/0/3550/coverbig.jpg?v=a6f9e2928f61b6070e09f0b0c98d964c)
Vina, perempuan itu mau tidak mau harus mau menyandang status janda di usia yang masih terbilang muda. Diceraikan saat usianya baru 22 tahun, membuatnya sakit hati atas tindakan suami yang menurutmu terlalu mudah dihasut oleh ibunya. Ya, Vina dan suaminya yang bernama Radit menikah tanpa restu dari orang tua. Vina berniat balas dendam atas semua perlakuan itu. Vina yang dikenal anak dari seorang janda, yang tidak punya apa-apa membongkar jati dirinya di depan sang mantan ibu mertua. Tepat di saat acara pernikahan Radit dengan istri barunya berlangsung.
Masih teringat jelas dalam ingatan Vina saat suaminya Radit memberikan surat cerai pada hari itu. Yang mana pada hari itu, Vina baru saja pulang dari rumah sakit. Pulang membawa kabar tidak menyenangkan, membuatnya berstatus janda seperti pada saat ini. Entahlah, belum ada hitungan jam orang kepercayaan Radit sudah bisa mengurus surat cerai secepat itu. Mungkin itu yang dikatakan kekuatan uang.
Vina divonis sulit memiliki keturunan oleh Dokter yang menanganinya pada hari itu. Dan, langsung saja pada hari itu Vina diberi surat cerai oleh suami yang kini sudah menjadi mantan suaminya.
Vina Putri Hermawan, adalah nama lengkap dari Vina. Vina baru saja menikah dengan Radit lima bulan yang lalu. Tapi, karena vonis dokter yang mengatakan kalau Vina sulit memiliki keturunan saat melakukan tes kesuburan, membuatnya menyandang status janda dari pernikahan yang belum genap setengah tahun itu.
"Dit, lebih baik kamu ceraikan saja istrimu itu. Untuk apa mempertahankan istri yang tidak bisa punya anak. Lebih baik segera kau ceraikan saja dia daripada menjadi beban keluarga. Tidak ada untungnya kita memberi makan orang yang tidak bisa memberikan kebahagiaan kepada kita. Daripada kita buang-buang uang untuk memberinya makan, lebih baik uang jatah makan dan keperluan dia kamu tabung untuk keperluan anakmu nanti." Ibu Saras berkata dengan nada sinis. Yang mana Ibu Saras adalah ibu dari Radit, ibu mertua Vina.
Di saat Ibu Saras mendengar kabar bahwa menantunya itu sulit memiliki keturunan, di saat itu pula dia langsung bertambah tidak suka dengan Vina. Ya, memang sudah dari awal pernikahan Ibu Saras tidak merestui putranya itu menikah dengan Vina.
"Bu, tapi pernikahan kami baru berjalan lima bulan. Apa kata orang-orang nanti bila mereka tahu kalau aku dan Vina bercerai? Keluarga kita akan menanggung malu, Bu! Belum lagi nanti kalau keluarga kita dan keluarga Vina bertanya-tanya tentang sebab cerainya pernikahan kami. Radit harus jawab apa Bu? Radit malu." Radit mengacak rambutnya frustasi. Memikirkan perasaan, nasib pernikahan, dan juga reputasi nama baik keluarga yang harus dijaga. Itu semua seolah berputar di pikiran Radit, membuat kepalanya pusing sendiri.
"Ibu tanya sekarang sama kamu, Dit. Kamu pilih ditanya sekarang tentang perceraian kamu sama Vina? Apa kamu pilih ditanya nanti tentang momongan? Ditanya tentang momongan itu hal yang sangat sensitif, Dit. Itu menyangkut harga diri kamu sebagai seorang laki-laki dan suami," kata Ibu Saras.
"Bu, Vina sama Mas Radit itu kan menikah baru lima bulan. Jadi waktunya masih panjang Bu. Apakah tidak sebaiknya kita berusaha terlebih dahulu? Vina yakin kalau Vina itu bisa memiliki keturunan, Bu." Kini giliran Vina yang angkat bicara. Memegang telapak tangan mertuanya itu.
"Dapat dari mana kamu keyakinan kalau kamu itu bisa memiliki keturunan? Sudah jelas vonis dokter mengatakan kalau kemungkinan kamu untuk memiliki keturunan sangatlah tipis. Jadi kamu tidak usah seyakin itu!" cerca ibu Saras kepada menantunya itu. Ibu Saras menarik telapak tangan yang dipegang oleh menantunya itu.
"Dit, beri surat cerai itu pada Vina. Supaya Vina tanda tangan sekarang di hadapan Ibu" kata ibu Saras.
"Surat cerai?" Vina mengulang ucapan ibu Saras. Terkejut akan apa yang dikatakan boleh ibu mertuanya itu.
"Iya. Surat cerai kamu dan Radit anak saya." Tekan ibu Saras. Menatap Vina dengan tatapan mata tidak suka.
"Tapi Bu, benar kata Vina. Kita bisa berusaha dulu. Berikan waktu untuk Vina berusaha Bu. Vina masih bisa mengikuti program hamil, atau bayi tabung misalnya. Masih banyak jalan alternatif lain, Bu. Tolong beri kesempatan untuk Vina," bujuk Radit pada ibunya.
"Inilah yang Ibu tidak suka dari Vina. Dia banyak merubah kamu Dit. Kamu berubah drastis setelah menikah dengan wanita ini. Maka dari itu waktu kamu minta restu, Ibu tidak merestui pernikahan kalian. Tapi apa? Kalian malah menikah tanpa restu dari ibu. Maka, inilah jadinya sekarang. Ini akibat dari pernikahan tanpa restu dari seorang ibu, Dit!" kata Ibu Saras. Berbicara dengan dagu yang terangkat.
"Bu, salah Vina di mana dan apa? Kenapa Ibu sangat tidak suka dengan Vina?" tanya Vina. Menatap ibu mertuanya itu.
"Dit, berikan suratnya pada Vina saat ini di depan ibu, atau, kamu ibu anggap tidak pernah ada dalam kehidupan Ibu?" Ibu Saras tidak menjawab pertanyaan menantunya itu. Dia malah melanjutkan permintaannya pada putranya untuk memberi surat cerai pada Vina. Vina yang mendengar itu pun tidak terasa air matanya menetes. Vina sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Kini semuanya bergantung pada suaminya itu.
Huft....
Maafkan aku Vina. Aku tidak bisa berbuat lebih jauh lagi dari ini. Sudah jelas terlihat hasil dari pernikahan tanpa restu seorang ibu. Dan, aku tidak mau ini terjadi dalam hidupku untuk selamanya. Aku tidak mau membuat Ibu kecewa padaku lebih dari ini. Sekali lagi, maafkan aku Vina Putri Hermawan.
Radit yang semula menunduk termenung memikirkan sesuatu, mengangkat kepalanya. Menatap wajah Vina.
"Tanda tangani surat ini Vin!" perintah Radit memberikan sebuah amplop berisikan surat cerai kepada Vin.
"Mas Radit tega sama Vina?" tanya Vina tak habis pikir akan apa yang diperintahkan oleh suaminya itu. Vin benar-benar sakit hati atas perlakuan suami dan mertuanya itu.
"Mas nggak bisa berbuat apa-apa lagi, Vin. Mungkin benar kata Ibu. Inilah akibat dari pernikahan tanpa restu dari orang tua, terutama seorang Ibu," jelas Radit. Dia merasa sangat bersalah kepada Vin.
"Hmm, baik."
"Itu pilihan, Mas. Vina tidak bisa merubah keputusan Mas. Vina ikhlas bila memang pernikahan ini harus berakhir saat ini." Vina berusaha untuk menguatkan hatinya. Vina pun menerima surat itu. Tanpa membaca surat itu, Vina langsung membubuhkan tanda tangannya di surat cerai itu.
"Ini Mas suratnya. Terima kasih atas waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang yang sudah mas Radit berikan ke Vina selama ini. Sekali lagi Vina mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Mas Radit dan juga Ibu. Vina pamit, Mas, Bu!" Vina pergi dari rumah itu, tanpa membawa barang-barang satu pun kecuali pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia merasa tidak berhak atas semua itu. Karena, saat dari awal dia memasuki pekarangan rumah itu, dia tidak membawa apa-apa selain membawa dirinya sendiri.
Dari sini aku tahu kalau kamu itu bukan laki-laki yang setia Mas. Ibu, kita lihat nanti. Akan aku buat Ibu menyesal karena sudah tidak memberikan aku kesempatan. Aku yakin ini hanya akal-akan Ibu untuk memisahkan aku dan Mas Radit. Ibu menang untuk saat ini. Tapi tidak untuk hari esok dan seterusnya. Lihat apa yang akan Vina lakukan pada Ibu dan Mas Radit. Aku percaya kalau aku itu bisa memiliki keturunan. Aku merasa ada yang janggal saat di rumah sakit tadi. Tapi, aku juga berterima kasih dengan Ibu. Karena berkat Ibu aku tahu Mas Radit itu laki-laki yang tidak setia. Dan yang jelas tidak pantas untukku. Batin Vina.
Bersambung
"Kok loe berubah gini sih, Ci? Loe bukan Suci yang gue kenal tahu nggak!" ujar Ricko tiba-tiba, seolah Suci lah yang telah berubah, bukan dirinya. Masih konsisten pada ekspresi wajah datar. "Bukan gue yang berubah di sini, Ric. Tapi loe! Loe yang berubah semenjak kita nikah, Ric!" kata Suci. Menunjuk wajah Ricko dengan jari telunjuknya. "Loe udah tahu kenapa gue bisa berubah, Ci. Jadi, nggak perlu gue jelasin lagi sama loe kenapa gue bisa berubah gini sama loe," ucap Ricko. "Kak Lona lagi. Semuanya hanya satu nama perempuan itu. Hebat dia bisa buat loe kayak gini," kata Suci. Tanpa disadari oleh Suci, air mata sudah menetes dari sudut matanya. Mungkin karena terlalu sering mengetahui bahwa Lona lah asal semua ini terjadi.
Gaza dan Clara terpaksa menikah karena suatu kejadian. Mereka menjalani rumah tangga dengan terpaksa, hingga keduanya menyadari jika mereka telah jatuh cinta sedari awal. Namun, masalah demi masalah muncul ketika mereka telah menyatakan cinta satu sama lain.
Harap bijak dalam membaca... Bisa mengantar dalam halusinasi untuk berhubungan badan!
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!