meski hatinya sedikit berdebar. "Nggak juga, cuma... dia beda aja dari yang lain."
Dara mengerutkan dahi. "Beda gimana?"
"Kayak, dia tuh... nggak mau nyerah kalau dia pengen sesuatu. Bahkan kalau gue bilang nggak, dia bakal terus coba." Adel menggelengkan kepala, mencoba menjelaskan perasaannya yang sebenarnya agak rumit.
"Dia kok kayak gitu?" Dara mulai terlihat khawatir. "Gue ngerti sih kalau lo pengen mencoba hal baru, tapi hati-hati aja, Del."
Adel hanya mengangguk. "Gue tahu, Dar. Gue cuma nggak ngerti perasaan gue sendiri."
Hari-hari berlalu, dan meskipun mereka berdua saling berbicara seperti biasa, ada ketegangan yang mulai muncul di antara mereka. Tidak hanya karena Vero, tetapi juga karena kesenjangan yang terasa antara Adel dan Dara. Dara yang semakin dekat dengan Farhan, dan Adel yang semakin sering menghabiskan waktu dengan Vero, seolah-olah ada dua dunia yang terpisah.
---
Sementara itu, hubungan Adel dengan Vero semakin intens. Mereka mulai sering berbicara di chat, dan setiap percakapan terasa penuh dengan ketegangan emosional. Vero selalu tahu bagaimana caranya membuat Adel merasa spesial, meskipun kadang-kadang dia terlalu menguasai percakapan, membuat Adel merasa kurang nyaman.
Suatu malam, setelah sebulan lebih mereka berkenalan, Vero mengirim pesan yang cukup panjang.
Vero: "Gue nggak tahu kenapa, tapi rasanya kayak kita udah kenal lama. Kayak lo tuh udah bagian dari hidup gue aja."
Adel merasa sedikit bingung membaca pesan itu. Mereka baru kenal beberapa minggu, dan Vero sudah mengatakan hal seperti itu. Tapi, entah kenapa, hatinya terasa hangat membaca kata-kata itu.
Adel: "Lo... serius? Kita baru kenal, Ver."
Vero: "Gue nggak pernah ngomong gini ke cewek lain, Del. Lo beda."
Adel terdiam membaca pesan itu. Bagaimana bisa seseorang yang baru dikenal bisa mengatakan hal seperti itu? Perasaan itu membuatnya merasa terhanyut, tapi juga ragu.
Namun, semakin sering mereka berbicara, semakin sering Vero mengungkapkan rasa suka dan ketertarikannya kepada Adel. Suatu hari, dia mengajak Adel untuk pergi keluar lagi, kali ini untuk makan malam bersama di restoran yang agak mewah.
"Del, lo mau nggak kita coba ngelakuin sesuatu bareng lagi? Gue pikir, kalau lo mau, kita bisa lebih deket lagi," kata Vero, mengajak dengan nada serius.
Adel bingung, tetapi juga merasa sedikit tertarik. "Iya sih, kayaknya seru juga. Tapi, gue beneran butuh waktu buat ngeresapi semua ini, Ver."
Vero hanya tertawa kecil. "Gue ngerti, kok. Tapi gue yakin kita bisa saling ngerti lebih dalam."
Pada malam itu, mereka bertemu di restoran tersebut. Vero mengenakan jaket hitam yang membuatnya terlihat lebih dewasa dan misterius. Wajahnya yang tampan membuatnya semakin menarik di mata Adel. Mereka berbicara banyak hal, mulai dari cerita masa kecil, impian masing-masing hingga rasa trauma yang di sebebkan oleh masa lalu mereka masing-masing. Meski ada perasaan hangat, ada juga rasa ragu yang menghinggapi hati Adel.
Setelah makan malam, mereka berjalan keluar menuju mobil Vero. Sebelum berpisah, Vero menatap Adel dengan penuh perhatian. "Lo tahu, kan, gue serius sama lo, Del?"
Adel hanya mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya, ada suara kecil yang bertanya-tanya, apakah ini benar-benar yang dia inginkan?
---
Hari-hari berjalan cepat, dan hubungan Adel dengan Vero semakin mendalam. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, berbicara melalui chat, bahkan kadang-kadang bertemu di luar sekolah. Vero makin menunjukkan sisi perhatian yang membuat Adel merasa dihargai, meskipun ada bagian dari dirinya yang masih merasa ragu.
Vero yang selalu percaya diri, kali ini berbicara dengan serius saat mereka duduk di salah satu kafe yang cukup tenang. "Gue suka banget sama lo, Del. Gue serius, lo tuh beda dari cewek-cewek lain yang pernah gue kenal."
Adel terdiam, menatap Vero yang sedang berbicara dengan penuh keyakinan. "Gue nggak tahu... gue bingung, Ver. Semua ini terlalu cepat."
Vero tersenyum, mencoba meyakinkan Adel. "Gue ngerti. Tapi gue percaya, kita bisa ngelewatin ini bareng. Lo nggak perlu ragu, Del."
Adel mencoba memberi respons, tapi pikirannya mulai kacau. Ada perasaan senang, ada juga ketidakpastian yang datang begitu saja. Di satu sisi, Vero memberikan perhatian yang selama ini Adel rasa hilang dari hubungan-hubungan sebelumnya. Namun, hati Adel masih merasa ada yang kurang. Dia merasa seperti sedang berada di persimpangan jalan yang sulit untuk dipilih.
Setiap hari seakan penuh dengan pesan-pesan dari Vero yang selalu membuatnya tersenyum, tapi juga penuh dengan kebingungannya. Vero yang selalu tahu bagaimana
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?