Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Membalas Perselingkuhan Suamiku
Membalas Perselingkuhan Suamiku

Membalas Perselingkuhan Suamiku

4.8
51 Bab
123.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Leona harus menelan pil pahit setelah melihat perselingkuhan suaminya, Mark, dengan perempuan muda. Perubahan bentuk tubuh dan tidak kunjung mendapatkan anak menjadi penyebab lelaki itu berpaling dengan wanita lain. Di saat tak terduga, Leona bertemu dengan pria misterius bernama West Taylor. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa tiba-tiba muncul di hadapanku?" "Aku dikirim malaikat untuk membantumu." West menyarankan dirinya untuk membalaskan dendam atas pengkhianatan Mark. Tak hanya itu, dia juga menganjurkan Leona untuk menurunkan berat badan agar kembali ke bentuk semula. Leona kembali terlahir menjadi sosok baru dan memulai rencana yang telah disusun bersama West. Dengan sentuhan make-up, ia menjelma menjadi sosok yang tak lagi bisa dikenali Mark. Untuk mengelabui mantan suami, ia juga mengubah identitasnya menjadi Tatiana Clark.

Bab 1 Dunia yang Seakan Runtuh

Suara desahan yang seharusnya terdengar merdu menjadi begitu menyakitkan di telinga wanita yang kini bersembunyi di dalam lemari kayu berukuran besar. Bulir bening membasahi pipi chubby yang dihiasi oleh bintik-bintik cokelat hingga batang hidung. Kedua tangan membekap erat bibir yang sejak tadi bergetar menahan suara tangis yang ingin keluar.

Pujian dan rayuan yang dilontarkan oleh sepasang pezina itu semakin menyesakkan dadanya. Ia marah, sehingga mata abu-abu gelap itu dikelilingi sklera yang memerah. Kali ini ia membuktikan sendiri gunjingan tetangga tentang pria yang telah dinikahinya sepuluh tahun lalu.

Pada awalnya wanita bertubuh gempal itu tidak percaya dengan bisik-bisik tetangga yang mengatakan sang Suami berselingkuh. Ia beranggapan mereka hanya iri dengan rumah tangga yang dibina selalu tenang tanpa masalah berarti. Meski selama sepuluh tahun, belum dikaruniai buah hati.

“Kau jauh lebih menggairahkan dibandingkan istri gendutku, Sherly,” puji pria yang masih tenggelam dalam kesenangan sesaat.

“Tentu saja, Mark. Mana bisa istrimu bercinta dengan beragam pose sepertiku,” balas perempuan berambut pirang.

Leona, wanita yang masih berada di dalam lemari, menutup rapat telinga ketika mendengar percakapan kedua insan tersebut. Kakinya semakin ditekuk sehingga menambah sesak di dada. Keringat mulai mengalir deras seiringan dengan air mata. Hati yang terasa panas, menambah panas suhu tubuhnya yang berada di tempat pengap itu.

“Kalau tidak percaya, kau buktikan saja sendiri. Suamimu itu sering membawa perempuan berambut pirang ke rumah ketika kau pergi.” Kalimat yang dilontarkan tetangga kembali terngiang di telinga Leona.

Setelah berpikir keras, ia menyusun rencana agar bisa membuktikan perkataan mereka. Leona berbohong kepada Mark dengan mengatakan akan pergi ke Netherville untuk menemui sahabatnya. Perangkap yang dirancang berhasil, pria itu membawa perempuan selingkuhannya ke rumah.

Leona kembali meratapi apa yang telah dilihat saat ini. Pengorbanannya selama sepuluh tahun menjadi sia-sia. Masih segar dalam ingatan bagaimana ia meninggalkan keluarga, karena memutuskan untuk menikah dengan pria biasa yang bukan berasal dari kalangan bangsawan. Ya, wanita itu keturunan bangsawan terpandang di daerah Outville.

Dulu Mark memuji kecantikan Leona yang katanya seperti Lady Diana, namun sekarang ia justru mengolok sang Istri di hadapan selingkuhan. Kenyataan ini benar-benar menyakitkan, menghadirkan perih yang teramat sangat di hati perempuan berhati lembut tersebut.

“Mau ke mana?” Mark kembali bersuara.

Leona kembali mendekatkan telinga ke pintu lemari, agar bisa mendengar lebih jelas.

“Pulang, Honey. Aku tidak mau istrimu tiba dan melihat keberadaanku di sini,” sahut perempuan yang bersama dengan Mark.

Mark berdecak pelan menarik lagi wanita bertubuh ramping itu, sehingga terduduk di atas pangkuan.

“Dia akan kembali nanti sore. Masih empat jam lagi.” Mark menyeringai sambil membelai rambut pirang wanita selingkuhannya.

“Bagaimana jika dia kembali sekarang?”

“Biarkan saja. Aku akan menceraikannya, agar bisa menikah denganmu.”

Wanita yang masih bersembunyi di dalam lemari itu semakin mengeratkan genggaman tangan. Napasnya menjadi sesak ketika bayangan perceraian hinggap di pikiran.

“Benarkah?”

“Tentu! Aku akan membuktikannya padamu.”

Tubuh Leona semakin terbakar mendengar perkataan suaminya. Ia sudah tidak tahan lagi. Setelah menarik napas dalam-dalam, tangannya bergerak mendorong pintu lemari sehingga membuat kedua insan itu terperanjat.

“Sebelum hal itu terjadi. Akulah yang akan menceraikanmu, Mark!!” tegas Leona setelah berhasil berdiri tegak.

Dia berusaha menjaga keseimbangan ketika kaki terasa keram akibat terlalu lama ditekuk. Leona tidak ingin terlihat lemah di hadapan pengkhianat yang telah dinikahinya bertahun-tahun.

“Sekarang keluar dari rumahku!!” usir Leona mengacungkan jari telunjuk ke arah pintu keluar.

Perempuan berambut pirang tersebut langsung masuk ke dalam selimut, lantas menutupi tubuhnya. Sementara Mark mendengkus setelah berhasil mengendalikan diri. Tawa singkat keluar dari sela bibir tipis berwarna keunguan itu.

“Rumahmu??!! Apa kau lupa rumah ini sudah menjadi milikku?!” sergah Mark pantang kalah.

Mata abu-abu itu terpejam erat ketika ingat telah setuju untuk mengalihkan kepemilikan rumah menjadi nama Mark Sinclair. Meski pada awalnya rumah ini milik Leona, tapi ia sudah menghibahkannya kepada pria itu.

“Jadi siapa yang harus angkat kaki dari sini?” Mark tersenyum penuh kemenangan seraya merangkul bahu selingkuhannya.

Semburat merah terpancar dari paras Leona saat menahan amarah. Sebagai wanita berpendidikan, ia tahu persis tak akan bisa mengambil lagi rumah tersebut meski melewati jalur hukum. Kebodohan yang diperbuat, mengakibatkan dirinya harus angkat kaki dari kediaman yang dibeli dengan jerih payah sendiri.

Mark berdiri ketika Leona masih bergeming di tempat. Pria itu mengeluarkan seluruh pakaian istrinya dari dalam lemari, lantas dilemparkan asal ke lantai. Tak lama kemudian sebuah koper berukuran jumbo telah teronggok di atas tumpukan pakaian.

“Sampai jumpa di pengadilan nanti, Leona,” ujar Mark setelahnya, “aku beri kau waktu satu jam untuk pergi dari rumah ini. Jangan pernah tunjukkan wajah jelekmu lagi kepadaku! Aku sudah muak denganmu.”

Napas Leona semakin menderu keluar dari hidung dan bibir bersamaan. Tatapan mata abu-abu miliknya tampak tajam melihat perempuan berambut pirang yang tersenyum pongah.

“Aku bersumpah, kau akan menyesali ini semua, Mark!” Dia melempar telunjuk ke tempat perempuan jalang itu tidur. “Wanita itu hanya ingin hartamu yang sebenarnya milikku!!”

“Aku bersumpah tidak akan pernah menerimamu lagi, meski kau merangkak dan memohon agar aku kembali suatu saat nanti,” sambungnya berusaha menegarkan diri meski di dalamnya sangat rapuh.

***

Suara klakson mobil terdengar bersahut-sahutan di kota yang tidak pernah tidur. Asap kendaraan mulai menyesakkan pernapasan, membuat Leona terbatuk sesekali. Otot kaki mulai lelah berjalan menyusuri jalan besar yang masih ramai. Keringat berkucuran di kening hingga leher, hingga membasahi gaun bermotif bunga yang dikenakan.

Ke manakah ia akan pergi sekarang? Sebentar lagi langit mulai gelap. Leona butuh tempat untuk berteduh dan beristirahat. Hanya Mark yang dimilikinya di sini. Rumah yang ditinggalkan tiga jam yang lalu adalah tempat tujuan satu-satunya. Tapi, kini ia tak bisa lagi kembali ke sana.

Tangan dilapisi lemak itu bergerak naik ke pinggir kening, menyeka keringat yang baru saja meninggalkan pori-pori kulit putihnya. Pandangan kembali beredar mencari tempat untuk sekedar melepas penat. Perlahan tangan turun beranjak merogoh tas yang tersangkut di pundak. Dia mengeluarkan dompet berwarna cokelat muda dan melihat isinya.

Desahan pelan meluncur dari sela bibir ketika melihat hanya beberapa lembar uang yang ia miliki. Semua berubah drastis setelah Mark mengusirnya. Selama lima tahun belakangan, Leona memang tak lagi bekerja karena fokus dengan program untuk mendapatkan anak. Namun, seluruh pengorbanannya sekarang menjadi sia-sia setelah apa yang diketahui hari ini.

Leona mulai frustasi. Ia tidak mungkin menjadi gelandangan di kota besar ini. Tak mungkin juga kembali ke rumah keluarganya di Outville. Jika berkunjung ke Netherville, keluarganya pasti akan tahu apa yang akan terjadi. Dia benar-benar sendirian dan mulai ketakutan.

“Aku harus ke mana?” lirihnya memegang perut yang keroncongan.

Malam menjelang. Warna lembayung berganti gelap. Wanita bertubuh gempal itu belum juga menemukan tempat untuk beristirahat. Kaki sudah letih menopang tubuh besarnya.

Pandangan netra abu-abu gelap milik Leona kembali beredar mengamati sekitar. Tilikan berhenti ketika melihat jembatan yang digunakan untuk menyeberang sungai Hannes yang terkenal di Earth Ville. Jembatan tersebut berukuran besar, sehingga dibagi menjadi dua jalur. Di bawahnya terdapat air yang mengalir cukup deras.

Leona bergegas menuju pinggir jembatan dan mengamati derasnya aliran sungai Hannes yang sedikit keruh. Beragam pikiran bergelayut di benak wanita berpipi chubby tersebut.

“Lebih baik aku mati tenggelam di sana daripada menanggung malu,” gumamnya pada diri sendiri.

Selang dua detik kemudian, ia menggelengkan kepala sehingga rambut hitam yang dikuncir tersebut bergoyang ke kiri dan kanan.

Tidak! Aku tidak boleh mati sekarang, bisiknya dalam hati.

Wanita itu kembali terdiam dengan tangan berpegangan erat di besi jembatan. Matanya terpejam erat ketika terjadi perang di dalam diri. Tarikan napas berat terdengar dari hidung mancung berukuran sedang miliknya.

“Kalau mau bunuh diri jangan di sini.” Tiba-tiba terdengar suara bariton dari samping kanan.

Leona terkesiap, lantas melihat ke sumber suara. Terlihat seorang pria berambut cokelat mengenakan baju kaus dipadu dengan celana jeans sobek sedang menatap kepadanya.

Pria asing tersebut menunjuk gedung bertingkat tiga puluh tak jauh dari sana. “Kau bisa bunuh diri di sana. Melompat dari lantai paling atas dan mati tanpa merasakan sakit.”

Laki-laki itu mengerling ke sungai sebelum kembali berujar, “Jika kau melompat ke sana, kemungkinan besar kau akan terseret arus dan sesak napas jika tenggelam. Kau akan menderita terlebih dahulu, sebelum malaikat maut mengambil nyawamu.”

Leona menelan saliva mendengar perkataan pria yang baru saja ditemui. Rasa takut kembali menyelimuti dirinya.

“Kau wanita penakut. Aku jamin tidak akan berani melompat ke bawah sana,” komentar pria itu tersenyum singkat.

Wanita bertubuh gempal tersebut hening. Energi habis terkuras setelah melewati rentetan fakta menyakitkan dalam hidupnya. Leona tidak memiliki tenaga untuk berdebat saat ini.

Lelaki itu mengeluarkan sebatang rokok, kemudian membakar ujungnya dengan macis. Dia mengisap dalam-dalam sebelum mengembuskan asap yang sempat diisap.

“Jangan pernah berpikiran untuk bunuh diri, apapun masalah yang kau hadapi sekarang.” Pria itu masih berceloteh, meski tidak ditanggapi oleh Leona.

Dia mengamati Leona yang sedang diam menatap nanar aliran sungai. “Biar kutebak. Suami atau pacarmu berselingkuh, bukan?”

Mata abu-abu gelap milik perempuan tersebut membulat seketika. Kerutan tampak di antara kedua alis. “Ba-bagaimana kau tahu?” selidiknya menatap curiga.

Pria itu tergelak sambil menunjuk koper dengan ujung dagu. “Apalagi yang membuat seorang wanita gendut ingin bunuh diri, setelah pergi dari rumah?!”

Tangan Leona yang sejak tadi memegang pinggir jembatan turun ke bawah, lalu saling bertautan di depan tubuh. Kepalanya tertunduk dalam. Ternyata orang-orang bisa mengetahui apa yang terjadi dengan hanya melihat kondisinya sekarang.

“Bodoh,” desis pria itu.

“Sorry?”

“Kau bodoh jika ingin mengakhiri hidupmu.”

Kening Leona berkerut bingung, sehingga kedua alis nyaris bertautan. “Aku tidak bodoh,” sanggahnya tersinggung. Dia memang sempat berpikiran untuk mengakhiri hidup, namun sesaat kemudian mengurungkan niatnya.

“Kau bodoh, Nyonya. Jika aku jadi dirimu, aku akan balas dendam.” Seringaian terlihat di sudut bibir dengan lekung sempurna milik pria tersebut.

“Balas dendam?” kata Leona.

Pria itu menegakkan tubuh yang bersandar di besi jembatan. Dia melempar asal puntung rokok ke sungai. Mata biru miliknya menatap lekat wanita berparas chubby tersebut.

“Aku bisa membantumu untuk membalaskan dendam kepada suami atau pacarmu itu. Kau harus buat pria itu menyesal seumur hidup karena telah mencampakkan wanita cantik sepertimu,” jelasnya dengan sebelah alis naik ke atas.

Leona tercenung mendengar perkataan pria asing ini. Kesedihan ternyata membuatnya bodoh, sehingga tidak memikirkan hal tersebut. Ia bisa membuat Mark menyesal seumur hidup, karena telah meninggalkan dirinya demi perempuan jalang.

Sesaat kemudian ia kembali gamang. Balas dendam dibantu pria yang baru saja dikenal? Bagaimana jika orang ini penculik, pemerkosa atau penjual organ? Mark yang dikenal lebih satu dekade saja berani menipunya, apalagi pria asing ini.

“Bagaimana?” Pria itu masih menunggu jawaban Leona.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY