/0/22595/coverbig.jpg?v=7154513c76be06e1e40480e6667659f2)
Talita, seorang CEO yang harus lembur untuk mengerjakan proyek presentasi besoknya, tetapi malah terjebak dalam pengaruh obat perangsang oleh salah seorang bawahannya. Dia terpaksa harus melepaskan satu-satunya kehormatan yang sudah dijaga selama 30 tahun kepada seorang penjaga gedung yang kebetulan lebih muda darinya. Walau pun Jason ingin bertanggung jawab dengan menikahi Talita, wanita itu malah tidak sanggup menerima lamarannya karena banyak faktor walau sudah mulau ada benih cinta di antara mereka. Akankah cinta mereka abadi atau penuh konflik saat Jason juga sudah dicarikan seorang jodoh oleh orang tuanya? Mari baca kelanjutannya dan jangan lupa tinggalkan komentar.
"To-tolong!" Talita Moon, memegang dadanya yang sesak dengan wajah penuh keringat. Dengan langkah terseret, dia berusaha mencapai pintu keluar dari kantornya.
Wanita cantik itu menarik syal yang membalut lehernya. Tubuhnya terasa panas dan nyeri seperti terbakar. Keringat sebutir jagung membasahi keningnya yang mulus.
"Tolong... saya!"
"Sekuriti!" serunya dengan suara yang tersisa, namun tidak ada yang mendengar sama sekali. "A-aku, diracuni ... dia!"
Bruk!!!
Talita Moon terhuyung lalu jatuh ke lantai dengan keras, pandangannya kabur seketika.
Di ujung koridor, Jason Bright- seorang sekuriti di gedung group tersebut, samar-samar mendengar seperti ada sesuatu yang jatuh. Dengan sigap Jason Bright mengambil senter dan pentungan lalu berlari ke arah asal suara.
"Apa itu?"
"Hei, maling atau hantu?" teriak Jason Bright dengan wajah serius sambil melangkah besar, menuju ke lokasi.
Namun, ketika dia melihat sosok yang tergeletak di lantai marmer mewah nan dingin tersebut, wajahnya berubah panik karena dia mengenali sosok tersebut.
"Bu... Bu Talita ?!"
Dia segera mendekat dan memeriksa denyut nadi Talita yang terlihat pucat dengan keringat dingin. Tubuhnya terkulai lemahdi atas lantai marmer mewah yang dingin.
"Astaga, dia masih hidup! Tetap tenang, Bu Talita, saya akan segera memanggil bantuan!"
Jason Bright dengan cepat meraih radio komunikasinya dan hendak memanggil tim medis dan bala bantuan, tetapi tangan Talita Moon tiba-tiba menahannya, "Ja-jangan!"
"Bu ... Anda!"
Talita Moon berada dalam kesadaran yang tipis. Namun dia tahu bahwa dirinya sedang dalam pengaruh sesuatu.
"T-tolong!" bisiknya dengan lirih, suaranya hampir tak terdengar.
Tiba-tiba, Talita Moon merasakan sebuah tangan yang hendak menggendong tubuhnya yang lemah. Talita segera mengalungkan tangannya ke leher pria itu dan menempelkan bibir basah miliknya tanpa mampu dia tolak.
Pria yang menggendongnya sedikit terkejut, akibatnya kedua insan itu kembali berguling di lantai marmer yang dingin.
"Eh..."
"Bu, jangan!" seru Jason Bright dengan suara bergetar, berusaha melepaskan diri dari Talita, namun Talita tidak mampu menanggapi apa pun selain tindakannya yang secara langsung menempatkan posisi di atas tubuh Jason Bright.
Senter yang dipegangnya Jason Bright terlepas dan cahaya redup menyinari satu sisi kecil dari ruangan tersebut.
"Eh!"
Jason Bright berusaha mendorong tubuh Talita Moon yang mencengkram erat kerah kemeja miliknya serta tidak berhenti memberikan gerakan penuh gelora disertai napas yang menderu-deru.
"Hmmpt ... hmmptt ..., Bu ... sadar, Bu, ini salah, Bu Talita Moon !"
Jason Bright berusaha mendorong tubuh Talita Moon yang mencengkram erat kerah kemejanya, memberikan ciuman yang sangat kasar.
"Ini salah! Astaga, Bu! Apa yang terjadi padamu?" tanya Jason Bright setelah berhasil melepaskan diri dan mundur satu meter ke belakang dengan posisi masih terduduk di lantai dan mata menatap wanita di hadapannya dengan tatapan tidak percaya.
Namun, dari cahaya remang-remang senter yang terguling di lantai, Jason Bright bisa melihat dengan jelas, Talita Moon mulai melepaskan blazer dan kemejanya satu persatu.
"B-bu..."
Terlihat minim kesadaran, Talita Moon bergerak dengan keringat dingin yang membuat tubuhnya bergetar hebat.
Napasnya tidak teratur, terdengar seperti dengusan naik turun. Ada sesuatu yang aneh dalam dirinya dan menuntut harus dia tuntaskan atau napasnya terasa akan terputus saat itu juga.
"J-jangan, ini salah, Bu ... " Jason Bright tidak mampu melanjutkan kalimatnya karena bibirnya sudah kembali dicium secara paksa oleh Talita Moon.
Talita mengalungkan tangannya dengan erat ke leher kekar Jason.
"Bu, ini... hmmpt!"
Jason berusaha mendorong kecil tubuh wanita yang terlalu agresif saat itu sehingga terbentuk jarak di antara mereka.
Kedua mata mereka bertemu dan saling menatap dalam-dalam.
"Bu..."
Talita Moon menatap Jason Bright dengan mata sendu dan berkaca-kaca, dia menyadari bahwa apa yang akan dilakukannya hari ini adalah hal yang bakal membuat dirinya hancur, namun rasa sesak di dadanya akan membuatnya kesusahan bila tidak dituruti seketika itu juga.
Dia adalah wanita dewasa yang bisa mengerti bahwa ada yang mencampuri minumannya dengan obat penambah stamina yang berfungsi sebagai obat perangsang dan dia harus membuang stamina yang berlebihan itu dengan mengorbankan kehormatannya atau dia akan tersedak dalam napasnya sebelum mendapatkan bantuan medis.
Pria tampan di depannya adalah pria muda yang mungkin bisa dibayarnya nanti agar menutup mulut dan merahasiakan semuanya, monolog Talita Moon sambil membuka bagian bawah pakaiannya satu persatu dengan tangan gemetar.
Jason tertegun saat Talita membuka tali pinggangnya dan berusaha meraih apa yang dia anggap sensitif.
"J-jangan!" Jason masih berusaha bertahan dari goncangan iman yang menggodanya saat ini.
Namun, tidak dapat dipungkiri. Jason Bright adalah pria muda yang normal.
Menyaksikan adegan di depan matanya, dengan tambahan rayuan maut yang tidak berhenti, membuat dia tidak sanggup melakukan apa pun selain menelan salivanya dengan cepat dan berusaha mengontrol nafsu yang sudah membangkitkan sesuatu dalam dirinya.
"Bu! Ini tidak wajar, Ibu kerasukan? Sa-saya a-akan memanggil bantuan!" seru Jason Bright dengan tangan gemetaran. Berusaha menjauh dari Talita dengan kemeja yang sudah tergeletak di lantai.
"Ja-jangan!, s-saya diracuni seseorang, tolong bantu saya ... pelepasan," ucap Talita Moon lalu mendekati Jason dengan cepat dan mulai duduk di atas pangkuan Jason kemudian melakukan gerilya yang membuat pria itu sama sekali tidak berkutik.
"Bu..."
Jason Bright menelan salivanya sekali lagi dengan cepat, hal ini tentu sangat rumit baginya karena dia baru bekerja selama dua bulan sebagai sekuriti, gajinya bahkan belum diberikan oleh ayahnya yang ternyata adalah sang pemilik gedung tersebut.
Wanita dengan kulit mulus yang sedang merajarela di atas tubuhnya adalah seorang CEO di perusahaan penyewa gedung yang dia jaga malam ini.
Apakah ini bukan berarti dia hanya mencari masalah? pikir Jason Bright sambil memejamkan mata, sekaligus menikmati gelombang kenikmatan yang disuguhkan oleh sang penakluk.
"Ahh, lagian wanita ini yang mengajak, tidak ada salahnya melayani. Mungkin saja, ini bukan pertama kali untuknya," gumam Jason Bright dalam hati. Bagian sensitifnya juga sudah mulai memberontak. Meronta untuk melampiaskan hasrat dari hormon maskulin miliknya.
"Maafkan saya, Anda ... anda yang memulainya!" seru Jason Bright lalu membalikkan keadaan, memutar tubuh Talita yang terlihat molek untuk wanita karir yang sukses sekaligus merupakan atasannya.
Jason segera menindihnya dan menaikkan kedua tangan Talita Moon di atas kepalanya lalu mulai mencumbu wanita cantik berkulit putih yang sudah setengah polos tersebut.
"Ughh!" Rintihan dari bibir Talita Moon terdengar parau, serak-serak basah dan suaranya bergetar saat menerima apa yang tidak pernah diimpikannya.
Kedua insan itu berpacu dalam cahaya remang-remang dari senter yang terguling tak jauh dari mereka, semua terjadi tanpa ada gangguan dan hanya terdengar deru napas bergantian, namun CCTV ruangan itu tetap berkedip-kedip, merekam semua kegiatan yang terjadi sepanjang tahun, termasuk malam naas tersebut.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
SESUAI JUDULNYA CERITA INI AKAN SANGAT PANAS DAN BERBAHAYA TIDAK HANYA SEKEDAR ROMAN DEWASA TAPI JUGA MISTERI YANG AKAN MERANGSANG PEMBACA UNTUK TERUS IKUT BERPIKIR MEMECAHKANYA! Berawal dari Geby yang terpaksa menikah dengan Jeremy Loghan seorang billionaire keji yang penuh dendam dan kebencian. Geby yang masih mencintai kakak laki-laki dari Jeremy membuat pria itu hanya ingin semakin membenci istrinya. Jeremy selalu kasar dalam menangani istrinya di atas ranjang. Sampai akhirnya sebuah rahasia besar perlahan-lahan terbongkar dan Jeremy sudah terlajur jatuh cinta pada Geby ketika seharusnya dia jadi wanita yang paling dia benci sebagaiman mestinya. Apa kira-kira yang akan dipilih Jeremy, dendam atau cintanya kepada Geby? Cerita ini akan pemuh kebencian, dendam, dan konspirasi yang licik dari keluarga bangsawan kaya raya! ADA TIGA SEASON YANG KUGABUNG JADI SATU DALAM CERITA INI KARENA ITU BABNYA TERLIHAT PANJANG, COBA BACA DULU DAN KUJAMIN TIDAK AKAN BISA BERHENTI. (seting cerita Yorkshire Inggris sejarah dan budaya akan menyesuaikan)
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men