/0/23530/coverbig.jpg?v=17925442569ae5f7d1b517ab9542f6ee)
10 tahun memendam rasa cinta bukanlah sebentar. Walaupun dalam penantiannya Nayla juga bergonta-ganti lelaki, namun hatinya tetap pada Leon. Percintaan panas Leon begitu mengusik nya, penantian berujung kebahagiaan Tania Penghianatan.
10 tahun memendam rasa cinta bukanlah sebentar. Walaupun dalam penantiannya Nayla juga bergonta-ganti lelaki, namun hatinya tetap pada Leon. Percintaan panas Leon begitu mengusik nya, penantian berujung kebahagiaan Tania Penghianatan.
Bagaimana pun juga, sepuluh tahun bukan waktu yang singkat. Sepuluh tahun, kisah persahabatan manisnya dengan Leon telah terbangun kuat. Nayla tidak ingin menghancurkannya hanya dalam waktu sehari.
Akan tetapi, perasaannya mulai lelah menunggu Leon selama sepuluh tahun. Sebenarnya sepuluh tahun lebih, tetapi Nayla terlalu malas menghitung. Karena saat bersama Leon waktu berlalu begitu cepat, sementara waktu bagai berjalan lambat bagi hatinya yang diam-diam menanti sendirian.
Nayla bagai menemukan jalan buntu hingga suatu ketika keadaan Leon berbalik.
"Gue udah ketemu sama Pak Liman. Rencananya dia mau pinjem 35M buat perluasan tempat usahanya. Jadi lahan yang di bagian belakang itu, nanti bakal dibangun pabrik."
Nayla menatap sendu bibir yang sedetik lalu menyentuh cawan demi menyesap kopi panas secara perlahan.
"Gimana rasanya?" tanya Nayla kemudian.
"Apanya?"
Bibirmu, jawab Nayla dalam hati.
"Rasa apa?"
Nayla tergagap saat menatap wajah keheranan Leon.
"Ko.. kopinya." Nayla menunjuk cangkir kopi di hadapan Leon dengan tatapan salah tingkah.
Leon lantas menunduk dan menatap kopi hitam di dalam cangkir.
"Lo nggak dengerin gue ya?" Leon menatap datar.
"Bukan gitu, maksud gue.... " Kalimat Nayla terhenti saat menemukan tatapan tajam Leon.
Poni membelah dahi, alis tegas, tatapan elang, wajah karismatik.
Demi apa pun, Leon tampan.
Kapan Leon tidak tampan? Kenapa ia harus mengingatkan dirinya setiap hari?
Banyak laki-laki yang lebih tampan dari Leon, tentu saja. Tapi bagi Nayla, tidak ada yang menarik seperti Leon.
Entah kenapa bisa begitu, Nayla juga tidak tahu.
"Ada di sana, mau gue ambilin?" Leon menunjuk dispenser kopi jauh di belakang punggungnya, yang terletak di atas meja. Sore itu kebetulan sedang coffee break sebentar di tengah meeting.
Tanpa menunggu jawabannya, Leon bangkit dan beberapa saat kemudian kembali dengan secangkir kopi dan kudapan keripik untuk mereka berdua.
"Gula dua sachet, pake creamer tiga sendok kayak biasanya." Leon mendorong cangkir kopi ke hadapannya. Nayla tersenyum, luar biasa tersanjung ketika Leon benar-benar hapal di luar kepala cara meracik kopi untuknya.
Kejadian itu sudah bertahun-tahun lamanya berlalu, tetapi masih tersimpan rapi dalam ingatan juga catatannya.
Mungkin sudah kelewat klise, tetapi Nayla masih menyimpan segala hal tentang Leon di dalam buku hariannya. Buku harian tebal yang ia simpan di laci meja kamarnya.
Buku harian itu sangat cantik dengan tampilan klasik, hadiah dari salah satu saudaranya yang tinggal di Australia. Buku harian yang tampak kuno bagai keluar dari mesin penjelajah waktu. Berbentuk seperti buku catatan kerajaan zaman dulu, dengan cover tebal berwarna abu-abu, dan terdapat ukiran gambar istana yang dilengkapi tulisan timbul Once Upon a Time.
Nayla sungguh tidak tahu, akan ia pergunakan untuk apa buku harian itu. Nayla juga merasa kelewat sayang, hanya untuk sekadar menuliskan namanya pada halaman kertas yang juga teramat cantik. Bahkan sampai detik ini, Nayla tidak bosan memandang kagum tiap halaman yang dihiasi oleh aksen bunga dan daun berwarna biru di bagian tepi. Setiap beberapa lembar, ia akan menemukan gambar istana. Tiap kali memandang buku itu, Nayla merasa ia sedang menatap sebagian kecil dari dunia dongeng yang selama ini terbangun dalam kepalanya sendiri.
Buku harian cantik itu sempat hanya ia simpan di laci meja kamarnya, sampai ia bertemu dengan Leon.
Bisakah pria yang seperti itu saja untuk ia jadikan suami? Nayla rasa ia hanya bermimpi. Entah sejak kapan perasaan ini muncul. Nayla rasa, sejak pertama kali tatapan Leon menemukan kedua matanya.
Cinta pada pandangan pertama. Mungkin ungkapan itu yang paling tepat untuk menggambarkan perasaannya terhadap Leon. Perasaan itu terbangun semakin megah, sejak awal mula tumbuh di hatinya. Terlalu cepat dan terlalu kuat, sehingga Nayla tidak sanggup menahannya sendirian.
Jadi pada suatu malam, ia mulai menuliskan perasaannya terhadap Leon. Ia menuliskan keadaan hatinya yang diam-diam gugup tiap kali berdekatan dengan Leon, meski sikapnya sama sekali kebalikan dari hal itu. Demi menyembunyikan gugup, ia malah sering bersikap sok santai, sok asyik, dan sok tidak butuh. Seringnya malah nyinyir, judes, dan galak. Tidak lupa bibir ringan melontarkan sindiran dan ejekan, demi menyamarkan perasaannya.
Setiap malam, ia menuliskan kekaguman yang ia simpan sendiri sekaligus pengakuan dosa karena diam-diam memuja Leon di saat sudah memiliki kekasih.
Nayla tidak menuliskan Leon pada laptop atau diary online yang bisa saja ia install di ponselnya, karena jejak digital bisa hilang. Akan tetapi tulisannya pada buku harian akan tertinggal abadi, seperti rasa yang diberikan oleh Leon.
Tertinggal abadi.
Nayla rasa kecemasannya sungguh berlebihan bagi lelaki mesum dan mata keranjang seperti Leon. Ia sendiri kadang merasa sedih akan hal ini. Tetapi hatinya tidak bisa berbohong, Leon dengan kualitas dangkalnya, terlanjur melekat abadi pada dinding-dinding hatinya.
Entah siapa yang memulai dan bagaimana, setahun setelah saling mengenal dekat satu sama lain, mereka enteng menggandeng tangan masing-masing. Ia bebas bergelayut manja di lengan Leon, juga bersandar di bahu lelaki itu. Nayla kira awalnya mereka sama-sama saling tertarik sebelum akhirnya menyadari perasaan itu tidak pernah sampai pada muaranya.
Ia sendiri terlanjur malu untuk menanyakan kejelasan rasa, karena mereka berdua sama-sama rumit. Nayla sempat mengira mereka sedang saling menggoda satu sama lain. Ternyata hatinya terlanjur nyaman. Pada akhirnya ia bertahan tinggal dalam kebiasaan tanpa jarak dengan Leon.
Selain perasaannya yang ditulis dengan begitu detail, di dalam buku harian itu tertulis semua hal tentang Leon. Tidak hanya hal-hal yang indah, tetapi juga hal-hal lain tentang Leon. Semua tentang Leon tertulis tanpa sesuatu yang kurang, termasuk siapa saja perempuan-perempuan yang pernah dekat dengan Leon.
Nayla sadar hubungannya dengan Leon seperti sepasang kekasih, tetapi mereka bukan kekasih. Tunggu, kekasih tentu saling bertukar ciuman. Tetapi ia dan Leon sejauh ini hanya bertukar nama mantan masing-masing dan sepak terjang mereka dalam mengoleksi jumlah mantan-mantan yang ia dan Leon juga tidak berniat menghitung.
Leon, bukan pangeran.
Bahkan dalam dunia dongeng Leon juga tidak pantas jadi penyair atau kesatria berkuda. Entah Leon jadi apa. Mungkin pemabuk, pelanggan rumah bordil, atau pencuri tampan yang melarikan anak kepala desa. Ya, mungkin Leon lebih pantas mendapat peran-peran penjahat asusila seperti itu.
Leon hanya lelaki tampan berotak mesum. Tetapi hati Nayla terlanjur terjerat, karena demi apa pun Leon benar-benar menarik. Rasanya, tidak ada laki-laki semenarik Leon. Lelaki itu bajingan, tetapi tidak pernah sekali pun menjelma bajingan untuknya.
Nayla kadang tersenyum sendiri, jika membaca catatan-catatan kecilnya pada buku harian, yang ia tulis menjelang tidur.
12 Maret 2017
Jam 7 sebelum pulang Leon sempat cerita tadi siang mampir ke apartemen Felicia Lee. Dia bilang ngentot singkat. Dia bilang goyangan Felicia cihuy banget. Iya dia baru jadian sama Felicia, dewi seksnya.
18 Januari 2019
Leon cerita tentang fwb-nya, si Gretha. Katanya fwb teryahud. Cantik, seksi, montok, dan bisa muter kayak baling-baling. Lo ngomong apa sih Leon? Lo ngentot sama helikopter?"
14 Februari 2020
Leon kasih coklat, tapi sambil cerita habis make out sama Felicia Lee. Heran deh, katanya putus tapi make out. Dengan entengnya Leon bilang, Felicia demen woman on top, yang mana posisi favorit Leon. Oke gue catet. Woman on top.
"Woman on top tuh buat gue enak banget Nay," ucapan Leon kala itu masih terngiang-ngiang di kepalanya.
Segila itu ia memuja Leon, sehingga suka rela bertindak sebagai malaikat pencatat kebaikan juga pencatat dosa-dosa Leon.
Lebih heran lagi, Leon membuat wanita sepertinya yang selama ini bebas memilih pria seperti memilih baju, tidak berkutik sama sekali. Nyatanya, ia tidak berani menunjuk Leon sebagai pria tampan berikutnya yang biasa hanya ia gunakan untuk sekadar bersenang-senang.
Jika wanita lain menyerahkan apa pun untuk pria tampan dan kaya raya, Nayla hanya memperlakukan mereka semua seperti aksesoris dalam kehidupannya. Jika ia bosan, ia akan mengganti pria-nya.
Kebiasaaan gonta-ganti pria ini ternyata berlangsung hingga ia sudah berusia 40 tahun. Apa Nayla menyesal?
Tentu tidak.
Kenapa harus menyesal? Nayla merasa, ia tidak terlalu membutuhkan pria. Untuk apa makhluk berpenis itu jika tanpa mereka semua ia sudah bisa memiliki segalanya? Bahkan vibrator sekarang tersedia dalam berbagai varian.
Sebenarnya saat masih kecil dulu, Nayla pernah bercita-cita hanya ingin menjadi Cinderella. Ia ingin menjadi gadis cantik yang mengenakan sepatu kaca dan bertemu dengan pangerannya. Tetapi ibunya, menentang keras cita-citanya.
"Jangan jadi perempuan yang Cuma menunggu diselamatkan laki-laki. Perempuan seperti itu tidak akan selamat, Nayla. Selamatkan diri kamu sendiri. Beli sepatumu sendiri dan pilih laki-lakimu sendiri."
Nasihat yang ternyata benar-benar ia terapkan. Nasihat yang berujung ibunya sakit kepala karena ia memilih laki-laki hanya untuk bersenang-senang tanpa berniat untuk dibawa ke jenjang yang lebih serius.
Jika tanpa laki-laki saja ia sudah selamat, maka apa guna lelaki dalam hidupnya? Begitu pikiran praktis Nayla bekerja.
Nayla, dengan segala kepercayaan diri yang melekat pada dirinya, merasa bisa mendapatkan laki-laki mana pun yang diinginkan, kecuali Leon.
Leon adalah pengecualian.
Di hadapan Leon, ia tidak berani menjatuhkan pilihan kepada hati lelaki itu. Di hadapan Leon, ia memilih menyimpan perasaannya sendiri. Mereka berdua sebenarnya memiliki kemiripan mengenai bagaimana bermain-main dengan cinta. Akan tetapi, Leon tidak tertarik masuk ke dalam pintu hatinya yang sejak awal sudah terbuka lebar untuk lelaki itu.
Bagi Nayla, ia adalah Bulan yang mengitari Bumi, sementara Leon adalah Bumi yang selalu berputar mencari Matahari.
Bagaimana caranya, agar Leon Rikkard, sahabat dekat sekaligus pemikat para wanita itu menyadari perasaannya?
Bagaimana pun juga, sepuluh tahun bukan waktu yang singkat. Sepuluh tahun, kisah persahabatan manisnya dengan Leon telah terbangun kuat. Nayla tidak ingin menghancurkannya hanya dalam waktu sehari.
Akan tetapi, perasaannya mulai lelah menunggu Leon selama sepuluh tahun. Sebenarnya sepuluh tahun lebih, tetapi Nayla terlalu malas menghitung. Karena saat bersama Leon waktu berlalu begitu cepat, sementara waktu bagai berjalan lambat bagi hatinya yang diam-diam menanti sendirian.
Nayla bagai menemukan jalan buntu hingga suatu ketika keadaan Leon berbalik.
Elang penguasa langit tidak selalu terbang tinggi. Begitu juga Leon, yang kini jatuh menghantam daratan dengan keras.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Chelsea Kurniawan awalnya berasal dari keluarga kaya, tetapi ibunya meninggal ketika dia masih sangat kecil. Sejak saat itu, dia dibuat untuk menjalani kehidupan yang sulit. Ayah dan ibu tirinya bahkan memaksanya menikah dengan Tristan Sudrajat yang seharusnya menikahi saudara tirinya, Cheline. Tidak mau menerima nasibnya, Chelsea melarikan diri pada hari pernikahan dan bahkan melakukan cinta satu malam. Chelsea mencoba pergi diam-diam malam itu, tetapi ayahnya menemukannnya lagi. Setelah gagal melarikan diri dari nasibnya, Chelsea kembali dipaksa untuk menjadi pengantin pengganti. Tak disangka, dia diperlakukan dengan baik oleh suaminya selama pernikahan, Chelsea juga lambat laun mengetahui bahwa suaminya memiliki banyak rahasia sendiri. Apakah Chelsea akan mengetahui bahwa pria yang pernah berhubungan satu malam dengannya sebenarnya adalah suaminya? Apakah Tristan akan tahu bahwa Chelsea hanyalah pengantin pengganti untuk saudara tirinya? Kapan Chelsea akan mengetahui bahwa suaminya yang sederhana itu sebenarnya adalah seorang hartawan misterius? Temukan semua itu dalam buku ini.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
© 2018-now Bakisah
TOP