Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / LOVE
LOVE

LOVE

4.8
57 Bab
5.2K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Pertamakali melihatnya aku terpesona. Kedua kali aku menatap bola mata indah itu aku tahu aku jatuh cinta. Pada dia yang menarik aku dari pusat tempat ku berpijak. Namun sayang aku tidak berani mengatakan kepada gadis pemilik senyum manis itu. Kenapa ? Karena aku lumpuh. Aku memang kaya, dari keluarga terpandang, namun mampukah aku memiliki tulus cintanya ? Dengan kondisi diriku yang cacat ini.

Bab 1 1 :: Rumah ::

Aku bangun saat alaram yang ku setel di ponselku berdering cukup nyaring hingga memekakan telinga. Kumatikan alaram itu dan segera bangun menuju kamar mandi yang terletak diluar kamarku.

Rumah sederhana yang aku tempati ini adalah rumah sewa, aku tinggal sendiri disini. Kedua orang tuaku sudah meninggal delapan tahun yang lalu, dan itu adalah hari kutukan bagiku. Karena aku sangat menyesalinya, aku sangat menyesal.

Setelah aku mencuci muka aku masuk kedapur, menanak nasi di rice cooker lalu menuju kulkas kecil yang terletak didekat meja makan didapur ini.

Ku ambil satu butir telur dan juga tempe serta sayur bayam.

Setelah selesai dengan membuat bekal makan siang ku aku beralih membersihkan rumah.

Kegiatanku setiap hari selalu seperti ini jika pagi, kecuali sabtu dan minggu. Hari itu akan aku gunakan tidur dengan puas, tidur adalah caraku untuk bahagia. Karena dengan tidur aku bisa tidak memikirkan apa pun.

Aku selalu memakai setelan kerja dengan kemeja serta blazer dan juga celana bahan. Tidak mungkin kan aku menaiki sepeda dengan memakai rok.

Meski cuaca panas aku tidak masalah mendayung sepeda untuk pergi kemanapun aku mau.

Kantor masih sepi saat aku tiba, dan selalu seperti itu. Aku menuju toilet kantor dan mulai memakai make up tipis di dalam toilet itu. Menata rambut dan kembali memyemprotkan parfume murah milikku.

Aku harus bergegas karena hari ini akan ada rapat direksi seluruh staff juga akan ada di Aula kantor ini.

*****

Bian Nugraha Jayker sudah terlebih dulu masuk ke Aula bersama adik sepupunya yang cantik bernama Bella Rienna Jayker. Bella fokus dengan ponselnya, sedangkan Bian terlihat fokua dengan laptopnya. Satu persatu karyawan dan direksi memasuki Aula itu, dan dua orang pria yang saling tertawa membuat para kaum hawa memandangi mereka seribu kali lipat takjub dari biasanya. Bian menggelengkan kepala melihat kedua sepupunya yang lain itu berjalan kearahnya.

Bryan dan Banu adalah dua orang sepupu nya selain Bella.

Brian berprofesi sebagai musisi dan dia memiliki managment artis sendiri serta juga mengurus beberapa perusahaan keluarga mereka.

Sedangkan Banu adalah seorang Pilot, Banu tidak resmi mengurus perusahaan. Dia hanya memantau saham yang diatas namakan untuknya.

Jika kalian bertanya apa Profesi Bella, Bella adalah seorang Dokter specialist anak dirumah sakit terkenal Jakarta. Bella dan Banu adalah kakak adik kandung.

Jika ketiga sepupunya memiliki pekerjaan pribadi selain mengurus perusahaan, tidak dengan Bian, pekerjaannya fokus terhadap semua saham dan perusahaan Jayker. Karena dia adalah cucu pertama dari anak pertama keluarga Jayker.

Keempat saudara ini sangat dekat dan kompak, mereka tahu rahasia masing-masing dan diantara semuanya hanya Bian yang sedikit lebih pendiam.

Itulah sekilas tentang keluarga Jayker brother. Kembali kepada Bian, pria itu terlihat sangat mendengarkan penjelasan bawahannya diperusahaan.

Sorot mata seorang wanita itu melihatnya terkejut tapi dia mencoba mengalihkan perhatiannya dan duduk dengan tenang. Memang siapa dia? Toh mereka juga tidak berkenalan. Mereka hanya sama-sama terpesona pada pandangan pertama mungkin.

Atau hanya dia saja yang terpesona pada senyuman pria itu. Cinta menggelengkan kepalanya dan kembali fokus pada sekitarnya. Lalu tiba-tiba seorang wanita yang anggun dan cantik berdiri untuk memimpin rapat yang akan diadakan saat ini.

Sesaat sebelum dimulainya rapat sebuah nada dering ponsel dengan judul lagu. Right here waiting for you dari Richard Mark terdengar di Aula itu. Bian menundukkan kepalanya tanda dia meminta maaf, dan seakan hapal dengan tombol ponselnya diapun langsung menggerakkan tangannya lalu menempelkan ponselnya ditelinganya. Tapi tidak ada suara dari penelpon malahan dering ponsel masih terdengar se' Aula itu.

Seorang wanita meringis melihat ternyata memang benar ponselnya yang berbunyi nyaring.

Seluruh mata di Aula lalu beralih menatapnya. Cinta meringis lagi merasa tidak nyaman dengan tatapan semua orang termasuk Bian yang melihatnya terkejut. Bian sudah seminggu ini memikirkan seorang wanita yang mencuri perhatiannya itu. Seorang wanita yang tanpa permisi membuat pikirannya teralihkan tidak hanya tentang bisnis dan bisnis, melainkan memikirkan wanita itu.

Kenapa Bian tidak tahu kalau wanita yang dia pikirkan adalah karyawan diperusahaannya.

Senyuman dibibir Bian terukir melihat wanita bernama Cinta itu salah tingkah.

Brian melihat hal itu dan dia tak menyangka Bian akan tersenyum untuk seorang wanita lagi setelah sekian lama Bian menjauhi makhluk bernama Wanita selain keluarganya.

*****

Didalam ruangan kerja Bian keadaan hening karena Banu dan Brian memandangi wajah Bian yang sangat serius. Brian sudah menjelaskan kepada Banu kalau Mas Bian mereka tadi tersenyum melihat seorang wanita.

"Mas?" panggil Banu yang ingin memulai percakapan dengan Bian.

Bian hanya melihat sebentar lalu melanjutkan kegiatannya.

"Mas suka ya sama wanita tadi?"

Bian hanya diam tak ingin menanggapi.

"Cantik kok mas. Body nya juga bagus. Hehehe." Satu pena melayang kearah Brian yang dilemparkan Bian karena ucapan asal dari Brian. Sedangkan Banu tertawa melihat wajah kesal Brian.

"Coba ada Bella, pasti Bella belain gue deh." Brian pura-pura memasang wajah memelasnya.

"Tapi mas, kalau suka deketin dong mas."

Banu akhirnya berhasil membuat Bian berhenti memandangi laptop itu dan dan tersenyum penuh arti kepada kedua saudaranya itu.

"Aku masih punya hati untuk tidak merusak hidupnya. Lagi pula tidak ada wanita yang mau menghabiskan sisa hidupnya dengan pria lumpuh seperti ku."

Bian menggerakkan kursi rodanya dan dia mencoba mendekati kedua saudaranya itu.

"Kalian tidak usah mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja. Katakan pada oma dan opa kalau aku bahagia."

Brian berdiri karena emosi melihat kebohongan Bian.

"Dari dulu aku sudah pernah bilang bukan, kalau suatu saat kamu masih bisa sembuh mas Bian bahkan dokter tidak memvonis kamu lumpuh selamanya."

Brian ingin keluar, dan suara Bian menghentikannya.

" Aku tahu semuanya Brian, tapi dokter juga tidak mengatakan kalau aku bisa berjalan lagi bukan?"

Banu yang hanya duduk diam akhirnya ikut berdiri. Bian butuh waktu untuk sendiri pikirnya.

"Mas, semua orang berhak mendapatkan kebahagiannya. Jangan karena kamu lumpuh kamu menganggap semua wanita sama dengan mantan tunanganmu itu."

"Kamu berhak mendapatkan kebahagianmu mas, kamu pria normal yang juga membutuhkan cinta mas."

Pintu tertutup dan Bian menghembuskan nafasnya. Dia sangat menyedihkan. Kecelakaan yang dia alami lima tahun lalu membuat dirinya lumpuh dan harus berada dikursi roda seperti ini.

Hari pernikahannya kacau karena tunangannya tidak sanggup untuk menerima kenyataan ini. Dan dia sadar diri, dia tidak marah kepada Stevani yang lari di hari pernikahannya, melainkan dia kecewa pada dirinya sendiri yang sudah membuat orang-orang yang mencintaninya merasa bersedih karena dirinya.

Orang lain akan melihatnya terpesona karena ketampanan wajahnya dan juga wibawanya.

Pria muda kaya raya, pintar, dan tampan. Tapi sayangnya dia lumpuh, dan hal itu membuat dia terkurung dalam lubang hitam yang pekat.

Menjauhi tatapan para wanita dan dia selalu pulang dan datang ke kantor sebelum semua karyawannya datang ataupun pulang.

Dia tidak ingin melihat tatapan kasihan dari semua orang kepadanya. Ketukan pintu membuat Bian segera kembali kebalik meja kerjanya dan meninggikan kursi roda yang dirancang khusus untuknya.

"Masuk." Pintu pun terbuka memperlihatkan seorang wanita manis mencoba tersenyum sopan kepadanya.

"Maaf pak, saya disuruh bu Martha untuk memberikan semua dokumen ini."

"Letakkan disini," tunjuk Bian kearah mejanya.

"Baiklah pak, saya permisi."

Cinta membalikkan tubuhnya dan hatinya terus menghangat melihat senyuman tampan pria didepannya ini.

Sungguh pria sempurna ya ampun.

"Cinta." Cinta berhenti saat namanya disebut. Dia menoleh kebelakang dan melihat Bian tersenyum.

"Sepeda kamu bagus."

Bersambung...

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY