Tepat di kamar 808 ia menghentikan langkahnya dan mengangkat tangan untuk mengetuk pintu tersebut.
Tak lama, pintu pun terbuka dengan dirinya yang kemudian masuk ke dalam, tanpa lupa ia juga menutup pintu itu kembali.
"Tidak ingin menyapaku?" tanya seorang pria berkemaja putih, yang kini sedang menempatkan diri di atas tempat tidur.
Wanita itu tampak enggan menjawab pertanyaan darinya karena tugas hanya satu, yaitu menyelesaikan pekerjaannya.
"Baiklah jika kamu tidak ingin menjawab pertanyaan dariku, setidaknya berita tau aku siapa namamu?"
"Bukankah Anda sudah mengetahuinya?"
"Mawar? Aku pikir itu nama samaranmu," senyumnya tipis.
Wanita yang menganggap dirinya sebagai Mawar itu lantas melepaskan blazer yang ia kenakan, sehingga terlihatlah gaun seksi berwarna merah yang ia kenakan.
Pria itu menyunggingkan senyumannya ketika ia melihat tubuh indah milik Mawar, tubuhnya sangat proporsional dan juga ideal.
"Lepaskanlah pakaianmu dan kemarilah..." pinta pria itu, seraya menepuk ruang di tempat tidurnya.
Lantas Mawar jalan ke arahnya dengan melepaskan pakaian, dan hanya menyisakan dalamannya saja yang berwarna hitam.
Mawar mendudukkan dirinya di samping pria itu dan kemudian memejamkan kedua matanya ketika pria itu mendekatkan wajahnya pada Mawar, sampai akhirnya ia merasakan sapuan hangat di bibirnya.
"Balas aku," ucap pria itu dengan suara yang serak namun bisa membuat bulu kuduk Mawar meremang.
"A-aku tidak bisa."
Pria itu tiba-tiba tertawa karena ia yang menyangka bahwa Mawar tengah membuat lelucon, ia tidak tahu bahwa Mawar memang tidak pernah berciuman dengan siapapun termasuk dengan kekasihnya yang saat ini tengah dirawat di rumah sakit.
Dan ya, Mawar melakukan semua ini hanya demi kekasihnya, Mawar sendiri merupakan anak yatim piatu yang selama ini ia tinggal bersama dengan kekasihnya karena sedari kecil mereka sudah saling mengenal karena berasal dari panti asuhan yang sama, setelah dewasa mereka memutuskan untuk pergi karena tidak ingin menjadi beban. Tapi siapa sangka tiba-tiba saja kekasihnya itu jatuh sakit dan perlu biaya yang cukup besar untuk pengobatan serta biaya operasinya juga.
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" tanya Mawar dengan tatapan matanya yang polos.
"Tentu saja! Wanita sepertimu pasti sudah melayani banyak pelanggan bukan?"
Mawar mengatupkan bibirnya, menahan kesal karena telah direndahkan serendah itu.
"Aku tidak memiliki banyak waktu jadi cepat selesaikan semuanya," balas Mawar.
Dengan senang hati pria itu kembali melumat bibir Mawar yang begitu manis, sampai akhirnya Mawar sedikit tersentak ketika tangan pria itu meremas payudaranya.
Ia memejamkan matanya ketika ia merasa bahwa tubuhnya kini telah mengkhianati dirinya.
"Emm-" Mawar meredam suaranya ketika pria itu berhasil melepaskan kaitan branya, dan memainkan puting payudaranya dengan lidah.
Rasanya sangat geli tapi perlahan mulai terasa nikmat karena pria itu yang melakukannya dengan sangat lembut.
Mawar sedikit menunduk dan sekilas melihat wajah pria itu yang sudah memerah karena di selimuti oleh kabut gairah.
Pria itu menarik tubuh Mawar yang lebih kecil darinya dan menuntun Mawar untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Kamu sangat cantik," puji sang pria yang tak mengalihkan perhatiannya dari pemandangan yang ada di depannya.
Mawar memalingkan wajahnya karena merasa malu saat pria itu terus menatapnya, dan membuat Mawar spontan menutupi payudaranya dengan tangan.
"Jangan di tutupi! Mereka terlalu cantik untuk kamu sembunyikan."
Mawar memejamkan matanya sekilas sebelum akhirnya ia menurunkan tangannya, ia harus bersabar karena bagaimanapun pria ini yang akan membayarnya.
Mata pria itu kembali menggelap sehingga dengan cepat ia melepaskan kancing kemejanya dan membuangnya ke segala arah, Mawar kembali memalingkan wajahnya yang sudah memerah karena tanpa sengaja ia melihat tubuh indahnya bak seorang atletis.
"Kenapa kamu berpaling dariku? Apa aku tidak cukup menggoda?"
Pria itu sudah bertelanjang bulat walaupun Mawar tidak melihatnya secara langsung, namun sudut matanya tetap bisa mengetahui hal itu.
"Maafkan aku Tuhan..." batin Mawar saat pria tersebut bergerak melepaskan sisa kain terakhir yang menutupi mahkotanya.
Perlahan pria itu melebarkan paha Mawar dengan dirinya yang meneguk ludahnya sendiri.
Dalam hatinya Marvin memuji milik Mawar yang begitu terawat seolah tak pernah tersentuh.
Ia kemudian mencium setip inchi kulit paha Mawar yang membuat sang empu sedikit merinding dan geli secara bersamaan.
"Mengapa lama sekali?" pikir Mawar dengan mata yang melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul jam 8 malam, sedangkan jam 9 ia harus menemui kekasihnya di rumah sakit.
"Emmm..."
Tubuh Mawar mengejang ketika lidah Marvin masuk dan memainkan bagian sensitif Mawar di bawah sana, sehingga secara spontan Mawar merapatkan pahanya dan menjepit kepala Marvin dengan kedua tangannya yang mencengkram erat sprei.
"Mendesahlah jika kamu sudah tidak tahan," ucap Marvin yang Mawar tolak dengan gelengan.
Ia tidak ingin disamakan dengan jalang di luaran sana, walaupun ia tahu bahwa saat ini ia sedang menjual dirinya pada pria yang ada di hadapannya.
Marvin tersenyum miring saat melihat Mawar yang terus memejamkan matanya, melihat wajah cantik milik Mawar membuat Marvin semakin bergairah sehingga ia menempatkan dirinya di atas Mawar dengan kejantanannya yang ia gesek-gesekan dengan milik Mawar agar Mawar cepat terangsang dan basah.
Ada perasaan yang bergejolak di dalam diri Mawar, walaupun rasanya sangat mengganjal karena ia bisa merasakan milik Marvin yang begitu besar dan panjang sehingga ia pun berpikir, apa bisa muat benda sebesar itu masuk ke dalamnya?
Marvin yang sudah tak bisa menahan diri lantas mengarahkan pen*snya ke dalam, namun baru saja memasukan kepalanya Mawar sudah meringis.
"Sshhhh sakit..." lirih Mawar dengan sudut mata yang berair.
Mendengar hal itu Marvin langsung membungkam bibirnya dan melumatnya dengan penus gairah.
Saat tengah berciuman Marvin melancarkan aksinya untuk memasukan keseluruhan kejantanannya secara perlahan, dengan Mawar yang mencakar lengannya karena ia yang merasakan perih dan sakit yang luar bisa.
Setelah semua kejantanannya masuk ke dalam, Marvin sengaja mendiamkannya sejenak mencoba untuk mengenyahkan keinginannya untuk terus menghujamnya. Ia benar-benar baru merasakan hal sehebat ini, milik Mawar begitu sempit seperti ada penghalang yang menghalanginya.
"Apa dia masih perawan?" tiba-tiba saja Marvin berpikir seperti itu, apalagi melihat tubuh Mawar yang masih padat termasuk payudaranya yang masih bulat.
Marvin kembali melihat wajah Mawar yang sudah banjir air mata, namun dirinya masih enggan untuk melepasnya.
Ketika keadaan Mawar sudah mulai terkontrol ia pun menggoyangkan pinggulnya sedikit demi sedikit, walaupun terasa sangat perih Mawar tetap menahannya.
Melihat Mawar yang sudah mulai tak tegang Marvin pun mulai meremas sebelah payudaranya dengan satu payudaranya lagi yang ia isap.
Mawar merasa seperti ada ribuan bom atom dalam dirinya yang hendak meledak saat Marvin terus menghentakkan miliknya dengan mulut yang terus mengisap putingnya.
"Aahhh..." desahan itu berhasil keluar dari mulut Mawar ketika ia merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan.
Mendengar hal itu Marvin semakin gencar dan mempercepat hentakannya, sehingga semburan hangat itu pun keluar di dalam rahim Mawar dan Marvin pun ambruk di atas tubuh Mawar.
Tubuh mereka sama-sama berkeringat dengan jantung yang terus berdebar.
Bersambung,