/0/23104/coverbig.jpg?v=86104d711823c52dc8e20e96449d43cc)
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
"Barra, kamu bebas dan bisa hidup bersama wanita yang kamu cintai!"
Binar beranjak dari atas tempat tidur dengan hati-hati, dia mengambil pakaiannya dari atas lantai yang berantakan, dan langsung mengenakannya, menutupi bekas ciuman panas di sekujur tubuhnya. Rasa sakit di bagian inti tubuhnya mengingatkannya pada kegilaannya tadi malam bersama Barra.
Binar menahan air matanya, dia menenangkan dirinya agar dia tidak merasakan sakit yang membuat hatinya jadi rapuh. Wanita itu mengeluarkan surat perjanjian perceraian dari dalam tasnya, dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.
Binar masih terdiam dan dia berdiri di samping tempat tidur dan menatap pria itu yang saat ini tubuhnya tidak ditutupi kain sehelai benang pun. Pria ini adalah pria yang dicintainya selama tujuh tahun: Barra Atmadja.
Pada waktu itu, Salim Atmaja, ayahnya Barra sedang sakit keras dan tak bisa melakukan apa-apa, Salim menginginkan Barra, sang pewaris utamanya untuk segera menikah agar perusahaan bisa diambil alih dengan segera sampai ada seorang pemuka agama bernama Anton, salah satu orang yang selalu memberi nasehat pada keluarga Atmadja meramal bahwa tanggal lahirnya cocok untuk pernikahan. Tanggal lahirnya bisa membawa keberkahan untuk kelangsungan keluarga Atmadja di masa depan, karena itu, ayah dan ibu tiri Binar memaksanya untuk menikah dengan Barra Atmadja dan langsung menyerahkan wanita itu pada keluarga Atmadja secara suka rela.
Atas perjodohan yang dilakukan oleh Salim itu membuat Barra muak, dia tidak menyukai kehadiran Binar! Dia merasa Binar hanya wanita matre, wanita yang tak sepadan dengannya yang berusaha menggodanya agar dia tertarik pada wanita yang dia anggap murahan itu. Namun, berbeda dengan Binar, saat dia tahu akan menikah dengan Barra Atmadja, wanita itu yang awalnya tidak suka dijodohkan akhirnya bisa tersenyum karena pria itu adalah Barra, pria yang diam-diam selalu Binar kagumi sejak lama, dan ternyata mimpinya menikah dengan pria itu menjadi nyata! Bagaimana bisa Tuhan mengabulkan rencananya tanpa dia sangka sama sekali?
Tapi saat malam pertama tiba, ternyata Barra sangat membencinya, pria itu bersikap dingin padanya. "Binar, kamu bukan orang yang ingin aku nikahi. Kamu tidak memenuhi syarat untuk menjadi istriku! Jadi jangan berharap kalau aku sudi menikah denganmu! Aku menikah karena papa yang memintanya, aku tidak akan pernah menganggap keberadaanmu sampai kapan pun!"
Ucapan Barra selalu jadi luka di hatinya, tapi Binar tidak menyerah, dia yakin kalau dia bersabar dan tulus mencintai Barra, maka hati pria itu akan luluh dan Barra akan mengubah benci di hati menjadi cinta. Tapi, ternyata kesabarannya pun ada batasnya, harapannya seperti angin yang berlalu begitu saja karena saat kemarin dia berada di rumah sakit dan harus dirawat beberapa hari, Binar menerima pesan WhatsApp yang menunjukan potret Barra sedang melakukan makan malam romantis dengan Chelsea Estelle, mantan kekasih Barra yang selalu pria itu sebut namanya dan dibandingkan dengannya. Hatinya sakit dan patah, luka yang dia rasakan sangat perih. Binar tahu sampai kapan pun dia tidak akan memenangkan hati suaminya karena di mata pria itu, dia hanya lah penganggu! Wanita yang tidak diinginkan hadir di dalam hidup Barra.
Satu-satunya cara agar luka tidak membunuh hidupnya, Binar harus melepaskan Barra. Dia akan bercerai dengan pria itu dan pernikahan ini tak perlu dilanjutkan lagi!
Binar langsung tersadar dari lamunannya, dia tidak boleh terlalu lama di sini. Dia harus pergi karena Barra masih tertidur.
"Sudah waktunya untuk pergi! Aku tidak mau lemah lagi untuk tetap tinggal di sisinya dengan memeluk luka," ucap Binar. "Selamat tinggal, Barra!"
Kita tidak akan pernah bertemu lagi! Binar langsung bergegas pergi tanpa melihat ke arah belakang. Hatinya telah mati karena luka.
***
Barra terbangun dan dia melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tadi malam, dia telah diberi obat tidur oleh Binar, jadi dia hanya bisa membiarkan wanita itu melakukan apa pun yang dia inginkan padanya ... Hal yang paling dibenci adalah dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan dengan gila memintanya terus pada Binar. Tanpa Barra sadari, tubuh Binar selalu membuatnya seperti kecanduan.
Barra pun tak mengerti kenapa dia bisa terperangkap dalam perasaan yang dia benci? Dan sebagai seorang CEO dan juga pebisnis handal, dia telah melihat begitu banyak skema di dunia bisnis dan bisa menguasai semuanya, tetapi sekarang dia telah jatuh pada seorang wanita! Wanita yang sangat dia benci! Rasanya sekarang, dia hanya ingin mencekik wanita terkutuk itu. Barra mengedarkan pandangan ke semua arah di kamarnya dengan marah, mencari sosok keberadaan Binar, tapi wanita itu tak terlihat sama sekali.
"Wanita sialan itu dimana?" tanya Barra kesal, dan kedua matanya melihat ada sekilas dokumen yang tersimpan di sisi ranjangnya. Barra langsung mengambil dokumen itu dan membacanya, tak lama keningnya mengernyit. "Surat perjanjian perceraian?" tanyanya tak percaya, wajahnya langsung merah padam."Apakah dia akan mengajukan cerai? Bagaimana mungkin?"
Ini pasti taktik wanita itu agar bisa menarikku ke sisinya.
"Apa yang ingin dilakukan wanita murahan ini?" tanya Barra agak kesal.
Barra langsung bangun dan keluar. Begitu dia tiba di lantai bawah, salah satu asistennya, Pak Hadi, datang dan melaporkan dengan hormat, "Tuan Barra, tadi Nyonya Binar sudah pergi!"
"Kapan?" Pria itu bertanya dengan nada mendesak.
"Ini pagi-pagi sekali hari ini!"
Barra segera menatap pintu. Entah kenapa, dia panik dan juga gelisah. 'Apakah dia benar-benar pergi?' tanyanya dalam hati.
***
Enam tahun kemudian.
Singapura.
"Terima kasih atas kerja kerasmu, Dokter Binar. Sudah dua hari aku tidak pulang untuk acara ini."
"Proyek ini sangat penting dan kita tidak boleh membuat kesalahan. Untungnya, ini hampir selesai." Balas Binar berbicara, dia mengenakan jas putihnya dan hendak memasukkan ponselnya ke dalam laci mejanya, tapi ada notif pesan masuk.
Ada dua pesan. Binar langsung membukanya tanpa menunggunya.
[Mami, apakah pekerjaanmu sudah selesai?]
[Mami, kamu belum pulang selama dua hari!]
Binar masih sedikit lelah, tetapi ketika dia membaca pesan dari kedua putranya, dia tersenyum. Hanya kedua putra kembarnya itu lah jadi obat saat dia merasa lelah luar biasa.
Enam tahun lalu, dia pergi ke Singapura untuk melanjutkan studinya setelah meninggalkan Barra. Binar yang tadinya lulusan kedokteran umum akhirnya melanjutkan lagi dan mengambil spesialis pengobatan tradisional, dan Binar tidak menyangka bahwa kegilaan malam itu bersama Barra akan membuatnya hamil. Binar melahirkan tiga bayi kembar, satu bayi perempuan, dan kedua bayi laki-laki, namun putrinya meninggal karena kekurangan oksigen.
Nama kedua putra kembar Binar adalah Bumi dan Langit! Keduanya adalah dunia bagi Binar. Bumi dan Langit adalah anak yang cerdas, bahkan sangat kritis seperti orang dewasa.
Binar tersenyum, dia langsung membalas pesan dari kedua anaknya yang sudah pandai mengirim pesan.
[Kalian berdua tinggal di rumah dan jangan membuat repot Tante Mila. Mami akan pulang secepat mungkin setelah Mami menyelesaikan pekerjaan di rumah sakit. Jangan membuat masalah].
Setelah mengirim pesan, Binar langsung memasukkan ponselnya ke laci mejanya dan langsung memasuki ke ruang operasi.
Sepuluh menit kemudian.
Salah satu perawat dan asisten Binar datang untuk melaporkan, "Dokter Binar ada yang tidak beres. Instrumennya rusak, dan komputer yang menyimpan data juga terhapus, banyak data pasien di sana dan juga penelitian masalah prosedur bedah plastik itu sangat penting sekali."
Binar segera me-restart komputer. Yang mengejutkannya, ada wajah menggemaskan yang muncul di layar. Dia tidak bisa menahan tawa, dan kemudian dia berkata kepada perawat yang panik, "Jangan panik, aku tahu alasannya! Aku ke luar dulu, kamu tetap di sini!"
Binar langsung keluar dari ruangan staff-nya, dia bertemu dengan Dokter Vaness, dokter senior yang berjalan ke arahnya.
"Saya mendengar bahwa instrumen dan komputer laboratorium rusak? Apakah sudah diperbaiki? Ini terkait dengan hasil penelitian yang sangat penting masalah penemuan baru untuk operasi plastik," kata Vaness terlihat khawatir.
"Jangan khawatir, Dokter Vaness. Datanya pasti akan kembali." Nada bicara Binar terdengar tenang.
Ketika Vaness melihat betapa tenangnya Binar menjawabnya, dia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Apakah kedua bocah itu melakukannya lagi?"
***
Halo, teman-teman. Selamat jatuh cinta dengan kisah Binar dan Barra, kembali lagi bertemu dengan ISMI. Buku ini adalah proyek terjemahan dari HotBuku. Jangan lupa review-nya, dan selamat membaca. ISMI harap teman-teman jatuh cinta dengan karya luar biasa ini. Jaga kesehatan, bahagia selalu ^^
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?