Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Satu Malam Untuk Selamanya
Satu Malam Untuk Selamanya

Satu Malam Untuk Selamanya

5.0

Claire, gadis cantik berusia 20 tahun, dijebak oleh Mia, sahabat yang memendam rasa iri kepadanya. Kejadian tak terduga membuat rencana Mia berantakan hingga Claire justru jatuh ke dalam hubungan satu malam dengan pria yang bernama Levin. Sayangnya, kejadian malam itu membuahkan hasil hingga Claire harus memupus masa depannya karena tidak tega melenyapkan bayi kecil yang tak berdosa. Sementara itu Levin tidak tau kalau benihnya berkembang menjadi bayi yang lucu menggemaskan karena Claire menutupinya, bahkan Claire memutuskan pergi dari hidup Levin secara tiba-tiba membuat pria itu frustasi. Hingga beberapa tahun kemudian, Claire dan Levin kembali bertemu dalam ketidaksengajaan, saat itu juga Levin sadar kalau dirinya sudah memiliki seorang putra. Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka selanjutnya? Apakah Claire akan terus menolak kehadiran Levin meski pria itu ingin bertanggung jawab? Atau justru menerimanya dengan tangan terbuka?

Konten

Bab 1 Levin Sang Playboy

Malam telah larut, namun ada satu tempat yang justru semakin riuh saat malam semakin pekat. Tempat itu bernama bar. Hingar bingar musik terdengar memekakkan telinga, musik berdentum kencang di salah satu bar yang berada di hotel bintang lima – Bali, tempat dimana para anak muda semangat bergoyang untuk melepas penat.

Musik beat yang menghentak membuat sekumpulan anak muda itu semakin bersemangat untuk mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh DJ professional. Namun meski begitu, tidak semua anak muda turun ke area dance floor.

Levin, salah satunya, pria tampan yang masih berusia belia itu hanya asyik menikmati musik sambil menikmati alkohol yang tersedia di hadapannya. Sesekali kepalanya bergoyang mengikuti alunan musik yang ada.

Tubuhnya bersandar nyaman pada sofa empuk yang ditempatinya sejak tadi, tentu saja dengan ditemani wanita yang bergelayut manja di lengannya. Bagi Levin, wanita, alkohol dan bar adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal yang membuatnya senang dan bisa melupakan kekusutan pikirannya akibat tugas kuliah yang menumpuk.

Meski usianya masih terbilang belia, yaitu 20 tahun, tapi Levin sudah sering datang ke tempat seperti ini. Tentu saja karena koneksi yang dimilikinya, jika tidak, mungkin dirinya akan dilempar keluar oleh security yang bertampang sangar di depan sana.

Levin baru saja melahap makanan ringan yang disuapkan oleh wanita pilihannya malam ini saat temannya yang bernama Joe datang menghampirinya.

"Nggak ikut join, Bro?" tanya Joe sambil mengendikkan dagu ke arah dance floor yang kian ramai meski malam telah larut.

"Malas. Mending santai disini sama cewek," balas Levin yang hanya ingin bersantai sambil menikmati alkohol tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Hanya menikmati keramaian tanpa bermaksud terjun ke dalam keramaian itu sendiri.

"Abis ini mau lanjut ngamar ya makanya save energy?" goda Joe tanpa filter membuat Levin mendengus mendengar ejekan temannya.

"Belum tau. Liat nanti. Kalau lagi pengen main, ya lanjut ke kamar, kalau nggak, kayaknya gue langsung pulang," balas Levin cuek.

"Cowok brengsek kayak lo rasanya nggak mungkin nggak pengen deh. Lo kan paling nggak bisa dikasih liat cewek seksi langsung tegang!" ejek Joe sambil terbahak.

"Sialan lo! Bisanya ngeledek aja!" maki Levin pada Joe, teman kampus yang jarang dirinya temui. Terlebih setelah Joe memutuskan berhenti kuliah karena otaknya tidak sanggup menanggung beban kuliah yang membuatnya stress. Begitulah Joe, tipe anak muda yang enggan memikirkan masa depan dan hidup hanya untuk bersenang-senang. Tidak heran kalau orangtuanya stress memiliki anak seperti Joe!

Levin dan Joe memang memiliki kesamaan, yaitu suka bersenang-senang dan tidak bisa lepas dari dunia malam, tidak heran kalau mereka lebih sering bertemu di bar daripada di tempat lain! Namun meski begitu, Levin tidak segila Joe. Setidaknya dirinya masih tetap kuliah karena harus meneruskan bisnis keluarganya setelah lulus.

Joe tergelak, mengabaikan umpatan Levin dan kembali ke dance floor.

Sementara Levin terus menenggak alkohol di tangannya, meski bar ini dipenuhi dengan musik yang menggema dan asyik didengar, dipenuhi dengan orang yang asyik bergoyang, tapi Levin merasa hatinya hampa. Seolah ada celah besar yang menganga di dalam hatinya. Celah yang membuat hatinya terasa dingin, sepi dan kosong.

Tidak heran kalau Levin mencari keramaian di tempat seperti ini, berharap bar yang hiruk pikuk bisa membuat hatinya yang sepi menjadi ceria, tapi ternyata dirinya salah karena rasa kosong di hatinya semakin menganga lebar, tidak terobati sama sekali.

"Pergilah, aku sedang ingin sendiri," usir Levin pada wanita yang sejak tadi bergelayut manja di lengannya, tidak lupa tangannya membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembaran uang yang membuat mata sang wanita berbinar.

'Tidak masalah diusir yang penting sudah dapat tips banyak! Meski sangat disayangkan karena aku belum dapat menikmati keperkasaan pria setampan ini,' pikir sang wanita dan berlalu pergi, hendak mencari mangsa lain yang bisa dimanfaatkannya.

Kini, Levin hanya seorang diri di ruang VIP ini karena Joe sudah asyik dengan kegiatannya sendiri, asyik bergoyang dengan para wanita yang sibuk meliukkan tubuhnya dengan sensual hingga Joe terlihat kian semangat merapatkan tubuh pada wanita seksi di hadapannya. Tak urung tingkah Joe membuat Levin tersenyum tipis.

Meski ada jarak yang memisahkan, tapi Levin tetap dapat melihat tingkah temannya dengan jelas melalui kaca jendela ruangannya yang berada di lantai atas, tepat diatas area dance floor yang semakin meriah meski malam kian pekat. Temannya memang brengsek, tidak heran kalau dirinya juga ikutan brengsek kan?

Apalagi Joe lah yang memperkenalkan Levin dengan dunia malam, saat pria itu masih kuliah, meski secara tidak sengaja karena saat itu Levin sedang merasa terpuruk dan Joe, yang melihat Levin begitu frustasi, langsung berinisiatif membawanya ke bar ini dan mengajaknya bersenang-senang dengan cara yang biasa dilakukannya.

Dan sejak hari itu, Levin menjadi terbiasa dengan dunia malam, hingga saat ini.

Terbiasa mempermainkan wanita sesuka hatinya. Terbiasa meniduri wanita yang berbeda hampir setiap malam hanya untuk kesenangan semata. Terbiasa menyakiti hati wanita karena kelakuan brengseknya.

Bisa dibilang pertemanannya dengan Joe lebih banyak membawa dampak buruk bagi Levin, tapi siapa yang peduli? Yang penting Levin bisa melampiaskan rasa frustasinya kan? Levin tidak peduli meski kebrengsekannya sudah tersebar luas di seluruh kampus. Lagipula menjadi pria brengsek juga tidak sepenuhnya buruk.

Malah semakin banyak wanita yang giat mendekatinya, terobsesi pada ketampanannya, seolah mereka berpikir bisa membuat Levin menjadi miliknya. Pikiran yang menyesatkan karena Levin tidak memikirkan hal yang sama.

Bagi Levin, wanita ada hanya untuk dipermainkan, tidak lebih dari itu.

Levin menggeleng melihat kelakuan Joe saat pandangannya tiba-tiba saja tertumbuk pada satu sosok gadis yang ikut memeriahkan area dance floor. Bergoyang dengan sensual hingga lekuk tubuhnya yang menggoda menarik perhatian banyak pria.

Saat itulah Levin merasakan desakan kuat untuk mendekati gadis tersebut, bahkan kakinya sudah melangkah sebelum otaknya sempat memberi perintah!

Levin mengernyitkan kening, mencoba memfokuskan pandangan pada gadis yang sudah dikerumuni oleh banyak pria bagaikan gula dikerumuni semut. Tampak jelas kalau para pria itu tidak sabar ingin segera membawa gadis itu masuk ke ruangan tertutup untuk melampiaskan segala hal yang ada di dalam pikiran kotor mereka.

Pikiran yang ada di benak setiap pria jika melihat wanita seksi, cantik dan menggoda di dekat mereka yaitu keinginan primitive agar dapat memiliki wanita tersebut meski hanya satu malam. Tentu saja arti memiliki disini hanya ingin menikmati tubuh sang wanita tanpa ada niat untuk bertanggung jawab. Hanya bersenang-senang semata.

'Sepertinya aku mengenal gadis itu. Wajahnya terlihat familiar. Apakah aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Tapi bertemu dimana? Atau hanya sekedar mirip? Atau aku yang salah ingat atau salah lihat?' batin Levin penasaran.

Ditambah lagi dengan keterbatasan jarak dan cahaya membuat Levin harus berusaha keras agar bisa melihat wajah sang gadis dengan lebih jelas. Siapa tau dengan begitu dirinya bisa ingat kan? Tapi nihil, Levin tidak ingat apapun. Anehnya, meski otaknya tidak dapat mengingat siapa gadis itu, tapi hatinya malah berkata sebaliknya.

Tak lama kemudian gadis itu berhenti bergoyang, mengabaikan tatapan penuh nafsu yang dilontarkan para pria brengsek yang sejak tadi menghimpit tubuhnya.

Gadis itu melangkah menuju bar, meminta segelas minuman pada bartender.

Tanpa sadar kaki Levin melangkah, seolah ada magnet yang menariknya. Memutuskan untuk mendekati gadis itu, hendak menuntaskan rasa penasarannya.

Levin bukanlah pria yang akan membiarkan rasa penasaran menggerogoti hatinya, jadi inilah yang Levin lakukan, mendekati gadis tersebut hingga rasa penasarannya terjawab. Namun ada satu hal yang tidak Levin pertimbangkan, yaitu kemungkinan bahwa hubungannya dengan gadis tersebut bisa menjadi rumit dalam satu malam!

Tidak lama kemudian Levin tiba di samping sang gadis yang sedang berbincang dengan temannya. Tangan gadis tersebut tidak berhenti meraih minuman beralkohol yang ada di hadapannya dan menenggaknya tanpa ragu, seolah hanya meminum air putih. Tampak jelas kalau alkohol adalah hal yang tidak asing lagi baginya.

'Sepertinya gadis ini datang hanya untuk melepas suntuk tanpa ada niat menggoda pria di bar ini,' pikir Levin saat menyadari kalau gadis tersebut hanya asyik mengobrol dengan temannya dan mengabaikan para pria yang mengajaknya berkenalan.

Baguslah, setidaknya gadis yang membuat Levin penasaran bukanlah wanita yang suka menggoda pria di tempat seperti ini. Tempat yang berisi pria brengsek sepertinya.

Gadis itu asyik mengobrol dengan seru, raut wajahnya terlihat ekspresif.

Levin tersenyum tipis. Entah kenapa apa yang dilakukan gadis itu semakin terlihat menarik di matanya. Mungkinkah karena wajahnya yang cantik?

Atau karena lekuk tubuhnya yang seksi dan menggoda?

Atau karena sikapnya yang cuek pada sekitar?

Atau karena hal lain yang belum Levin pahami? Entahlah.

Yang pasti tanpa sadar Levin terus memperhatikan gerak-gerik sang gadis, mengabaikan godaan wanita yang sengaja mendekatinya. Sepertinya gadis itu benar-benar memiliki magnet tersembunyi hingga membuat Levin enggan berpaling darinya.

Saat itu Levin belum menyadari kalau pertemuannya dengan sang gadis merupakan salah satu rencana Tuhan yang dapat mengubah jalan hidupnya yang datar dan membosankan menjadi berliku dan sulit untuk ditebak!

Jalan hidup yang membuat hubungan mereka berkembang lebih dalam!

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 8 Interogasi   06-27 21:37
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY