Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Cinta Yang Terenggut
Cinta Yang Terenggut

Cinta Yang Terenggut

4.9
98 Bab
5.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Jonathan dan Theresia telah mengarungi biduk rumah tangga selama 10 tahun. Selama setahun terakhir Theresia mengalami depresi karena dinyatakan mandul oleh dokter-dokter kandungan yang ditemuinya. Jonathan sering dijadikan bulan-bulanan atas kekecewaannya, baik itu dibentak-bentak, dimaki-maki, maupun dipukuli. Suami yang sebenarnya sangat mencintainya itu lambat-laun merasa tidak tahan menghadapi kelakuan istrinya dan menggugat cerai. Di tengah-tengah proses perceraiannya, laki-laki itu menjalin hubungan dengan Karin, sekretarisnya yang manis, naif, dan lemah lembut. Jonathan benar-benar jatuh cinta dengan gadis yang kepribadiannya sungguh bertolak-belakang dengan istrinya. Apakah Jonathan akan berhasil menceraikan istrinya dan bersatu dengan kekasihnya? Cara-cara apa sajakah yang dilakukan Theresia demi mempertahankan perkawinannya? Apakah Karin sungguh-sungguh mencintai Jonathan ataukah mempunyai maksud-maksud tertentu?

Bab 1 Gara-gara Burung Dara Goreng

“Kamu ini gimana sih, Mas?! Aku tadi kan pesan burung dara goreng, bukan ayam goreng Kanton! Kamu kan tahu aku sudah lama nggak makan burung dara goreng kesukaanku. Sekalinya mau makan, malah dibelikan menu lain. Maksudnya apa, sih?”

Jonathan menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya. Sabar…sabar…, batinnya mengalah.

Lalu dengan nada suara tenang, suami Theresia itu menerangkan baik-baik, ”Sayang, dengarkan dulu penjelasanku, ya. Menu burung dara yang kamu minta itu sedang kosong. Jadi aku belikan ayam goreng Kanton yang juga kesukaanmu sebagai gantinya. Kan cara masaknya mirip-mirip, Sayang. Cuma bedanya satu daging burung dara, sedangkan satunya lagi daging ayam. Malah ini dikasih krupuk kecil-kecil yang kamu suka.”

“Tapi aku sedang nggak ingin makan ayam goreng Kanton! Aku mau burung dara goreng! ”teriak Theresia penuh amarah. Wajah cantiknya cemberut, menunjukkan ketidakpuasannya terhadap menu masakan yang dibawa pulang suaminya.

“Baiklah. Kamu mau burung dara goreng buatan restoran mana? Aku belikan. Atau kita sekalian pergi makan di sana aja. Gimana?”

“Aku mau makan di rumah. Malas harus dandan rapi hanya untuk makan di restoran.”

“Kamu udah cantik pakai baju ini, Sayang. Nggak usah dandan lagi.”

“Kamu kan tahu, sekarang kalau makan di luar aku mesti motret masakannya dan upload di Instagram supaya dilihat followers-ku. Jadi aku mesti tampil keren, dong. Malu-lah kalau cuma pakai baju seadanya! Gimana, sih? Kamu kok nggak menaruh perhatian sama kebiasaan istrimu? Udah nggak cinta lagi, ya?!”

Jonathan mengelus dada melihat sikap istrinya yang semakin kekanak-kanakkan. Padahal dia tadi sudah berjuang mengemudikan mobilnya di tengah hujan deras hanya untuk membelikan makanan kesukaan istrinya di restoran langganan mereka.

Kebetulan hari ini sopir pribadinya tidak masuk kerja karena sedang sakit. Tetapi sesampainya di rumah Theresia malah marah-marah karena masakan yang dibelikan suaminya tidak sesuai dengan harapannya. Aku sendiri belum sempat membersihkan tubuhku di kamar mandi, keluhnya dalam hati.

Dipandanginya ayam goreng Kanton yang sudah dihidangkan pembantu rumah tangga mereka di atas sebuah piring berbentuk oval yang terbuat dari kaca. Kelihatannya enak, kok, gumamnya dalam hati.

Bukankah Theresia biasanya juga menggemari ayam goreng ini? Lalu mengapa dia masih mempermasalahkannya? Nanti kalau aku membelikan burung dara goreng yang diinginkannya di restoran lain, dianggapnya salah lagi karena nggak sesuai dengan ekspektasinya. Begini salah, begitu salah. Lalu aku harus bagaimana?

“Kok diam aja sih, Mas?! Ayo cepat berangkat belikan burung dara goreng buat istrimu yang kelaparan ini!”

“Lalu kamu maunya dari restoran mana?”

“Terserah! Pokoknya yang rasanya mirip dengan masakan restoran langganan kita!”

“Gimana kalau kupesankan lewat aplikasi online saja? Hujan sudah berhenti, pasti banyak driver yang stand by untuk menerima orderan.”

“Aku nggak mau! Aku ingin kamu yang pergi membelikan sendiri. Masa sih, gitu aja keberatan. Benar-benar nggak perhatian sama istri sendiri. Hu-uh!”

Theresia lalu berjalan meninggalkan suaminya yang melongo kebingungan. Wanita cantik berambut ikal panjang dan disemir warna coklat tua yang membuatnya kelihatan trendy itu masuk ke dalam kamar tidurnya dan membanting pintu keras sekali.

Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin. Sampai kapan dia bersikap tidak hormat padaku seperti ini? Dan bodohnya aku kenapa mau diperlakukan secara sewenang-wenang oleh istriku sendiri? batinnya menyesali diri.

Dengan lesu laki-laki tampan berbadan kekar itu melangkah gontai keluar dari rumahnya yang megah dan masuk ke dalam mobilnya kembali. Beberapa saat kemudian mobil mewah hitam pekat itu meluncur meninggalkan pintu gerbang yang yang selama dua puluh empat jam dijaga ketat oleh petugas security.

***

“Hmm….”

“Gimana, Sayang? Enak?”

“Lumayan, agak mirip dengan restoran langganan kita. Kamu beli di mana?”

“Di restoran sebelahnya. Kan mereka saingan, jadi menunya agak mirip.”

Theresia sontak menghentikan aktivitas makannya dan matanya melotot tajam pada suaminya. Ada apalagi ini? pikir Jonathan lemas.

“Berani-beraninya kamu belikan aku makanan di sana! Kamu kan tahu aku pernah melihat seekor tikus berlari keluar dari dalam dapurnya waktu aku mau ke toilet! Ih, jijik! Kamu sengaja mau meracuniku, ya?!”

Jonathan tersentak. Dia tadi sama sekali lupa akan peristiwa yang membuat trauma istrinya membeli makanan di restoran itu. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis lelaki berusia tiga puluh enam tahun itu.

“Ma…maafkan aku, Sayang. Aku tadi benar-benar lupa akan kejadian itu. Pikiranku hanya fokus tentang bagaimana caranya aku mendapatkan burung dara goreng yang mirip dengan restoran langganan kita. Yah, akhirnya aku terpikir untuk membeli di restoran sebelahnya.”

“Dasar bodoh! ”umpat Theresia seraya melemparkan sepotong burung dara goreng ke arah suaminya. Untung Jonathan sempat mengelak dan benda itu jatuh ke lantai.

“Ambil! ”perintah perempuan cantik itu galak.

Jonathan yang tidak mau ribut segera melaksanakan perintah istrinya. Diambilnya potongan tubuh burung dara itu dengan sehelai tisu dan diletakkannya di atas meja makan.

“Makan!”

“Hah? Apa maksudmu, Sayang?”

“Aku ingin kau memakannya.”

“Tapi kan sudah jatuh ke lantai, Sayang. Kotor….”

“Aku ingin kita sama-sama keracunan.”

“Demi Tuhan, Theresia. Berhentilah bersikap kekanak-kanakkan! Kau tidak akan mati hanya karena makan masakan yang kubelikan!”

“Kalau begitu, kenapa kamu takut memakan potongan burung dara yang jatuh itu? Memakannya juga tidak akan membuatmu mati!”

Jonathan menatap nanar wajah istrinya yang cantik jelita namun tampak sangat angkuh. Kemana perginya aura kebaikan di dalam dirinya yang dulu memikat hatiku? batin laki-laki itu penuh tanda tanya. Hanya karena frustasi dinyatakan tidak mampu mempunyai keturunan oleh dokter-dokter kandungan yang kami temui, Theresia seolah-olah berubah menjadi monster yang mengerikan!

Sudah hampir setahun ini aku bersabar menghadapinya, bahkan sampai merendahkan martabatku sendiri sebagai seorang suami. Tapi dia justru malah semakin melunjak dan sewenang-wenang terhadapku.

“Apa lihat-lihat?! Cepat makan sana. Aku ingin tahu kamu akan keracunan atau nggak,” ucap Theresia dengan ekspresi pongah dan nada suara menantang.

“Dasar nggak waras,” sahut suaminya acuh tak acuh seraya beranjak meninggalkan meja makan. Dia ingin mandi air hangat. Tubuhnya sudah terasa letih sekali.

“Apa kau bilang? Jahanam kau, Jonathan! Aku tahu sekarang. Kau benar-benar ingin meracuniku, kan?! Supaya aku mati dan dirimu menjadi pewaris tunggal kekayaan ayahku! Dasar laki-laki hina, bisanya kerja menumpang pada mertua. Benar-benar nggak tahu malu! Kubunuh kau, kubunuh kau!”

Perempuan yang sedang kalap itu berlari mengejar suaminya yang sudah hampir sampai di depan pintu kamar tidur mereka. Dipukulinya bertubi-tubi laki-laki yang hampir sepuluh tahun mengarungi bahtera rumah bersamanya itu.

Jonathan diam saja membiarkan tubuhnya dipukuli sedemikian rupa oleh istrinya sendiri. Tubuhnya yang perkasa mampu menahan rasa sakit atas pukulan-pukulan Theresia yang sekenanya dan sebenarnya hanya untuk mencari perhatian itu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY