Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Cinta yang Hilang di Tengah Fitnah
Cinta yang Hilang di Tengah Fitnah

Cinta yang Hilang di Tengah Fitnah

5.0

Putus cinta karena pernikahannya dibatalkan sepihak oleh keluarga kekasihnya, Alenya Seraphina Veyra menuruti rencana adik sepupunya untuk mengancam Darian Keaton, yang masih mencintainya, dengan mabuk di sebuah bar agar Darian menjemputnya dan melanjutkan pernikahan mereka. Namun, di malam itu, Aleyna justru terjebak oleh adik sepupunya sendiri untuk bermalam bersama seorang gigolo. Saat itulah ia menyadari semua kejahatan yang telah dilakukan adik sepupunya selama ini. Fitnah, kebohongan, dan setumpuk masalah yang menimpanya telah menjadi aib besar, hingga akhirnya Aleyna memutuskan untuk meninggalkan kotanya. Empat tahun kemudian, Aleyna kembali ke kota dan mulai bekerja di sebuah perusahaan terbesar yang dikuasai oleh Rowan Sinclair, seorang pria misterius yang ternyata sama-sama menyimpan masa lalu kelam bersamanya. Lambat laun, fakta mengejutkan terungkap: pria misterius yang pernah bermalam dengannya malam itu ternyata adalah bosnya sendiri di perusahaan tempatnya bekerja.

Konten

Bab 1 malam ketika hidupnya berubah drastis

Alenya Seraphina Veyra menatap hujan yang membasahi kota dari balik jendela apartemennya. Suara tetesan air yang menimpa kaca terasa seperti irama kesedihan yang tak henti. Setiap tetesnya mengingatkannya pada malam itu-malam ketika hidupnya berubah drastis hanya dalam hitungan jam. Semua rencana, semua impian yang ia rajut dengan hati-hati, tiba-tiba hancur seketika oleh ulah orang-orang yang selama ini ia percayai.

Pernikahannya dengan Darian Keaton, pria yang telah menjadi satu-satunya sumber kebahagiaannya selama lima tahun terakhir, dibatalkan sepihak oleh keluarga Darian. Tanpa peringatan, tanpa penjelasan yang masuk akal. Hanya pesan dingin dari ibunya yang tersimpan di inbox ponselnya: "Pernikahan kalian tidak akan terjadi. Darian harus fokus pada keluarganya."

Alenya masih bisa mengingat rasa hampa yang menganga dalam dadanya saat membaca pesan itu. Ia ingin menangis, berteriak, memukul benda terdekat. Tapi yang keluar hanyalah air mata yang menetes tanpa suara, dan hati yang hancur berkeping-keping. Ia merasa dikhianati bukan hanya oleh keluarga Darian, tapi juga oleh dunia yang tiba-tiba berubah menjadi kejam.

Malam itu, ketika semua logika dan kesadaran mulai pudar, adik sepupunya, Selina Veyra, muncul dengan senyum manis yang tampak terlalu polos untuk diterima. "Aley, aku tahu kamu sedih. Tapi aku punya cara supaya Darian menjemputmu. Kau cuma perlu sedikit... melepaskan kendali," kata Selina sambil menatap matanya dengan penuh tipu daya.

Alenya ragu. Ia mengenal Selina sejak kecil, dan selalu tahu bahwa sepupunya itu cenderung manipulatif. Tapi di saat hatinya begitu lemah, di saat ia ingin menegaskan kembali cintanya pada Darian, logika itu menguap begitu saja. Aleyna menuruti rencana Selina. Ia menenggak minuman yang disiapkan, biarkan dirinya mabuk cukup untuk membuat Darian merasa khawatir dan menjemputnya.

Namun, yang terjadi malam itu jauh lebih buruk daripada yang bisa dibayangkan Aleyna. Selina, dengan senyum licik yang sama sekali tak tersamarkan, mengarahkan Aleyna ke sebuah hotel mewah. Aleyna tidak sadar bahwa malamnya telah dijebak untuk bermalam dengan seorang pria asing-seorang gigolo profesional yang telah diatur oleh Selina.

Alenya baru menyadari kenyataan itu ketika aroma parfum maskulin menyergap hidungnya, dan tangan yang dingin menepuk bahunya dengan terlalu akrab. "Hei, kau harus tenang... ini hanya permainan," kata pria itu sambil tersenyum tipis. Tapi matanya yang tajam menandakan bahwa ini lebih dari sekadar permainan. Rasa panik mulai menguasai Aleyna, tapi tubuhnya terlalu lelah, pikirannya terlalu kacau, dan alkohol dalam darahnya membuatnya lumpuh.

Malam itu terasa seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan. Setiap detik menegaskan bahwa ia telah dikhianati bukan hanya oleh Selina, tapi juga oleh orang-orang yang selama ini ia anggap sahabat. Fitnah yang selama ini disebarkan Selina mulai muncul di hadapannya dalam bentuk tatapan meremehkan orang-orang yang ia kenal, bisik-bisik yang ia dengar, hingga kabar-kabar palsu yang menjelek-jelekkan nama baiknya. Semua itu membuat Aleyna merasa ingin lenyap dari dunia ini.

Akhirnya, dengan keberanian yang tersisa sedikit demi sedikit, Aleyna memutuskan untuk pergi dari kota itu. Ia meninggalkan apartemen yang penuh kenangan, meninggalkan Darian yang belum sempat ia jelaskan segalanya, dan meninggalkan Selina yang tampaknya selalu satu langkah di depannya. Hatinya hancur, tapi ada satu hal yang tetap ia simpan: tekad untuk bangkit kembali, suatu hari nanti.

Empat tahun berlalu. Aleyna kembali ke kota, tapi kali ini bukan sebagai gadis yang lemah dan mudah dimanfaatkan. Ia kembali dengan nama yang sama, tapi dengan keberanian dan pengalaman yang jauh lebih matang. Ia mulai bekerja di sebuah perusahaan raksasa yang dikuasai oleh Rowan Sinclair, seorang pria yang sejak awal sudah tampak misterius, karismatik, dan penuh rahasia.

Hari pertama Aleyna di perusahaan itu dipenuhi dengan perasaan campur aduk. Ia berjalan di lorong megah kantor pusat yang dipenuhi kaca reflektif, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Setiap langkah terasa berat, tapi ia menahan diri untuk tidak terlihat cemas. Ia tahu, tujuan utamanya bukan hanya karier-tetapi juga, secara diam-diam, menelusuri masa lalunya yang terkait dengan Rowan.

Tak lama setelah Aleyna menempati ruangannya, seorang asisten muda menghampirinya. "Bu Aleyna, Bos ingin menemui Anda di kantornya," katanya dengan nada sopan. Aleyna menelan ludah, mencoba menenangkan diri. Ia tahu, pertemuan pertama dengan Rowan bukan sekadar formalitas. Ada sesuatu di balik tatapan dingin dan aura misterius pria itu yang selalu membuatnya penasaran-dan takut.

Saat ia membuka pintu kantor Rowan, ia terdiam. Rowan duduk di balik meja besar, mengenakan jas hitam rapi, matanya menatap lurus ke arahnya. Ada sesuatu yang familiar, sesuatu yang tak bisa ia tempatkan. Aleyna merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Selamat datang kembali, Aleyna," ucap Rowan dengan suara rendah, tenang, tapi menimbulkan getaran yang aneh di dalam dada Aleyna.

Pertemuan itu terasa singkat, tapi meninggalkan kesan mendalam. Rowan memperkenalkan dirinya secara profesional, membicarakan proyek-proyek perusahaan, strategi bisnis, dan rencana ekspansi. Tapi di balik tutur kata formal itu, Aleyna bisa menangkap sinyal bahwa Rowan tahu lebih banyak tentang masa lalunya daripada yang ia biarkan terlihat.

Hari-hari berikutnya Aleyna mulai menyadari fakta yang mengejutkan: pria yang pernah bermalam dengannya malam itu empat tahun silam, pria yang wajahnya samar tapi membekas dalam ingatannya, ternyata adalah Rowan Sinclair, bosnya sendiri sekarang. Gelombang emosi mengalir deras-marah, terkejut, takut, dan... sedikit penasaran.

Ia mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkannya. Di kantor, Aleyna tetap profesional, menjaga jarak, fokus pada pekerjaan. Tapi setiap kali Rowan lewat, setiap kali ia mendengar suaranya, ingatan itu kembali-malam itu, jebakan Selina, rasa malu, dan rasa sakit yang pernah ia alami.

Rowan sendiri tampak tetap misterius. Kadang ia menatap Aleyna dengan intens, seakan membaca pikirannya, tapi tidak pernah mengungkapkan terlalu banyak. Aleyna tidak tahu apakah itu dendam, penyesalan, atau hanya strategi untuk mengamati reaksi Aleyna. Semua menjadi permainan psikologis yang membuat Aleyna tetap waspada setiap saat.

Seiring waktu, Aleyna mulai menata kembali hidupnya. Ia berlatih untuk tidak terguncang oleh masa lalu, menekuni kariernya, dan memperkuat mentalnya. Namun, tidak ada yang bisa menghilangkan rasa penasaran tentang Rowan. Bagaimana bisa pria yang pernah menjadi bagian paling rumit dan memalukan dari hidupnya, kini menjadi orang yang menentukan masa depannya?

Sementara itu, Selina, adik sepupunya yang licik, terus bergerak di balik layar. Aleyna mengetahui bahwa Selina masih menyebarkan rumor-rumor, menjejali kehidupan sosialnya dengan gosip, dan berusaha merusak reputasi Aleyna di setiap kesempatan. Tapi kali ini, Aleyna siap. Kali ini, ia tidak akan menjadi korban.

Pertemuan demi pertemuan dengan Rowan semakin menegangkan. Ada kalanya Rowan memberikan pujian yang membuat Aleyna tersipu malu, ada kalanya ia memberikan kritik tajam yang membuat Aleyna ingin menentangnya. Dinamika itu menciptakan ketegangan yang sulit dihindari-antara marah, penasaran, dan, entah mengapa, perasaan yang tak bisa sepenuhnya ia kendalikan.

Dalam hatinya, Aleyna tahu satu hal: malam itu empat tahun silam telah mengubah hidupnya selamanya. Tapi sekarang, ia memiliki kendali. Ia tidak lagi menjadi gadis yang mudah dimanfaatkan. Ia adalah wanita yang siap menghadapi masa lalu, menghadapi Rowan, dan menghadapi dunia-dengan segala risiko yang akan muncul.

Dan malam itu, ketika ia pulang ke apartemennya setelah hari yang panjang, Aleyna menatap langit kota yang diterangi lampu-lampu neon. Hujan mulai turun lagi. Tapi kali ini, ia tidak merasa sedih. Kali ini, hujan terasa seperti awal baru. Ia tersenyum tipis, menggenggam tekadnya, dan berkata dalam hati: "Empat tahun lalu kau mencoba menjatuhkanku... tapi sekarang, aku akan bangkit dan menentukan jalanku sendiri."

Malam itu menandai permulaan babak baru. Aleyna tahu, perjalanan ini tidak akan mudah. Ada masa lalu yang menunggu untuk dibuka, ada Rowan yang misterius dan menantang, dan ada Selina yang selalu siap mengacaukan segalanya. Tapi satu hal yang pasti: Aleyna tidak akan menyerah.

Di luar jendela, hujan terus turun, membasahi kota yang sama yang dulu membuatnya hancur. Tapi Aleyna berbeda sekarang. Kali ini, ia siap menghadapi dunia.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY