Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Selingkuhan Bayaran
Selingkuhan Bayaran

Selingkuhan Bayaran

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Karena ingin bercerai dan menjaga image-ku sebagai lelaki setia, aku sengaja membayar sahabatku untuk menjadi selingkuhan istriku, tidak tahunya sahabatku itu ternyata .... blurb: Emir Erbakan berusaha mendapatkan hati Hanna Natasha (mantan pacarnya) setelah kabar perselingkuhan suami Hanna (Galih) dengan perempuan lain (Alissa) Namun di tengah usahanya, Emir harus mendapati fakta kalau Galih ternyata masih menyimpan perasaan pada Hanna dan tidak benar-benar berniat melepas Hanna. Galih dan Emir lantas bersaing untuk mendapatkan hati Hanna. Lantas bagaimana kisah itu berlanjut? Bagaimanakah hubungan antara Hanna dan Galih? Apakah rumah tangga mereka akan baik-baik saja, ataukah justru mereka berakhir berpisah dan Hanna memilih Emir? Temukan jawabannya dalam novel, Selingkuhan Bayaran. Terima kasih.

Bab 1 SB 1

---PROLOG-

"Lo harus selingkuh ama istri gue!"

Kalimat itu diucapkan Galih dengan nada setengah berbisik. Tubuhnya sedikit condong ke arah Ammar yang reflek mendeli'k tak percaya.

"Lo mabuk? Becanda lo gak lucu!"

Ammar menjawab tak suka. Kini mereka tengah duduk di kantin yang tak jauh dari tempat kerja Ammar. Galih sampai datang ke tempat itu katanya untuk membicarakan hal yang dianggap penting, tapi Galih malah melontarkan kalimat tak masuk akal itu.

"Gue pengen cerai dari Hanna." Galih memperjelas kalimatnya. Tadi Galih sempat membasahi bibirnya sebentar disertai wajah kikuk, tapi kini Galih sudah tampak santai sambil bersandar pada punggung kursi.

"Gue udah rencanain ini dari lama." Ia melanjutkan lagi. Setelah itu mulai bercerita, beberapa bulan terakhir, katanya Galih sudah terlalu disibukkan dengan mencari seseorang yang mau berpura-pura berselingkuh dengan Hanna, tetapi sayangnya tidak ada satu pun yang mau.

Jelas saja orang itu bodoh kalau mau. Galih seorang publik figur, penyanyi yang sedang naik daun, mereka tidak mungkin mau terlibat masalah dengan cara murahan seperti itu.

"Lo sedang uji gue apa gimana?" Nada Ammar sampai terdengar menyelidik. Ia melihat hubungan Hanna dan Galih baik-baik saja selama ini, mereka bahkan terkesan sebagai pasangan yang harmonis.

Keluarga mereka juga jauh dari gosip miring, ditambah lagi Galih selalu membanggakan istrinya di hadapan publik. Galih selalu tak lupa menyebut Hanna Natasha sebagai perempuan yang berperan penting dalam hidupnya, terutama dalam kesuksesan karirnya, tapi sekarang ... Galih tiba-tiba menyuruh Ammar berselingkuh dengan Hanna? Permintaan gila macam apa itu? Ammar hampir-hampir saja pergi kalau tidak mendengar kalimat Galih berikutnya.

"Gue udah punyak istri baru."

Galih terpaksa membuka kartunya sendiri, dia tidak bisa mengatakan itu pada sembarang orang, hanya pada Ammar saja, sahabat yang paling dia percaya. pers'etan dengan Ammar yang akan benar-benar menyukai Hanna atau tidak. Mau mereka sampai menikah pun juga nantinya terserah, yang penting Galih harus benar-benar lepas dari Hanna. Ia ingin bercerai, tetapi tidak mau meninggalkan citra lelaki setia di hidupnya, citranya sebagai publik figur bisa saja rusak. Saat ini ia sedang berada di puncak popularitasnya.

"Lo bicarain lagi kalo lo udah bawa bukti-buktinya, sekalian kenalin istri baru lo itu!"

Ammar meninggalkan Galih setelah mengatakan kalimat itu. Galih tidak menahan Ammar, ia hanya bersiap akan syarat dari Ammar.

Sorenya, seperti benar-benar tidak sabar, Galih bahkan langsung mengajak bertemu di hari itu juga, ia membawa Alissa, sang artis muda yang sudah dinikahinya diam-diam.

"Jadi kapan kalian nikah?" Ammar melirik Alissa dan Galih yang terlihat gelisah sejak tadi. Ammar sengaja memilih kantin yang ramai pengunjung, ingin menguji kegigihan Galih yang meski sempat protes, tapi akhirnya mau juga bertemu di kantin itu.

Galih dan Alissa bahkan sampai memakai kacamata dan masker hitam. Tak lupa selendang kecil yang seperti sengaja digunakan untuk menyamarkan identitas.

Di mata Ammar, kini mereka persis seperti dua orang yang hanya bisa menjaga image, tapi tidak tahu bagaimana menjaga hati. Ammar tiba-tiba menahan geram, ia tak sabar ingin menunjukkan itu pada seseorang yang dia kenal.

"15 Oktober dua tahun lalu, gue ada projek ama dia, cinlok." Galih bahkan membeberkan foto-foto setelahnya, tak lupa hasil USG yang memperlihatkan jani'n yang ternyata tengah dikandung Alissa, Ammar tertawa-tawa tak percaya.

"Gue akan bantu lo!" katanya setelah beberapa saat, tidak ada syarat apa-apa lagi, tidak membutuhkan negosiasi bayaran Ammar bahkan langsung pergi setelahnya. Galih berteriak-teriak coba menghentikan Ammar, tapi dia jadi panik sendiri begitu menyadari telah menjadi pusat perhatian, orang-orang di kantin berpaling dan melihat padanya.

Galih refleks semakin menyembunyikan wajahnya di balik selendang, lalu pergi bersama Alissa yang juga sama-sama menutupi wajah. Orang-orang itu tidak boleh melihat wajah Galih dan Alissa, terlalu merepotkan juga bila sampai meminta tanda tangan atau bisa-bisa jadi acara fans meting mendadak, apalagi kalau sampai curiga dan ada rumor tentang hubungan mereka, bisa-bisa citra mereka jadi jelek' satu sama lain.

***

[Galih memang brengse'k! Dia ternyata udah diam-diam nikah lagi]

Ammar mengirim pesan itu lengkap disertai kiriman foto yang diam-diam dia ambil menggunakan camera di jam tangannya. Ammar sengaja melakukan itu karena tahu persis Galih tidak mungkin mengizinkannya mengambil foto-foto yang bisa merusak image Galih.

Sementara itu di tempat lain, orang yang menerima pesan dari Ammar seketika tertawa-tawa tak percaya, ia menggeram lalu menatap lukisan besar di dinding kamarnya.

"Hanna, tunggu aku kembali, akan aku rebut apa yang pernah dia ambil dariku."

Ia memberi senyum tipis, suaranya hampir tak terdengar, setelahnya ia menghubungi layanan jet pribadinya, memberi perintah untuk segera bersiap terbang. Ia akan terbang malam ini juga, menemui wanita yang akan diperjuangkannya kembali.

#---BAGIAN SATU---#

"Honey, sebaiknya kita tidak bertemu lagi untuk sementara ini. Ini terakhir kita bertemu."

Galih mengancingkan bajunya, ia sudah bersiap akan pergi, tangan Alissa yang mengalung di lehernya ia lepas.

"Aku harus menunjukkan perhatian lebih pada Hanna, agar nanti ketika Hanna ketahuan selingkuh, orang-orang akan semakin fokus pada pengkhianatannya, aku ingin mereka semakin mengidolakanku."

"Jadi maksudmu aku harus menahan diri? Aku gak bisa jauh dari kamu."

Alissa mengerucutkan bibirnya, ia tahu hari itu pasti akan tiba, mereka sudah pernah membicarakannya.

"Kita masih bisa bertemu, kau tau itu."

"Tapi hanya dalam acara tertentu, tidak dalam keadaan berdua saja."

Wajah Alissa masih ditekuk, sekitar 5 hari lagi mereka akan tampil dalam acara konser di jakarta. Banyak artis maupun penyanyi lain yang juga tampil, itu artinya kemungkinan kecil saja mereka bisa bertemu, kecuali mereka bisa mengaturnya nanti. Ah, acara melelahkan itu bagaimana bisa dianggap kencan? Bibir Alissa makin mengerucut, ia membelakangi tubuh Galih.

"Ya sudah, pulang saja ke istrimu itu sekarang!"

Galih tertawa sebentar, sikap Alissa yang mudah merajuk itu malah terkesan menggoda di matanya.

"Ayolah, hon, hanya dua minggu, ini demi kebaikan kita, setelah ini akan ada nyonya Galih Aditama di depan publik." Ia menghadapkan tubuh Alissa ke arahnya.

Setelah bukti-bukti perselingkuhan Hanna nanti, mereka akan segera meresmikan pernikahan mereka-- yang meski sudah diam-diam ditutupi selama dua tahun, tapi tentu saja publik hanya boleh tahu bahwa mereka menikah setelah Galih bercerai dari Hanna. Galih juga harus menunjukkan kekecewaan dan kesedihan yang dalam setelah bercerai dari Hanna nanti. Itu mungkin membutuhkan waktu lebih lama, tapi itu untuk kebaikan bersama, terutama untuk Alissa yang dari keluarga berpengaruh.

Keluarga Alissa, memiliki kerabat yang menjadi salah satu anggota DPR, sementara Mama Alissa adalah pemilik hotel dan Resto di beberapa tempat, belum lagi papa Alissa yang bekerja di dunia perfiliman. Mereka harus benar-benar bisa menjaga nama baiknya.

"Hanya dua minggu, tidak lebih!"

Alissa akhirnya mengalah, meski wajahnya masih ditekuk. Itu kesepakatan, dalam dua minggu, Ammar harusnya cukup membuat Hanna tertarik, atau sekalipun tidak, tetap membuat kesan seolah-olah mereka terlibat perselingkuhan.

"Tapi apa sahabatmu itu bisa dipercaya?"

Alissa seperti ragu, bagaimanapun image mereka dipertaruhkan jika sampai Ammar berkhianat.

"Itu ...." Galih tampak berpikir sejenak, dia lalu membuka hpnya dan menunjukkan beberapa foto pada istrinya itu. Bibir Alissa menganga seketika, tapi perlahan-lahan menjadi senyum licik.

"Dia punyak banyak rahasia, honey, kau tenang saja, kita bisa menggunakan ini jika dia berani macam-macam."

"Kamu memang selalu bisa diandalkan!" Alissa tersenyum senang, ia menarik baju Galih sambil mencondongkan wajahnya hendak mencium, tapi Galih lebih dulu mengangkat telepon yang berdering, dari Hanna, ia melangkah menjauh setelah mengisyaratkan agar Alissa tutup mulut.

"Halo, Han."

"Assalamu'alaikum, Mas. Maaf ganggu."

"Waalaikumsalam. Gak papa, Sayang. Ada apa? Kamu gak biasanya telpon di jam-jam segini."

"Em ... aku ada janji bertemu teman hari ini. Apa boleh aku keluar?"

Teman? Apa yang dimaksud Hanna itu adalah Ammar? Bisa jadi Ammar sudah memulai sesuai perintahnya. Galih jadi diam-diam menarik senyum licik.

"Boleh, Sayang, kau biasanya lebih suka di rumah, aku justru suka kau sekali-kali keluar."

Galih segera menutup telepon setelah melontarkan kata-kata manis, tak lupa menanyakan cemilan apa yang harus dia bawa. Suatu kebiasaan setiap kali Galih pulang, selalu saja bawa makanan, bahkan sekalipun Hanna mengatakan tidak, sampai-sampai karena kebiasaan Galih itu, Hanna mau tak mau jadi sering nyemil. Untungnya tubuh Hanna tidak berubah gemuk, tubuhnya selalu terlihat langsing dan seperti sangat terawat.

Untuk wajah, sebenarnya Hanna bisa dibilang jauh lebih menarik dibanding Alissa. Wajah Hanna putih seperti kapas, matanya biru safir dengan rambut panjang berwarna putih su'su.

Dilihat sekilas, Hanna mungkin persis seperti seseorang yang memiliki kelainan pada tubuhnya, atau yang sering disebut dengan istilah albino, tetapi faktanya, Hanna sama sekali tidak memiliki penyakit albino, tak ada pula gen Amerika latin yang mempengaruhi mata biru safirnya itu.

Galih sendiri sampai membayangkan Hanna akan menjadi selebram atau model internasional bila sedikit saja mau terbuka, tetapi sayangnya untuk keluar rumah pun Hanna sampai memakai masker dan kacamata, belum lagi tubuh Hanna yang selalu dibalut gamis longgar dan jilbab panjang yang menutupi lekukan tubuh indahnya itu. Galih sangat tak menyukai itu!

"Sepertinya kita punya tambahan waktu lagi hari ini, Honey, anggap saja ini tanda perpisahan."

Galih melirik nakal pada Alissa, ia biasanya baru akan pulang dua jam lagi setelah pulang rekaman, menggunakan dua jamnya itu untuk bersama Alissa, tapi hari ini ia ada rencana untuk mengajak Hanna keluar setelah sempat menggunakan setengah jamnya bersama Alissa, hitung-hitung membuat orang semakin tahu betapa sesibuk apapun Galih selalu perhatian pada Hanna, tentu saja kalau tidak dapat kabar bahwa Hanna akan keluar bersama seseorang yang Galih kira adalah Ammar.

Galih jadi langsung mengirim pesan pada Ammar, sebelum akhirnya meloncat ke tubuh Alissa dengan gerakan terkesan dramatis. Alissa tertawa sambil menangkap tubuh Galih dalam pelukannya, tapi ia malah jadi ikutan terhempas ke kasur karena tubuh Galih yang berat itu. Mereka jadi sama-sama tertawa.

***

"Permisi, mau pesan apa ... oh sorry, What do you want to order, sist?"

Pelayan langsung mengubah bahasanya, ia seperti sempat terkejut, tetapi kemudian malah fokus melihat pada Hanna.

"Bahasa Indonesia saja, Mba. Saya orang Indonesia asli."

Hanna tersenyum ramah, merasa tak asing dengan tatapan itu, tapi dia kemudian hanya menunduk.

"Saya pesan jus alpukat saja," katanya tanpa membuka buku menu. Pelayan itu harusnya pergi, tapi malah makin mendekat ke samping Hanna. Hanna jadi makin menunduk, ia mendadak risih.

"Em maaf, apa mba seorang selebgram? Boleh saya foto bersama?"

"Tidak!" Hanna menjawab cepat, tubuhnya bahkan sudah berdiri, ia paling tak suka jadi pusat perhatian, bahkan sekalipun itu hanya melalui foto.

Hanna mungkin tidak yakin kalau pelayan itu akan mengunggahnya di media sosial, tetapi Hanna lebih memilih hati-hati. Ia harusnya juga memakai masker atau kacamata, tapi waktunya tadi terlalu mendadak.

Emma, editor sekaligus sepupunya itu tiba-tiba meminta bertemu, cepat dan hari itu juga katanya. Tidak seperti Emma biasanya, dan karena itu Hanna jadi tak berpikir apa-apa selain mengikuti kata-kata Emma. Ia jadi lupa memakai kacamata dan masker, ia bahkan baru izin pada Galih setelah di perjalanan, astaga Hanna sampai diam-diam merutuk karena Emma yang ditunggunya nyatanya tak juga sampai.

"Maaf atas kelancangan saya, Mbak, silakan duduk kembali, saya ambilkan pesanan Mba."

Pelayan itu seperti tak enak lalu beranjak pergi.

Hanna sempat merasa tak nyaman, tapi ia tak boleh menggunakan ketidaknyamanannya itu sampai mengizinkan seseorang mengambil gambarnya. Ia sudah berlatih dalam hal ini. Ia tak mau kejadian lama terulang lagi, saat fotonya sampai viral gara-gara seseorang meminta berfoto dengannya lalu meng-uploadnya di sosial media.

Selama beberapa minggu karena hal itu Hanna bahkan sampai harus dikejar-kejar para konten kreator, dan itu sangat melelahkan.

"Kamu seharusnya memakai masker."

Suara itu dari belakang Hanna, Hanna refleks berpaling, matanya yang sedikit sipit itu seketika membeliak kaget saat melihat laki-laki tinggi berjalan lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Hanna. Leher Hanna bahkan tanpa sadar mengikuti gerakan tubuh lelaki itu.

"Apa aku semenarik itu sampai kau tidak bisa mengalihkan pandanganmu dariku, Hanna?"

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 SB 5   03-17 15:48
img
1 Bab 1 SB 1
05/03/2025
2 Bab 2 SB 2
05/03/2025
3 Bab 3 SB 3
05/03/2025
4 Bab 4 SB 4
05/03/2025
5 Bab 5 SB 5
05/03/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY