/0/23527/coverbig.jpg?v=590dd3f08320748fc91318d10ae9e7cc)
I'in, dengan kecantikan yang memancar dari balik hijabnya, selalu menarik perhatian. Usaha salonnya ramai, namun hatinya seringkali sepi, merindukan kehangatan suami yang jauh di perantauan. Zidan, putranya, beranjak remaja, kebutuhan hidup semakin mendesak, menuntutnya untuk mencari tambahan penghasilan. Berbagai usaha sampingan dicoba, namun bukannya untung, I'in malah terjerat hutang. Saat tagihan menumpuk, Pak Nung, seorang pria paruh baya yang dikenal baik, datang menagih. Tatapannya yang tajam dan penuh minat membuat I'in bergidik ngeri. "Jatuh tempo semakin dekat, Neng I'in," ucapnya dengan suara berat, namun terdengar lembut di telinga I'in.
I'in, dengan kecantikan yang memancar dari balik hijabnya, selalu menarik perhatian. Usaha salonnya ramai, namun hatinya seringkali sepi, merindukan kehangatan suami yang jauh di perantauan. Zidan, putranya, beranjak remaja, kebutuhan hidup semakin mendesak, menuntutnya untuk mencari tambahan penghasilan.
Berbagai usaha sampingan dicoba, namun bukannya untung, I'in malah terjerat hutang. Saat tagihan menumpuk, Pak Nung, seorang pria paruh baya yang dikenal baik, datang menagih. Tatapannya yang tajam dan penuh minat membuat I'in bergidik ngeri. "Jatuh tempo semakin dekat, Neng I'in," ucapnya dengan suara berat, namun terdengar lembut di telinga I'in.
I'in bimbang, dari mana ia mendapatkan uang untuk melunasi hutang? Pikiran kotor mulai merayap di benaknya. "Transaksi" dengan Pak Nung, ide gila yang membuatnya mual sekaligus tergiur. Tubuhnya meremang membayangkan sentuhan pria itu, namun bayangan rumah tangganya yang hancur seketika menyadarkannya.
"Tidak, ini gila!" bisiknya dalam hati. Ia tak akan mengorbankan kehormatannya demi uang. Ia akan mencari jalan keluar lain, meski sulit, demi harga dirinya dan masa depan Zidan.
Malam itu, I'in termenung di kamarnya. Bayangan Pak Nung dan hutang yang menumpuk membuatnya tak bisa tidur. Ia harus menemukan cara untuk melunasi hutang itu, tanpa mengorbankan dirinya.
Keesokan harinya, I'in memutuskan untuk menemui Pak Nung. Ia akan memohon keringanan, berjanji akan mencicil hutang itu sedikit demi sedikit. Ia tak akan menyerah pada keadaan.
Dengan langkah mantap, I'in menuju rumah Pak Nung. Ia akan menghadapi pria itu dengan kepala tegak, demi dirinya dan Zidan.
"Assalamu'alaikum, Pak Nung," sapa I'in dengan suara bergetar.
"Wa'alaikumsalam, Neng I'in. Silakan masuk," jawab Pak Nung, mempersilakan I'in duduk.
I'in menjelaskan situasinya, memohon keringanan dan berjanji akan mencicil hutang itu. Pak Nung mendengarkan dengan seksama, tatapannya tak lepas dari wajah I'in.
"Saya mengerti kesulitan Neng I'in. Tapi, seperti yang Neng tahu, saya juga punya tanggungan," ucap Pak Nung dengan suara lembut, namun ada nada tersirat yang membuat I'in merinding.
"Saya janji akan mencicilnya, Pak. Saya akan bekerja lebih keras lagi," kata I'in, memohon.
"Saya percaya Neng I'in. Tapi, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" tanya Pak Nung, tersenyum tipis.
I'in menatap Pak Nung, bingung. "Kesepakatan apa, Pak?"
"Kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak," jawab Pak Nung, matanya menatap I'in dengan penuh minat.
I'in mulai merasa tidak nyaman. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Maksud Bapak?"
"Saya akan melupakan hutang Neng I'in, jika Neng bersedia menemani saya," ucap Pak Nung, tanpa basa-basi.
Jantung I'in berdegup kencang. Ia merasa seperti disambar petir. "Maksud Bapak...?"
"Saya tahu Neng I'in sedang kesepian. Saya bisa memberikan kehangatan yang Neng butuhkan," kata Pak Nung, mendekati I'in.
I'in berdiri, merasa ngeri dengan tawaran itu. "Tidak, Pak! Saya tidak akan melakukan itu!"
"Pikirkan lagi, Neng I'in. Ini kesempatan emas. Neng bisa melunasi hutang dan mendapatkan kebahagiaan," kata Pak Nung, mencoba membujuk.
"Kebahagiaan seperti apa yang Bapak maksud? Kebahagiaan di atas penderitaan saya?" bentak I'in, air matanya mulai menetes.
"Neng I'in terlalu naif. Dunia ini keras, Neng. Kita harus pintar-pintar memanfaatkan kesempatan," kata Pak Nung, mencoba merasionalisasi tindakannya.
"Kesempatan seperti ini? Bapak pikir saya perempuan murahan yang bisa dibeli dengan uang?" teriak I'in, emosinya memuncak.
"Saya tidak mengatakan itu, Neng. Tapi, saya tahu Neng membutuhkan uang," kata Pak Nung, mencoba meredakan emosi I'in.
"Saya memang membutuhkan uang, tapi saya tidak akan menjual diri saya! Saya lebih baik mati daripada melakukan itu!" kata I'in, berbalik dan pergi.
I'in keluar dari rumah Pak Nung dengan hati hancur. Ia merasa kotor dan jijik. Ia tak menyangka Pak Nung, orang yang selama ini ia hormati, ternyata memiliki niat sekeji itu.
Namun, di tengah kesedihannya, I'in merasa lega. Ia telah membuat keputusan yang benar. Ia telah memilih untuk mempertahankan harga dirinya, meski harus menghadapi kesulitan.
I'in pulang dengan langkah gontai. Ia harus mencari cara lain untuk melunasi hutangnya. Ia harus bekerja lebih keras lagi, demi dirinya dan Zidan.
Malam itu, I'in berdoa dengan khusyuk. Ia memohon kekuatan dan petunjuk dari Tuhan. Ia percaya, Tuhan tidak akan meninggalkannya dalam kesulitan.
Keesokan harinya, I'in bangkit dengan semangat baru. Ia akan menghadapi dunia dengan kepala tegak. Ia akan membuktikan bahwa ia bisa sukses tanpa mengorbankan harga dirinya.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
WARNING 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! AREA DEWASA! *** Saat kencan buta, Maia Vandini dijebak. Pria teman kencan butanya memberikan obat perangsang pada minuman Maia. Gadis yang baru lulus SMA ini berusaha untuk melarikan diri. Hingga ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata seorang CEO. "Akh... panas! Tolong aku, Om.... " "Jangan salahkan aku! Kau yang memulai menggodaku!"
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?