/0/3945/coverbig.jpg?v=130dd3844c362084149454ed134cab7c)
Bermula tujuan Andrian melamar Afifa di Pulau Sempu ( Segara Anakan). Dia juga mengajak Ivar, Eben, dan Benesh untuk berkemah di Pulau Sempu (Segara Anakan). Takdir berkata lain di tempat tersebut, Afifa dipertemukan makhluk astral, Aqeel namanya. Afifa sendiri adalah seorang indigo. Afifa mampu melihat, mendengar, berkomunikasi, bahkan mampu menyentuh makhluk astral tersebut. Karena kepribadian Afifa yang berbeda dari manusia lain, dia membuat Aqeel jatuh cinta kepadanya. Aqeel membuat Afifa tidak mudah keluar dari negeri tersebut. Banyak peristiwa yang di alami Afifa selama di negeri gaib. Sementara Andrian yang sangat mencintai Afifa, dia setia menanti dengan harapan Afifa kembali. Setelah kejadian hilangnya Afifa dia tidak mau menikah dengan siapa pun. Akankah Afifa bisa kembali dari negeri tersebut? Bagaimana cara Afifa terbebas dari negeri gaib?
2 hari sebelum berangkat;
Afifa mempunyai tubuh lurus dan ideal. Dia tinggal di Jawa Tengah, di kota Solo. Dia seorang karyawan di sebuah perusahaan fashion, sebagai Leader jabatannya saat itu. Dia orang yang disiplin dan pendiam. Karena kepribadian Afifa selain cantik, tapi juga solehah dan sederhana, banyak pria yang mendekatinya, tapi dia memilih untuk berteman karena masih ingin sendiri. Mengingat kerja keras orang tuanya untuk membiayai dia kuliah dan masih memikirkan karir untuk masa depan. Pekerjaan orang tuanya, bapak Afifa bekerja sebagai petani dan ibunya, penjahit dan pedagang. Terkadang bapaknya mengantikan ibunya berdagang di pasar. Dia mempunyai adik bernama Alvian masih sekolah di Pondok Pesantren dan SMA sekaligus, kelas 2 waktu itu.
Di PT tempat Afifa bekerja, cuma 5 hari kerja, saat itu tanggal merah di hari Jum'at.
"Yay, sebentar lagi, 2 hari libur. Kenapa teman-teman sepi, biasanya mengajak berkemah?" Pikiran Afifa karena merasakan jenuh. Dia setiap hari berangkat pagi pulang sore bahkan malam kalau lembur, hari liburlah untuk mencari udara segar, dan untuk refreshing.
Malam kamis Afifa bermimpi. Saat itu mimpi yang sangat aneh. Dia bermimpi bertemu pria asing, tidak jelas wajahnya, di sebuah desa yang asing baginya, dan dia digigit ular.
"Astaghfirullah," ucap kaget Afifa saat bangun.
"Kenapa aku bermimpi digigit ular dan tempat apa itu, dari seluruh saat aku berkemah tidak ada tempat seperti itu?" gumam Afifa dalam hati.
Dia bangun pagi hari biasa jam 03.00. Dia melakukan aktifitas seperti biasa, beres-beres rumah, dan lainnya sebelum bekerja. Setelah selesai, dia pun berangkat kerja. Dia masih teringat dengan mimpi anehnya dan mengatakan tentang mimpinya kepada Benesh. Karena dia teman seperjuangan saat kuliah dan bekerja, juga teman masa kecilnya. Waktu SMP dan SMA mereka berdua beda sekolah, tapi tidak menjadikan mereka jauh, tetap saja masih saling berkomunikasi, dan bersama. mereka semakin seperti saudara saat menginjak di bangku kuliah. Benesh bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat, berbadan seperti berlian, menasehatinya bahwa mimpi adalah bunga tidur dan menyuruhnya jangan terlalu dipikirkan. Benesh terkenal ceroboh, kocak, bijaksana, dan berpikir logis.
Afifa masih memikirkan mimpi tersebut. Karena kata orang jaman dulu mimpi tersebut mempunyai arti dia bertemu dengan jodoh, dekat dengan jodohnya, atau bahkan menikah. Karena Afifa tinggal di sebuah desa yang masih banyak orang yang berpikiran kuno, meski dia sudah lulus kuliah, tapi dia masih sedikit percaya dengan pemikiran tersebut.
"Ah, mungkin benar kata Benesh. Aku tidak seharusnya memikirkan yang belum pasti," kata Afifa untuk menghibur diri sendiri.
Udara dingin di malam hari membuat Afifa, gadis berwajah oval, bermata sipit, berkulit putih, bertubuh tinggi itu tertidur. Suara getar handpone mengusik telinganya.
"Malam-malam siapa yang call?"
kesal Afifa yang hampir terlelap tidur.
"Oh, Andrian, pria berwajah bulat, bermata bulat, bentuk tubuh seperti buah pir. Kenapa malam begini kamu call?" tanya Afifa dengan suara lirih."
"Afifa, besok kami mengadakan kemah ke Pulau Sempu (Segara Anakan). Kamu ikut, kan?" jawab Andrian pria berkulit sawo matang dan bertubuh tinggi.
Mata Afifa terus melebar dan bergegas duduk.
"Daerah mana Pulau Sempu tersebut dan bersama siapa saja?" tanya Afifa.
"Bersama Ivar, dia pria betubuh sedang, berwajah persegi, bermata kecil, bibir lebar, Eben berwajah segitiga mempunyai mata cekung, bibir bulat, dan Benesh bermata belo berwajah diamond mempunyai bibir seperti busur cupid. Di Malang selatan, Jawa Timur," jawab Andrian.
Karena Benesh teman yang selalu berada disisi Afifa. Dia menjadi akrab dengan teman-teman Afifa.
"Oke Andrian, tepatnya jam berapa aku harus bersiap-siap?" tanyanya
"jam 7 pagi," jawab Andrian.
Afifa langsung meneliti wilayah tersebut lewat media sosial. Karena wilayah tersebut masih terdengar asing baginya. Dia pun juga semakin penasaran dengan tempat tersebut, karena sepertinya sangat menantang, dan bagus untuk berpetualang.
Mereka Andrian, Ivar, dan Eben adalah teman SMA. Keculi Benesh teman kuliah Afifa dan rumahnya tidak jauh dari rumah Afifa.
Afifa sering berkemah bersama Benesh dan teman kuliahan, selain untuk reoni juga menyambung silaturrahmi. Tidak terpikirkan oleh Afifa, kenapa Andrian mengajaknya, dan memilih tempat tersebut.
Sumilir angin dan mentari pagi yang menghangatkan tubuh. Afifa membawa barang berkemah dan pamit sama orang tuanya. Rasheed bapaknya, dia pria berwajah kotak dan bermata sipit, bibir tipis, bertubuh tinggi dan bentuk tubuh seperti mentimun dan Fahama ibunya, berkulit putih, berwajah oval, bermata bulat dan sedikit gemuk dengan bentuk badan seperti buah tomat. Mereka dengan berat hati mngizinkan putrinya. Baru pertama kali orang tua Afifa menasehati Afifa, agar tidak berkemah di Pulau Sempu tersebut. Karena belum jadi wisata, masih asing bagi mereka juga, dan rumor banyak orang hilang disana. Tapi Afifa yang keras kepala saat itu dan terus membujuk orang tuanya, mereka pun menyetujui keinginan Afifa.
"Kenapa Afifa yang tadinya penurut sekarang keras kepala, ya Pak?" tanya Fahama, ibunya Afifa kepada suaminya. Mungkin ibunya punya firasat yang tidak seperti biasa terhadap Afifa.
"Anak kita sudah dewasa, Bu? Biarkan saja, meski kita melarang, dia tetap akan pergi. Mungkin karena dia sudah terlanjur janji sama teman-temannya. Berdoa saja, tidak akan terjadi apa-apa terhadap putri kita, Bu?" jawab Bapak Afifa.
"Tapi, ibu memiliki perasaan tidak enak, seperti gelisah tetang putri kita yang akan berkemah disana, Pak?"
"Ah, mungkin cuma firasat ibu saja? Toh, anak kita juga sudah berangkat kan, Bu? Kamu melarang juga dia bersikeras. Sudah jangan memikirkan hal yang buruk tentang anak kita. Dia akan mampu melindungi dirinya sendiri, jika dalam bahaya."
Bapak Afifa menenangkan istrinya dan agar tidak berpikir lebih. Dan mendoakan Afifa agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Bapak Afifa seorang Indigo dan juga memiliki perasaan tidak enak tentang Afifa. Tapi karena rasa kasih sayang yang membuat bapak Afifa berpikir yang penting anaknya bahagia.
Setelah itu orang tua Afifa menyibukkan diri melakukan aktifitas keseharian seperti biasa. Bapak Afifa membawa cangkul untuk ke sawah dan ibu Afifa pergi ke pasar untuk berjualan. Ibu Afifa menanyakan tentang Pulau Sempu tersebut kepada teman yang sedang berjualan di kios sebelahnya.
"Bu Ani, kamu tahu tentang Pulau Sempu?"
"Dimana itu, Bu Fahama? Aku baru tahu namanya pun sekarang?"
"Oh, kirain tahu. Ya sudah, aku cuma penasaran tentang wilayah itu. Soalnya puteriku sedang berkemah disana."
"Ibu tenang saja, kita kurang paham pemikiran anak-anak. Pengetahuan anak sekarang berbeda dengan kita. Melihat kekhawatiran kamu, aku sebagai orang tua bisa merasakan, tapi biarlah anak-anak yang memilih jalan sendiri, yang penting untuk kebaikannya."
Mendengar perkataan teman berdagangnya, Ibu Afifa melanjutkan jualan. Meski orang tua Afifa hidup sederhana, tapi mereka tergolong keluarga harmonis.
Dengan bibir tipis berwarna merah seperti buah berry, Afifa tersenyum. Dia keluar dari rumahnya dan membawa barang-barang keperluannya. Disusul Andrian dengan menawarkan agar dia yang membawa barang-barang Afifa, Afifa menyetujui Andrian. Mereka beranjak naik mobil dan berangkatlah mereka.
Andrian yang menyetir mobil miliknya saat itu, sebelahnya Eben, dan belakang Afifa. Benesh dan Ivar berada paling belakang sendiri, dalam perjalanan mereka berempat bersukaria saling menanyakan kabar dan pengalamannya, karena sudah lama tidak bertemu, kecuali Afifa.
"Kamu kenapa, Afifa?" tanya Andrian yang melihat Afifa terdiam dari kaca spion tengah dalam mobil.
"Baru kali ini orang tua sedikit tidak ikhlas saat aku pamitan tadi, padahal aku sering berkemah tidak hari ini saja," jawab Afifa.
"Orang tua terkadang begitu, yang penting kita happy, ya tidak, teman-teman?" sahut Eben yang berbadan brick dan berkulit sawo matang, menengahi percakapan Andrian dan Afifa. Eben terkenal akan humor, sedikit berperasaan, dan agak kocak .
"Ya ya ya !" teriak ivar pria berbadan kurus seperti kacang panjang, berkulit putih dan benesh gadis bertubuh tinggi dan berkulit kuning langsat. Suara musik dikeraskan dan memberi suasana gembira, mereka bernyanyi dan tertawa, mengenang masa-masa saat mereka masih remaja.
"Teman-teman, nikmati saja kebersamaan kita, jarang-jarang kita berkumpul!" kata Benesh dengan nada semangat dengan tujuan agar Afifa beralih dari pikiran yang membuat dia diam dan terhiburlah Afifa.
Afifa bertanya, "Andrian, kenapa kamu tiba-tiba mengajak kami ke Pulau Sempu?"
"Kita sudah lama tidak berkumpul bersama, dan sekarang waktu yang baik. Karena masing-masing libur. Dan aku penasaran dengan Pulau tersebut, maka dari itu aku memiliki ide untuk kita pergi bersama," jawab Andrian dengan melirik Afifa lewat kaca spion tengahnya. Karena fokus menyetir Andrian tidak bisa berbicara panjang dan menutupi tujuan hati membawa Afifa kesana.
Musik titanic terdengar menjadikan semua terhanyut dalam suasana.
"Sudah pernah nonton kisahnya, aku sangat tersentuh hati saat menontonnya. Kisah penuh dengan tantangan, ketegangan, dan paling utama sangat romantis. Cinta sejati ada dalam film tersebut," kata Afifa yang sangat senang dengan musik dan nyanyian tersebut.
" Oh rose?" sahut Eben dengan humornya.
" Oh jack?" sahut Benesh pula.
Menjadikan semua tertawa. Andrian tertawa sambil melihat Afifa dari kaca spionnya, Afifa yang ikut tertawa menjadi terdiam, karena melihat Andrian yang memandangnya.
"Kenapa Andrian bersikap tidak seperti biasa hari ini. Dia seperti terus memperhatikan aku. Ah, kenapa q jadi percaya diri gini?" gumam Afifa dalam hati.
Di tengah perjalanan Afifa mengambil handponenya dan mengajak Benesh untuk selfie. Kebiasaan anak muda masa kini selfie untuk di post ke media sosial. Ivar yang duduk di belakang pun ikut-ikutan selfie.
"Aku juga ikut selfie dong?" pinta Eben .
Andrian menghentikan mobilnya, untuk ikut mereka berfoto-foto dan video kebetulan pemandangan saat di situ sangat eksotis. Dari pohon-pohon rindang, sungai yang mengalir, dan sawah. Lumayan untuk post ke media sosial dan membuat kenangan dalam perjalanan.
Setelah selesai mereka kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Mereka membuka handphone sendiri-sendiri, keculai Andrian. Karena dia sedang menyetir. Mereka memamerkan perjalanannya ke media sosial. Dari Instragram sampai di youtube kebetulan Eben youtuber. Yang lain selfie, dia video sendiri untuk mengupload ke youtube, dengan judul "Perjalanan Menuju Pulau Sempu."
Handphone Afifa bergetar dan berbunyi. Dia melihat notifikasi ada pesan di whatsapp dan membukanya.
"Siapa, Afifa?" tanya Benesh.
"Ini pesan dari ibuku, menanyakan sudah sampai mana, dan sering-sering mengabarinya," jawab Afifa.
"Perhatian benar ibu kamu, Fif. Kalau orang tua aku, kalau hilang kayaknya baru di cari, he he he," sahut Eben.
"Eh, kalau ngomong yang bener, Ben! Mana ada orang tua tidak memperhatikan kita, hanya diungkapkan sama tidak?" sergah Benesh yang sedikit menasehati Eben.
Afifa dengan senyum manis dan menengahinya agar tidak jadi perdebatan di antara mereka berdua. Dia pun membalas whatsapp ibunya dan menyetujui permintaan ibunya, agar sering-sering memberikan kabar.
Karena perhatian orang tuanya, Afifa kembali termenung akan teringat kata-kata orang tuanya. Afifa berpikir inikah arti mimpinya dan tempat tersebut adalah Pulau Sempu. Tapi logikanya menyadarkan semua hanya mimpi yang tidak mesti jadi kenyataan.
"Andrian, kita pulang sabtu sore, kan? Karena perjalanan yang lama ditakutkan senin tidak bisa masuk kerja, dan juga untuk beristirahat karena pasti cape saat berpetualang?" tanya Afifa dengan suara lembut.
"Santai saja Afifa. Kita meski jarang bersama. Kita sudah pernah berkemah bersama. Jadi jangan khawatir. Kita akan tepat waktu baik sampai di Pulau tersebut dan pulang, kalau pun meleset hanya sedikit," jawab Andrian.
"Afifa, Kita belum sampai, tapi kamu bicara tentang pulang?" tanya Ivar.
"Afifa hanya mengingatkan Andrian. Karena dia orang yang disiplin dan tidak bisa kalau tidak bekerja, alias pekerja keras dia?" sahut Benesh.
"Wah, cocok kalau nih, jadi bini aku," sahut Eben dengan melihat ekspresi Andrian.
"Afifa masih ingin sendiri dan mengejar karir. Lagi pula mana mau Afifa bersama kamu," sahut andrian dengan nada cemburu.
"Cie-cie ada yang dibakar api cemburu nih. Wah panas-panas, badan aku terasa panas," kata Benesh untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ada apa, Nesh?" tanya Ivar.
"Panas karena aku cemburu, ha ha ha!" sindir Benesh kepada Andrian.
Eben, Benesh, Ivar jadi tahu perasaan Andrian terhadap Afifa. Mereka sadar perlakuan Andrian dari tadi berbeda dengan Afifa.
Pipi berwarna merah muda nampak dari wajah Afifa. Dia tersenyum dan berkata, "Kita semua adalah sahabat. Andrian bersikap seperti itu karena dia adalah teman dan sahabat terbaik dari masih SMA."
Andrian tersenyum setengah, mengerutkan keningnya, dan mengatakan semua yang dibicarakan Afifa adalah benar.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.