Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / SEKELUMIT RASA
SEKELUMIT RASA

SEKELUMIT RASA

5.0

"Aku begitu menyayangimu, namun aku juga tidak bisa mempertahankanmu!" Angkasa Keizaro. "Begitu pula denganku. Dinding kita terlalu tinggi, untuk kita lalui!" Sahara Nayza. Dua insan saling mencintai, namun belum tentu bisa saling memiliki. Itulah kisah cinta Angkasa Keizaro dan Sahara Nayza.

Konten

Bab 1 1

"Aku begitu menyayangimu, namun aku juga tidak bisa mempertahankanmu!" Angkasa Keizaro.

"Begitu pula denganku. Dinding kita terlalu tinggi, untuk kita lalui!" Sahara Nayza.

***

Dua insan saling mencintai, namun belum tentu bisa saling memiliki. Itulah kisah cinta Angkasa Keizaro dan Sahara Nayza.

Angkasa Keizaro, pemuda dua puluh tahun yang sudah menjalin hubungan dengan Sahara Nayza selama tiga tahun. Keduanya menjalin hubungan dari masa sekolah menengah atas, hingga saat ini sudah kuliah semester empat.

Sahara yang ternyata sudah didekatkan oleh keluarganya, dengan seorang pemuda bernama Banyu Nareswara.

Nares – panggilan lelaki itu. Lelaki yang menurut Angkasa sangat mengganggu hubungannya dengan Sahara. Kedatangan lelaki itu, membuat orang tua Sahara yang tadinya begitu welcome kepadanya, menjadi menjaga jarak. Entah karena apa? Angkasa belum mengetahui alasannya.

***

"Rara!"

Seruan itu membuat Sahara yang biasa di panggil Rara oleh teman-temanya menoleh.

"Ada apa?"

"Setelah ini, Lo mau kemana?" tanya teman Rara – Maryam namanya.

"Gue langsung pulang, capek banget hari ini," balas Rara.

Saat ini mereka memang masih di area Kampus.

"Lo bawa motor nggak? Kalo nggak, biar sama gue aja!" ajak Maryam.

"Boleh deh, yuk!"

Ketika keduanya memasuki area parkir, tangan Rara ditarik oleh seseorang dari belakang, membuat Rara menolehkan kepalanya ke belakang guna melihat siapa yang menariknya.

"Angkasa, Kamu kok main tarik-tarik sih!"

Pemuda yang bernama Angkasa itu hanya mengulas senyum tipis.

"Mar, Rara pulang sama Gue! Lo duluan aja, sebelumnya thanks ya!" ucap Angkasa pada Maryam.

Belum sempat Maryam menjawab, Angkasa sudah lebih dulu membawa Sahara pergi bersamanya.

"Ya ampun, gini amat nasib LDR," gerutu Maryam.

***

Di sisi lain, Angkasa membawa Sahara ke suatu tempat.

"Kita mau kemana?" tanya Sahara penasaran.

"Ada deh, nanti juga kamu bakalan tau." Jawaban Angkasa semakin membuat Sahara penasaran saja.

Saat ini, Angkasa dan Sahara tengah duduk di tepian Pantai. Menanti langit berubah warna menjadi jingga.

"Gimana? Kamu suka?" tanya Angkasa. Kedua tangan mereka saling menggenggam erat.

"Apapun yang kamu lakuin buat aku, aku suka."

Sahara terus menyunggingkan senyumnya. Angkasa selalu bisa membuat dirinya terus tersenyum. Angkasa selalu bisa membuat mood Sahara yang buruk menjadi lebih baik.

Seperti saat ini, Sahara yang merasa lelah dengan kegiatan di kampus, menjadi sedikit berkurang rasa lelah itu, karena Angkasa membawanya untuk menikmati semilir angin pantai, menanti senja.

"Kamu masih sering ketemu sama Mas Nares?" tanya Angkasa.

"Masih, kan Mas Nares rumahnya deket sama aku," jawab Sahara apa adanya.

"Aku cemburu tiap kali melihat kamu sama Mas Nares!" ungkap Angkasa.

"Kenapa mesti cemburu sih, kan Aku sama Mas Nares nggak ada hubungan apa-apa, cuma tetangga aja," ucap Sahara, menenangkan Angkasa agar tidak berpikiran negatif.

Jemari lentik Sahara mengelus rahang Angkasa pelan, tangan Angkasa pun memegang tangan Sahara yang saat ini menyentuh pipinya.

"Entah kenapa, Aku nggak suka itu!" Angkasa tetap kekeh pada ketidaksukaannya itu.

"Harusnya aku juga merasa cemburu sama Kamu, yang jelas-jelas sudah di jodohkan."

Ucapan Sahara membuat Angkasa menatapnya tajam.

Sungguh Angkasa tidak suka membahas perjodohan itu. Dirinya masih terlalu muda untuk memikirkan pernikahan. Namun, jika itu bersama Sahara, dengan semangat Angkasa akan mempercepat pernikahannya. Namun nyatanya gadis lain yang dijodohkan dengannya.

"Kita menjalani hubungan ini seperti sia-sia saja nggak sih?" terawang Sahara.

"Kamu nggak usah mulai, Ra. Kita pasti bisa melewati ini!" Ujar Angkasa penuh penekanan.

"Tapi, tetap saja Sa, kita nggak bisa terus-terusan kaya gini," kekeh Sahara.

"Lalu Kamu mau apa? Putus?" sela Angkasa.

"Bukannya itu lebih baik buat kita semua?" balas Sahara dengan mata berkaca-kaca.

"Aku nggak mau kita putus, Ra! Please, jangan tinggalin aku!" Mohon Angkasa yang juga tidak bisa membendung air matanya.

Keduanya menangis bersama, menumpahkan segala rasa sesak yang menggerogoti jiwa.

Mereka tidak meminta di pertemukan dengan cara seperti ini.

Tapi kenapa Tuhan memberikan ujian yang sangat berat bagi ke duanya.

Memang terkadang Tuhan hanya mempertemukan bukan mempersatukan.

Angkasa menghapus air mata yang menetes di pipi Sahara. Dirinya juga sangat sakit, jika mengingat hubungannya.

***

Cinta memberikan kebahagiaan dan secuil kisah rumit yang menyertainya. Akan tetapi, bagi Angkasa dan Sahara ini bukan lagi secuil kisah rumit, namun kisah yang sepertinya tidak memiliki ujung.

Keduanya memutuskan pulang ke rumah masing-masing. Sebelum itu, Angkasa berniat mengantarkan Sahara terlebih dahulu.

Namun seseorang yang sangat Angkasa tidak sukai tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Kalian ini, pulang kuliah bukannya langsung pulang, malah pacaran terus!"

"Ayo kita pulang!" ajak Nares pada Sahara.

"Rara pulang sama gue!" Angkasa menggenggam tangan Sahara dan menariknya pelan agar lebih dekat dengannya.

"Ck ... Rumah gue deket sama Rara, kalau Lo lupa!" decak Nares.

"Lo juga nggak lupa kan, kalau Gue itu cowoknya." Balas Angkasa tidak mau kalah.

"Baru juga cowoknya, jadi nggak usah ngatur-ngatur. Lagian emangnya Lo yakin, kalau kalian bisa bersatu?" Ucap Nares dengan sinis.

Suara dering ponsel tanda pesan masuk berturut-turut mengalihkan atensi kedua pemuda yang terus berdebat.

"Maaf, Sa. Aku pulang sama Mas Nares. Bunda yang nyuruh aku buat pulang bareng Mas Nares, soalnya Mama Papanya Mas Nares lagi ada di rumah aku." Ucap Sahara pada kekasihnya.

Sahara terpaksa menuruti perintah sang Bunda, jika tidak ingin Sahara harus memutuskan Angkasa saat itu juga.

"Memangnya ada acara apa? Kok bisa orang tua kalian pada kumpul gitu?" tanya Angkasa penasaran.

"Jawabnya besok aja. Kita pulang sekarang!" Nares menarik tangan Sahara lalu membawanya pergi meninggalkan Angkasa yang menatapnya datar.

Genggaman tangannya dengan Sahara terlepas, dan digantikan dengan Angkasa mengepalkan tangannya, pertanda sedang menahan emosi yang siap meledak.

"Bolehkah aku bertindak egois? Setidaknya sampai kau bertemu dengan orang yang benar-benar tulus mencintaimu." Angkasa bermonolog dalam hati, dengan pandangan terus mengarah kepada Sahara, yang tengah berada dalam genggaman tangan laki-laki lain.

Setelah keduanya tidak terlihat oleh pandangannya, Angkasa menaiki motornya. Melaju dengan kencang, tanpa menghiraukan pengendara lain yang membunyikan klakson untuknya.

Angkasa benar-benar cengeng. Laki-laki itu menangis, meratapi ujian percintaannya.

Sebelumnya dia hanya merasakan kebahagiaan dalam menjalin hubungan ini, sampai dirinya tersadar, bahwa bahagia juga bisa bersifat sementara.

***

Di dalam mobil Nares, keduanya tidak ada yang membuka suara.

Sampai akhirnya Sahara bertanya, "Kok Mas Nares bisa ada di sana tadi? Sengaja jemput aku ya?

"Nggak, tadi emang abis ada pertemuan sama klien," jawab Nares.

"Oh gitu."

Nareswara memang sudah bekerja di sebuah perusahaan yang lumayan besar. Usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, namun sudah mempunyai pekerjaan tetap.

Tampan dan Mapan itu yang menggambarkan seorang Nareswara.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 1 1   06-06 00:50
img
1 Bab 1 1
06/06/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY