Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Cinta Tanpa Syarat Nayla
Cinta Tanpa Syarat Nayla

Cinta Tanpa Syarat Nayla

5.0
5 Bab
3 Penayangan
Baca Sekarang

10 tahun memendam rasa cinta bukanlah sebentar. Walaupun dalam penantiannya Nayla juga bergonta-ganti lelaki, namun hatinya tetap pada Leon. Percintaan panas Leon begitu mengusik nya, penantian berujung kebahagiaan Tania Penghianatan.

Konten

Bab 1 Woman On Top

Bagaimana pun juga, sepuluh tahun bukan waktu yang singkat. Sepuluh tahun, kisah persahabatan manisnya dengan Leon telah terbangun kuat. Nayla tidak ingin menghancurkannya hanya dalam waktu sehari.

Akan tetapi, perasaannya mulai lelah menunggu Leon selama sepuluh tahun. Sebenarnya sepuluh tahun lebih, tetapi Nayla terlalu malas menghitung. Karena saat bersama Leon waktu berlalu begitu cepat, sementara waktu bagai berjalan lambat bagi hatinya yang diam-diam menanti sendirian.

Nayla bagai menemukan jalan buntu hingga suatu ketika keadaan Leon berbalik.

"Gue udah ketemu sama Pak Liman. Rencananya dia mau pinjem 35M buat perluasan tempat usahanya. Jadi lahan yang di bagian belakang itu, nanti bakal dibangun pabrik."

Nayla menatap sendu bibir yang sedetik lalu menyentuh cawan demi menyesap kopi panas secara perlahan.

"Gimana rasanya?" tanya Nayla kemudian.

"Apanya?"

Bibirmu, jawab Nayla dalam hati.

"Rasa apa?"

Nayla tergagap saat menatap wajah keheranan Leon.

"Ko.. kopinya." Nayla menunjuk cangkir kopi di hadapan Leon dengan tatapan salah tingkah.

Leon lantas menunduk dan menatap kopi hitam di dalam cangkir.

"Lo nggak dengerin gue ya?" Leon menatap datar.

"Bukan gitu, maksud gue.... " Kalimat Nayla terhenti saat menemukan tatapan tajam Leon.

Poni membelah dahi, alis tegas, tatapan elang, wajah karismatik.

Demi apa pun, Leon tampan.

Kapan Leon tidak tampan? Kenapa ia harus mengingatkan dirinya setiap hari?

Banyak laki-laki yang lebih tampan dari Leon, tentu saja. Tapi bagi Nayla, tidak ada yang menarik seperti Leon.

Entah kenapa bisa begitu, Nayla juga tidak tahu.

"Ada di sana, mau gue ambilin?" Leon menunjuk dispenser kopi jauh di belakang punggungnya, yang terletak di atas meja. Sore itu kebetulan sedang coffee break sebentar di tengah meeting.

Tanpa menunggu jawabannya, Leon bangkit dan beberapa saat kemudian kembali dengan secangkir kopi dan kudapan keripik untuk mereka berdua.

"Gula dua sachet, pake creamer tiga sendok kayak biasanya." Leon mendorong cangkir kopi ke hadapannya. Nayla tersenyum, luar biasa tersanjung ketika Leon benar-benar hapal di luar kepala cara meracik kopi untuknya.

Kejadian itu sudah bertahun-tahun lamanya berlalu, tetapi masih tersimpan rapi dalam ingatan juga catatannya.

Mungkin sudah kelewat klise, tetapi Nayla masih menyimpan segala hal tentang Leon di dalam buku hariannya. Buku harian tebal yang ia simpan di laci meja kamarnya.

Buku harian itu sangat cantik dengan tampilan klasik, hadiah dari salah satu saudaranya yang tinggal di Australia. Buku harian yang tampak kuno bagai keluar dari mesin penjelajah waktu. Berbentuk seperti buku catatan kerajaan zaman dulu, dengan cover tebal berwarna abu-abu, dan terdapat ukiran gambar istana yang dilengkapi tulisan timbul Once Upon a Time.

Nayla sungguh tidak tahu, akan ia pergunakan untuk apa buku harian itu. Nayla juga merasa kelewat sayang, hanya untuk sekadar menuliskan namanya pada halaman kertas yang juga teramat cantik. Bahkan sampai detik ini, Nayla tidak bosan memandang kagum tiap halaman yang dihiasi oleh aksen bunga dan daun berwarna biru di bagian tepi. Setiap beberapa lembar, ia akan menemukan gambar istana. Tiap kali memandang buku itu, Nayla merasa ia sedang menatap sebagian kecil dari dunia dongeng yang selama ini terbangun dalam kepalanya sendiri.

Buku harian cantik itu sempat hanya ia simpan di laci meja kamarnya, sampai ia bertemu dengan Leon.

Bisakah pria yang seperti itu saja untuk ia jadikan suami? Nayla rasa ia hanya bermimpi. Entah sejak kapan perasaan ini muncul. Nayla rasa, sejak pertama kali tatapan Leon menemukan kedua matanya.

Cinta pada pandangan pertama. Mungkin ungkapan itu yang paling tepat untuk menggambarkan perasaannya terhadap Leon. Perasaan itu terbangun semakin megah, sejak awal mula tumbuh di hatinya. Terlalu cepat dan terlalu kuat, sehingga Nayla tidak sanggup menahannya sendirian.

Jadi pada suatu malam, ia mulai menuliskan perasaannya terhadap Leon. Ia menuliskan keadaan hatinya yang diam-diam gugup tiap kali berdekatan dengan Leon, meski sikapnya sama sekali kebalikan dari hal itu. Demi menyembunyikan gugup, ia malah sering bersikap sok santai, sok asyik, dan sok tidak butuh. Seringnya malah nyinyir, judes, dan galak. Tidak lupa bibir ringan melontarkan sindiran dan ejekan, demi menyamarkan perasaannya.

Setiap malam, ia menuliskan kekaguman yang ia simpan sendiri sekaligus pengakuan dosa karena diam-diam memuja Leon di saat sudah memiliki kekasih.

Nayla tidak menuliskan Leon pada laptop atau diary online yang bisa saja ia install di ponselnya, karena jejak digital bisa hilang. Akan tetapi tulisannya pada buku harian akan tertinggal abadi, seperti rasa yang diberikan oleh Leon.

Tertinggal abadi.

Nayla rasa kecemasannya sungguh berlebihan bagi lelaki mesum dan mata keranjang seperti Leon. Ia sendiri kadang merasa sedih akan hal ini. Tetapi hatinya tidak bisa berbohong, Leon dengan kualitas dangkalnya, terlanjur melekat abadi pada dinding-dinding hatinya.

Entah siapa yang memulai dan bagaimana, setahun setelah saling mengenal dekat satu sama lain, mereka enteng menggandeng tangan masing-masing. Ia bebas bergelayut manja di lengan Leon, juga bersandar di bahu lelaki itu. Nayla kira awalnya mereka sama-sama saling tertarik sebelum akhirnya menyadari perasaan itu tidak pernah sampai pada muaranya.

Ia sendiri terlanjur malu untuk menanyakan kejelasan rasa, karena mereka berdua sama-sama rumit. Nayla sempat mengira mereka sedang saling menggoda satu sama lain. Ternyata hatinya terlanjur nyaman. Pada akhirnya ia bertahan tinggal dalam kebiasaan tanpa jarak dengan Leon.

Selain perasaannya yang ditulis dengan begitu detail, di dalam buku harian itu tertulis semua hal tentang Leon. Tidak hanya hal-hal yang indah, tetapi juga hal-hal lain tentang Leon. Semua tentang Leon tertulis tanpa sesuatu yang kurang, termasuk siapa saja perempuan-perempuan yang pernah dekat dengan Leon.

Nayla sadar hubungannya dengan Leon seperti sepasang kekasih, tetapi mereka bukan kekasih. Tunggu, kekasih tentu saling bertukar ciuman. Tetapi ia dan Leon sejauh ini hanya bertukar nama mantan masing-masing dan sepak terjang mereka dalam mengoleksi jumlah mantan-mantan yang ia dan Leon juga tidak berniat menghitung.

Leon, bukan pangeran.

Bahkan dalam dunia dongeng Leon juga tidak pantas jadi penyair atau kesatria berkuda. Entah Leon jadi apa. Mungkin pemabuk, pelanggan rumah bordil, atau pencuri tampan yang melarikan anak kepala desa. Ya, mungkin Leon lebih pantas mendapat peran-peran penjahat asusila seperti itu.

Leon hanya lelaki tampan berotak mesum. Tetapi hati Nayla terlanjur terjerat, karena demi apa pun Leon benar-benar menarik. Rasanya, tidak ada laki-laki semenarik Leon. Lelaki itu bajingan, tetapi tidak pernah sekali pun menjelma bajingan untuknya.

Nayla kadang tersenyum sendiri, jika membaca catatan-catatan kecilnya pada buku harian, yang ia tulis menjelang tidur.

12 Maret 2017

Jam 7 sebelum pulang Leon sempat cerita tadi siang mampir ke apartemen Felicia Lee. Dia bilang ngentot singkat. Dia bilang goyangan Felicia cihuy banget. Iya dia baru jadian sama Felicia, dewi seksnya.

18 Januari 2019

Leon cerita tentang fwb-nya, si Gretha. Katanya fwb teryahud. Cantik, seksi, montok, dan bisa muter kayak baling-baling. Lo ngomong apa sih Leon? Lo ngentot sama helikopter?"

14 Februari 2020

Leon kasih coklat, tapi sambil cerita habis make out sama Felicia Lee. Heran deh, katanya putus tapi make out. Dengan entengnya Leon bilang, Felicia demen woman on top, yang mana posisi favorit Leon. Oke gue catet. Woman on top.

"Woman on top tuh buat gue enak banget Nay," ucapan Leon kala itu masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Segila itu ia memuja Leon, sehingga suka rela bertindak sebagai malaikat pencatat kebaikan juga pencatat dosa-dosa Leon.

Lebih heran lagi, Leon membuat wanita sepertinya yang selama ini bebas memilih pria seperti memilih baju, tidak berkutik sama sekali. Nyatanya, ia tidak berani menunjuk Leon sebagai pria tampan berikutnya yang biasa hanya ia gunakan untuk sekadar bersenang-senang.

Jika wanita lain menyerahkan apa pun untuk pria tampan dan kaya raya, Nayla hanya memperlakukan mereka semua seperti aksesoris dalam kehidupannya. Jika ia bosan, ia akan mengganti pria-nya.

Kebiasaaan gonta-ganti pria ini ternyata berlangsung hingga ia sudah berusia 40 tahun. Apa Nayla menyesal?

Tentu tidak.

Kenapa harus menyesal? Nayla merasa, ia tidak terlalu membutuhkan pria. Untuk apa makhluk berpenis itu jika tanpa mereka semua ia sudah bisa memiliki segalanya? Bahkan vibrator sekarang tersedia dalam berbagai varian.

Sebenarnya saat masih kecil dulu, Nayla pernah bercita-cita hanya ingin menjadi Cinderella. Ia ingin menjadi gadis cantik yang mengenakan sepatu kaca dan bertemu dengan pangerannya. Tetapi ibunya, menentang keras cita-citanya.

"Jangan jadi perempuan yang Cuma menunggu diselamatkan laki-laki. Perempuan seperti itu tidak akan selamat, Nayla. Selamatkan diri kamu sendiri. Beli sepatumu sendiri dan pilih laki-lakimu sendiri."

Nasihat yang ternyata benar-benar ia terapkan. Nasihat yang berujung ibunya sakit kepala karena ia memilih laki-laki hanya untuk bersenang-senang tanpa berniat untuk dibawa ke jenjang yang lebih serius.

Jika tanpa laki-laki saja ia sudah selamat, maka apa guna lelaki dalam hidupnya? Begitu pikiran praktis Nayla bekerja.

Nayla, dengan segala kepercayaan diri yang melekat pada dirinya, merasa bisa mendapatkan laki-laki mana pun yang diinginkan, kecuali Leon.

Leon adalah pengecualian.

Di hadapan Leon, ia tidak berani menjatuhkan pilihan kepada hati lelaki itu. Di hadapan Leon, ia memilih menyimpan perasaannya sendiri. Mereka berdua sebenarnya memiliki kemiripan mengenai bagaimana bermain-main dengan cinta. Akan tetapi, Leon tidak tertarik masuk ke dalam pintu hatinya yang sejak awal sudah terbuka lebar untuk lelaki itu.

Bagi Nayla, ia adalah Bulan yang mengitari Bumi, sementara Leon adalah Bumi yang selalu berputar mencari Matahari.

Bagaimana caranya, agar Leon Rikkard, sahabat dekat sekaligus pemikat para wanita itu menyadari perasaannya?

Bagaimana pun juga, sepuluh tahun bukan waktu yang singkat. Sepuluh tahun, kisah persahabatan manisnya dengan Leon telah terbangun kuat. Nayla tidak ingin menghancurkannya hanya dalam waktu sehari.

Akan tetapi, perasaannya mulai lelah menunggu Leon selama sepuluh tahun. Sebenarnya sepuluh tahun lebih, tetapi Nayla terlalu malas menghitung. Karena saat bersama Leon waktu berlalu begitu cepat, sementara waktu bagai berjalan lambat bagi hatinya yang diam-diam menanti sendirian.

Nayla bagai menemukan jalan buntu hingga suatu ketika keadaan Leon berbalik.

Elang penguasa langit tidak selalu terbang tinggi. Begitu juga Leon, yang kini jatuh menghantam daratan dengan keras.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Gua Gila Nay   03-24 04:54
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY