/0/3741/coverbig.jpg?v=4d9205f5893bb27450ff10bfb6635265)
Brianna, putri sulung keluarga Abraham, dipaksa menikah dengan putra rekan bisnis ayahnya. Namun, karena merasa belum siap dari segala sisi, Brianna memilih kabur sebelum acara pertunangannya dimulai. Untuk menghindari pengejaran, ia menyusup ke sebuah pesta topeng yang ramai dan berakhir dengan melewati malam bersama dengan seorang pria yang ia temui di sana. Siapakah pria itu? Lalu bagaimana kehidupan Brianna selanjutnya? Like, komen dan share ya :') Follow Instagram @ninanana.4
"Kau akan menikah dengan Gevan."
Seorang lelaki paruh baya berbicara dengan ekspresi meyakinkan. Sedangkan di hadapannya, seorang gadis dengan rambut coklat menatapnya tak percaya.
"Siapa, Gevan?" tanyanya bingung.
"Putra keluarga William."
"Hooh." Gadis itu mengangguk santai sambil mengambil sepotong roti di hadapannya. "Tentu saja aku menolak, Ayah," lanjutnya sambil menggigit roti tersebut.
"Aku tidak bertanya pendapatmu. Ini perintah." Lelaki yang dipanggil ayah itu sudah kehilangan sedikit kesabaran menghadapi putri sulungnya ini. Namun ia masih berusaha tersenyum demi memenangkan obrolan penting ini.
"Kenapa tidak? Pendapatku penting. Aku yang akan tidur dengannya setelah menikah."
"Brianna, mengertilah. Dia lelaki yang baik. Aku hanya ingin kau bahagia ke depannya."
"Aku sudah bahagia, Ayah. Lagi pula umurku baru 20 tahun. Terlalu muda untuk menikah. Selain itu aku juga punya pacar."
"Kau pikir aku tidak tau? Di kampus kau hanya bertengkar dan membuat masalah. Tidak ada lelaki yang mau mendekatimu. Apalagi menjadi pacarmu. Blaire selalu menceritakan itu padaku."
Briana memutar bola matanya dengan malas. Blaire, nama yang membuatnya muak setiap mendengar ayahnya mengucapkan nama itu. Sejak ibunya meninggal, Brianna selalu menyendiri dan menjauhi orang-orang. Bahkan saat ayahnya menikah kembali dan membawa Blaire yang lebih muda satu tahun darinya sebagai adik, ia tak pernah mempedulikannya. Namun beruntung hidupnya tidak seperti kisah tokoh utama novel yang sering ia baca. Disiksa ibu dan adik tiri, dicampakkan oleh ayah kandung dan dibuang kekasih tercinta. Ia sangat bersyukur untuk itu, dikelilingi orang-orang yang penuh cinta membuatnya merasa baik-baik saja. Setidaknya itu yang ia lihat dan pikirkan hingga beberapa bulan yang lalu.
"Saat keluarga kita dalam situasi terpuruk, Keluarga William selalu ada mengulurkan tangannya. Lalu beberapa waktu yang lalu, saat bisnis fashion yang dikelola atas namamu sedang diambang kehancuran, lagi-lagi Keluarga William membantu. Mereka sangat ingin mengenalmu lebih dekat, Sayang. Hingga timbullah perjanjian bahwa kami akan menikahkanmu dengan putra tunggal mereka, Gevan. Dia lelaki yang baik. Ini kesempatan bagus, Brianna. Memangnya kau bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Gevan?" tanya lelaki tersebut.
Brianna berdecak, hebat sekali ayahnya bisa mengetahui baik buruk seseorang. Namun sayang sekali, ayahnya seolah buta pada keburukan dua ular di rumah mereka. Beberapa minggu yang lalu, Brianna baru saja menyadarinya bahwa Blaire selalu 5 tingkat lebih istimewa dibanding dirinya. Lalu kedua wanita yang tinggal bersamanya itu sangat pandai menyimpan ekspresi.
"Kenapa bukan Blaire saja yang menikah dengannya? Dia lebih cantik, pintar dan berbakat daripada aku." Brianna bertanya. Ayahnya terlihat sedikit bingung mencari jawaban untuk menjawab pertanyaan sederhana Brianna. Walaupun Brianna sudah bisa menebak jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh ayahnya ini.
"Itu ... Mereka menginginkanmu. Lagi pula kau adalah putri sulung keluarga Abraham, dan kau yang pantas menduduki posisi sebagai Nyonya William selanjutnya, Brianna Abraham."
Brianna menatap tajam wajah ayahnya, sekilas ia melihat guratan senyum licik di sana. Namun ia tak ingin terlalu pusing memikirkan itu, yang paling penting adalah, bagaimana ia bisa keluar dari situasi ini dengan cerdik.
"Baiklah, putri sulung Tuan Abraham ini setuju." Brianna tersenyum kecil. Ia harus menyudahi obrolan ini terlebih dahulu baru berpikir bagaimana menghentikan rencana konyol tentang pernikahan ini. Ia masih ingin mengejar karirnya, bersenang-senang dan mengumpulkan uang untuk hidup jauh dari kota ini. Namun hal seperti itu harus ia lupakan jika ia benar-benar menikah nantinya.
"Kau memang putriku, Brianna." Abraham tertawa kecil.
"Apa itu berarti aku sebelumnya dicurigai sebagai anak pungut?" Brianna bertanya blak-blakan.
"Tentu saja kau putriku. Aku yang membuatmu bersama ibumu." jawab Abraham. Brianna tidak menjawab, setelah menghabiskan jus di gelasnya, ia memilih beranjak tanpa pamit dari restoran kecil tersebut.
"Kau adalah putri sulung Abraham." Ia mengikuti nada bicara Abraham sambil berdecak kesal. "Dasar bodoh, aku tidak akan menikah!"
***
"Nona Abraham! Dengar! Ini bukan pertama kalinya kau membuat kekacauan di perpustakaan. Aku sudah lelah mentolerir semua masalah yang kau buat!"
Seorang wanita berusia sekitar 50an tahun itu terlihat menegang. Amarahnya sudah tak terbendung lagi sejak beberapa menit yang lalu, gadis muda dengan kemeja dibiarkan terbuka dan rambut coklat yang dikuncir acak-acakan itu menghajar seorang gadis seangkatannya (bukan menampar, tapi menghajar sungguhan dengan kepalan tangannya. Wajah gadis yang menjadi korbannya terlihat syok dan sedikit mengenaskan).
"Kau mendengarku, kan?!" bentak wanita itu.
"Tentu saja, Mrs Weasley. Kau berteriak cukup kencang. Bahkan gadis yang sedang memakai lipstik di pojok sana saja bisa mendengarmu."
Semua mata di ruangan itu beralih mengikuti telunjuk gadis tersebut. Sesaat kemudian, Mrs Weasley tersadar dan kembali menaruh fokus pada gadis preman di hadapannya.
"Aku tidak akan memaafkanmu. Mulai sekarang, kau tak diizinkan mengunjungi perpustakaan selama 3 bulan. Kemudian, kau! Bawa gadis ini ke pusat kesehatan mahasiswa!" Mrs Weasley menatap lelaki di sebelahnya untuk membawa korban kekerasan gadis itu yang dari tampilan luarnya terlihat menyedihkan.
"Dasar ratu drama! Aku hanya menghajar wajahmu, bukan kakimu! Menjadi beban adalah kebiasaan dalam dirimu, ya?!"
"Brianna! Cukup! Aku tau kau rajin ke perpustakaan hanya untuk tidur, jadi pergilah. Aku memblokir kartu akses perpustakaanmu!" Mrs Weasley menunjuk lorong ke arah tangga menuju lantai dasar. Tempat pintu keluar berada.
Brianna berdecak kesal. Sebelum pergi, ia mendekati seorang lelaki yang terlihat sederhana dan sedikit norak. Kemeja yang dimasukkan rapi, sepatu seperti pegawai kantor rendahan, rambut yang disisir turun dan terlihat licin oleh minyak rambut, celana kain yang lusuh dan jangan lupa kacamatanya yang tebal. Evan. Lelaki yang merupakan kakak tingkat Brianna itu selalu menjadi bahan bully-an di lingkungan kampus tempat Brianna berkuliah itu. Hal itulah yang tadi menimpa lelaki mengenaskan ini, hal itu juga yang membuat Brianna menghajar gadis tadi.
Menurut pemikiran Brianna, wajar saja jika Evan menjadi target bully. Bagaimana tidak, dilihat dari penampilan dan sifatnya yang pemalu sekaligus tertutup itu saja sudah sangat berpotensi sebagai target bully. Ditambah lagi dengan kelembekan dan ketidakmampuannya untuk membela diri. Benar-benar sasaran yang empuk.
"Hei, kau! Aku mempertanyakan jenis kelaminmu. Kau adalah seorang laki-laki, belajarlah untuk membela diri, dasar bodoh! Kau mau terus-terusan menjadi target bully, hah? Orang sepertimu sangat menyebalkan! Bukan tidak bisa, kau hanya malas berubah menjadi kuat. Maka dengar ini baik-baik, jika kau tidak bisa melihat dengan benar, maka gunakan saja kedua tanganmu seperti tongkat kasti. Pukul ke segala arah dengan sangat keras! Biarkan tulang mereka patah. Satu hal lagi, namaku Brianna dan aku sangat benci pria menyedihkan sepertimu."
Brianna berlalu dari hadapan pria itu. Di belakangnya, Mrs Weasley memijit pelipisnya frustasi.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya pada Evan yang masih tercengang mendengar perkataan Brianna.
"Apa aku terlihat sangat menyedihkan, Mrs?" gumamnya lirih.
Mrs Weasley menganga sejenak. Ia sangat ingin berkata jujur bahwa anak itu terlihat sangat menyedihkan. Hari-harinya selalu tersiksa karena bullyan, entah itu dipukul kawanan pria, di siram jus oleh wanita centil, dianggap tidak ada, dan lainnya.
"Tidak, Evan. Tapi jika bisa kau belajarlah bela diri, Nak. Kau harus menjadi kuat untuk melindungi diri. Bersihkan dirimu dulu." Mrs Weasley kembali ke mejanya.
"Brianna? Menarik." Evan tersenyum mengingat bagaimana Brianna menghajar gadis yang menyiram kepalanya dengan jus karena menghalangi jalan. Namun sedetik kemudian, wajahnya terlihat kesal karena mengingat saat Brianna menyebutnya menyedihkan.
"Kurang ajar sekali dia menyebutku menyedihkan."
Indira, sangat bahagia karena akhirnya dia diterima bekerja di perusahaan terbesar di ibu kota. Walaupun dia hanya bekerja sebagai sekretaris pengganti, tapi dia bertekad akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Suatu hari, Indira, hendak mengantarkan berkas untuk ditandatangani oleh Edbert, CEO dari perusahaan tersebut. Tanpa dia duga, Indira malah melihat Edbert sedang bermesraan dengan Merry istrinya. Indira, kaget. Dia mendadak jadi gugup dan segera membalikan tubuh nya, Indira, pun hendak pergi. Namun, baru saja Indira, melangkahkan kakinya, Merry malah memanggil Indira. Indira, pun dengan cepat menghampiri Merry. "Duduklah, Indira." titah Merry, Indira pun menurut. Edbert nampak mengernyit heran saat mendengar ucapan Istrinya, "Kenapa malah menyuruh Indira, duduk?" "Honey, menikahlah dengan Indira." Duar!!!! Bagai tersambar petir di siang hari, Edbert, benar-benar tak menyangka dengan apa yang di ucapan istrinya. Akankah Edbert menikahi Indira? Apakah Indira mau menjadi istri kedua? Apa alasan Merry meminta suaminya untuk menikah lagi? Yuk akh, kepoin kisahnya..
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
CERITA DEWASA GARIS KERAS! Ketika seorang mafia yang keji menaruh dendam pada wanita yang pernah dia cintai karena sebuah penghianatan. Sebuah jerat licik dia persiapkan untuk menghancurkan keluarga kecil dari wanita yang dia cintai itu tanpa rasa iba. Akankah Amanda sanggup mengalahkan arogansi dan kekejihan seorang Dominic Rodrigues. Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda harus kembali datang menemui Dom untuk membayar hutang suaminya atau kalau tidak Dom akan kembali memotong jari suami Amanda satu-persatu. "Puaskan aku, aku tidak mau kau hanya berbaring dan tertelungkup seperti batu!" "Ini hanya se*x kita tidak bercinta!" tegas Amanda. "Terserah apa yang kau ucapkan!" Cerita ini akan mengandung banyak misteri, dendam, kebencian dan plot yang kupastikan tidak akan bisa ditebak oleh pembaca. Rasakan sensasi membaca cerita roman dewasa yang lebih menantang. Siapkan jantung yang sehat! (Aku hanya akan menulis cerita dengan karakter wanita-wanita yang tangguh, karena aku ingin semua wanita menjadi hebat!)
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?