/0/17999/coverbig.jpg?v=7cd5b84b50adac83b77ee926361f65ce)
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Ini hari ke 10 aku tinggal dan bekerja di rumah ini.Rumah yang sangat mewah dan besar berada di kawasan perumahan elite.
Aku di ajak ke sini oleh mbok yem, tetanggaku yang akrab dengan ibuku.Kata mbok Yem majikannya butuh seorang pembantu lagi karena bila mbok Yem sendiri kewalahan mengurus pekerjaan rumah.
Tadinya sudah ada pembantu satu lagi, namun hanya kuat 1 bulan lalu dia meminta pulang kampung tapi tak kunjung datang kembali ke rumah ini.Menjadi pembantu sebenarnya aku terpaksa, karena keadaan ekonomi keluargaku sedang sulit.Di tambah ayahku yang tengah sakit butuh biaya besar untuk berobat jalan.
Sedangkan biaya dari hasil pekerjaanku ketika masih di kampung masih kurang.
Dan gaji dari pekerjaanku di sini lumayan agak besar.
Karena majikanku sanggup membayar kami 3x lipat dari gaji pembantu pada umumnya.
Makanya aku bersedia kerja di sini.
Hari pertama sampai ke sembilan aku bekerja di sini, semua terlihat baik baik dan wajar2 saja.Bos pria bertingkah seolah acuh tak acuh padaku.
Bila ada keperluan dia memanggil mbok Yem, mungkin dia masih agak canggung bila ingin menyuruhku tak seperti bos wanita yang dari hari pertama sampai sekarang tak sungkan menyuruhku.
Namun di hari ini ( hari kesepuluh) bos pria mulai berani menyuruhku bahkan sampai menasehatiku soal pekerjaan yang harus aku lakukan, tapiii dia berani bila bos wanita tidak ada di dekatnya.
Bos pria mulai memperlakukanku dengan perlakuan yang sangat baik. Bisa di bilang "perhatian". Perlakuan nya pada ku sangat berbeda dengan perlakuan terhadap mbok Yem.
"Nur... Nur.. bi nur tolong kesini"
Panggil bos pria dari ruang tengah.
Aku yang sedang mencuci piringbergegas ke ruang tengah menemuinya.
"Iya tuan ada apa?"
Tanyaku agak gugup sambil menundukkan kepala.
"Kamu kalau saya panggil atau saya suruh jangan takut kaya gitu ya, bersikap seperti biasa aja nur. Kaya kamu sama mbok Yem. Kalo sedang ngobrol atau dengar orang bicara jangan nunduk ya"
Ucapnya menasehatiku.
Aku tatap wajahnya sambil menjawab
"Ba...baik tuan"
"Hmmm, ya udah tolong beresin tumpahan kopi saya tadi ga sengaja kesenggol"
"Oh iya tuan"
Aku ke belakang mengambil pelan dan ember.
Ketika hendak membersihkan noda di lantai bos pria menepuk bokongku entah itu di sengaja atau refleksnya karena aku menurutnya hendak melakukan kesalahan.
"Plakk"
bunyi tangan nya menepak bokongku. Sontak saja aku kaget.
"Aw..."
Aku langsung menatap tajam wajah bosku.
Dia langsung beralasan dengan sedikit membentak.
"Nur.. kalo lantai nya kamu pel, nanti lantainya jadi lengket nyebar ke mana mana nodanya, mending kamu lap aja.
Alasannya masuk akal juga, aku tak jadi berburuk sangka padanya.
Lantas aku ganti pelannya dengan kain lap.
Ketika aku sedang mengelap, bos ku sedang duduk di atas sofa wajahnya menghadap ke layar laptopnya namun sesekali dia mengarahkan pandangannya padaku.
Aku arahkan pandangan ku padanya dia langsung fokus kembali pada laptopnya.
Begitu seterusnya dia seperti curi curi pandang.
Setelah selesai mengelap, aku hendak pergi ke kamarku karena ini sudah waktunya aku istirahat.
ketika aku beranjak pergi dia memanggilku lagi.
"Nur, tolong kamu sapu ruang depan terus kamu pel, mau ada tamu penting malam ini?"
"Sekarang tuan?" Keluhku.
"Taun depan nur,. Iyalah sekarang."
Jawab bosku sambil tersenyum jahat.
Aku hanya bisa ngedumel dalam hati, padahal ini sudah waktunya istirahat masih di suruh kerja.
Lagi pula ruang ini tadi kan sudah aku bersihkan, minta di bersihkan lagi.
Sepanjang waktu aku menyapu lantai terus saja ngedumel dalam hati sambil cemberut, tanpa aku sadari bosku sedang memperhatikanku.
Setiap inci tubuhku di perhatikannya, rambut panjangku yang di ikat oleh ikat rambut memperlihatkan gestur wajahku secara utuh, cantik mempesona kuning Langsat ala gadis desa yang jelita.
Badanku tinggi semampai, dengan dada agak besar membusung menonjolkan dua titiknya di balik baju kaos kuning belang putih yang ku kenakan.
Bokongku yang tadi sempat di tepuk olehnya, menjadi bagian favorit yang di liat oleh bosku .Karena mungkin tadi terasa sintal dan kenyal di tangan nya.
Aku mulai berkeringat dengan pekerjaan ini, ku usap kening nampak basah.
Kaos ku mulai tambah mengerat karena basah keringatku, sehingga tonjolan dua gunung kembar beserta titik titiknya makin jelas.
Bosku tiba tiba kebelakang entah apa yang akan di lakukannya, aku tetap fokus pada pekerjaanku karena sebentar lagi selesai.
Lalu entah datang dari mana bosku muncul membawa sirup rasa jeruk dua gelas.
Dia memberikannya padaku.
"Nih minum dulu, haus banget kayanya"
Ucap bos sambil menyodorkan minuman padaku.
"Tuan jangan repot-repot sampai bikin minuman buat saya"
"Ah.. udah jangan bawel udah minum aja" jawabnya santai.
Tanpa curiga dan pikir panjang lagi, aku langsung menenggak minuman itu, lagi pula aku memang kehausan kebetulan bos ku perhatian.
Bos ku tampak tersenyum ketika aku menghabiskan minuman yang ia berikan.
Aku kembali pada kerjaan ku yang sedikit lagi hampir selesai.
Dan akhirnya selesai juga.
Karena pekerjaanku telah selesaiAku hendak pergi ke kamarku, namun belum sempat sebentar lagi hanya beberapa langkah ke pintu kamar, kepalaku tiba-tiba pusing terasa berputar-putar.
Pandangan ku sampai kabur, pusing benar-benar pusing sekali rasanya. aku tak tahan dan tersungkur tak sadarkan diri.
Ketika aku mulai tersadar, aku berada di suatu kamar dengan kasur yang empuk.
Penglihatanku masih kurang jelas samar-samar, tubuhku terasa lemah dan letih sekali seperti kehilangan semua tenaga.
Dan begitu terkejutnya aku ketika mendapati tubuhku telanjang bulat, tangan dan kakiku di ikat di tiap ujung ranjang sehingga aku dalam keadaan telentang telanjang tanpa sehelai benangpun.
Batinku menangis dan ingin rasanya aku berteriak tapi aku tak bisa karena tak punya tenaga.
Hanya tetesan air mata yang tak bisa ku bendung lagi meratapi nasibku selanjutnya.
Siapa gerangan yang tega memperlakukanku seperti ini,Lalu pintu kamar itu terbuka, ada seseorang yang mendekati ku.
"Lama banget bangun nya"
Mendengar suara itu, air mata ini semakin deras mengalir.
Suara yang sangat ku kenal yaitu bosku.
Ada seseorang yang sangat ku kenal pula datang dengan membawa jarum suntik dan beberapa obat obatan.
"Ini tuan silahkan, selamat bersenang-senang" ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah mbok Yem.
Ternyata mereka bersekongkol menjebakku demi memuaskan hasrat bejat bosku.
"Udah jangan sedih, kita hapi2 malam ini sayang, mumpung nyonya mu gada di rumah, hehe"
Dia mengambil suntikan yang di bawakan mbok Yem tadi.
Dia mengarahkan pada ketiakku yang putih mulus, menyuntikkannya di ketiak kiri dan kanan.Beberapa menit kemudian, tubuhku terasa hangat.
Tenggorokan kering rasa haus melanda.
Badanku mengejang, dada terasa kencang menyembul nampak sensual tanpa sehelai benang yang menutupinya.
Pahaku yang putih mulus, mulai memerah karena kepanasan efek dari obat yang di suntikkan pada ku.
Aku tak bisa menahan diri ku sendiri, ingin sesuatu yang dapat memuaskan hasrat yang tiba-tiba datang melanda.Melihat reaksiku bos ku langsung melancarkan aksinya,Dia melumat bibir ku dengan lidah nya, lalu ke dadaku dan setiap inci tubuhku di lumatnya.Setelah itu dia..
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?