/0/4315/coverbig.jpg?v=3c2388cbc4c07973f4d314bebc315f5d)
Sahabat, adalah seseorang yang sudah kita anggap layaknya saudara kita sendiri. Sahabat adalah tempat dimana kita sering mencurahkan segala kerisauan hati yang kita alami. Tempat kita bertukar pikiran, keluh kesah, ataupun saling menguatkan ketika salah satu diantara mereka sedang berada dalam titik terendahnya. Sahabat akan selalu ada. Begitu juga dengan Riana, yang mempunyai sahabat dekat bernama Sandra. Sandra sudah dia anggap sebagai saudaranya sendiri. Bahkan berkat bantuan Riana, Sandra juga bisa bekerja di perusahaan suami Riana, Andreas. Bahkan posisi yang Sandra tempati bukanlah posisi sembarangan. Sebagai sekretaris pribadi dan dengan gaji fantastis. Namun apa mau dikata, ketika mata hati sudah mulai mendengarkan bisikan-bisikan setan yang setiap hari selalu ia dengar. Arti sahabat tak akan mempunyai arti apa-apa lagi.
"Sampai kapan kita akan terus seperti ini, Mas?" tanya Sandra pada sesosok laki-laki yang tengah merengkuh tubuh moleknya, di atas ranjang kenikmatan di sebuah hotel bintang empat, di kota Malang.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa hatimu mulai meragu?" balas Andreas sembari mengelus rambut halus kekasihnya.
"Bukannya aku ragu, tapi kita sudah berjalan sejauh ini dan belum juga ada tanda-tanda kamu akan menikahi ku." sahut Sandra sedikit kesal. Memalingkan wajahnya ke sudut lain.
"Kamu sabar. Menceraikan Riana tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku juga harus memikirkan perasaan Firza kalau sampai dia terpukul melihat kenyataan orangtuanya tak lagi bersama, dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan sepahit itu." ungkap Andreas mencoba mengelak.
"Tapi Ibu terus mendesakku, Mas. Kamu tahu kan bagaimana sifat Ibu. Apalagi kalau sampai tahu ternyata kamu masih mempunyai istri, dia pasti akan sangat kecewa terhadapku." ucap Riana makin terlihat kesal.
"Aku tahu, San. Dengerin aku! Aku berjanji, aku akan menikahimu. Sudah tak percayakah kamu denganku, Sayang? Kamu hanya perlu bersabar, tunggu waktu yang tepat. Dan Ibu tak akan tahu apapun tentang ini semua, yang dia tahu aku adalah calon menantunya yang sangat sayang terhadap putrinya." ujar Andreas lalu mengecup pipi wanita simpanannya itu.
Sandra tak bergeming, kecupan Andreas mampu meluluhkan hatinya kembali. Sandra memang tak pernah bisa menghindar ketika Andreas sudah memeluk atau menciumnya ketika ia merajuk, hatinya akan kembali tertata dan percaya bahwa Andreas memang juga bersungguh-sungguh mencintainya.
Sandra Melia Novelita, adalah wanita lajang berusia 25 tahun. Wanita berparas cantik, berkulit putih bersih dengan tinggi semampai. Membuat para laki-laki manapun akan bertekuk lutut dihadapannya. Sandra bekerja di sebuah perusahaan bonafit di Ibukota, menjabat sebagai seorang sekretaris dimana sang CEOnya sendiri adalah Andreas. Sandra mulai bergabung di perusahaan milik Andreas sekitar tiga tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah menempati posisi sebagai sekretaris, mulailah permainan gila ini mereka jalani. Berawal dari bercanda, lalu intensnya pertemuan mereka di kantor maupun luar kota. Statusnya sebagai sekretaris pribadi membuatnya harus selalu berada di samping atasannya. Seringnya pergi bersama keluar kotapun membuat mereka semakin dekat. Perjalanan keluar kota yang mulanya tak lebih dari tiga haripun kini mereka sulap bisa sampai tujuh hari. Itu semua demi memuaskan nafsu dunia yang tak pernah ada puasnya.
Andreas Riuji Utomo, CEO PT. Grand Pasifix. Perusahaan yang bergerak di bidang export-import kayu jati. Seorang lelaki dengan status menikah, memiliki seorang Istri bernama Riana, dan seorang anak perempuan yang masih berusia empat tahun, Virza. Lelaki dengan mata sipit dan berkulit putih, wajahnya yang penuh wibawa dengan sedikit jambang di dagunya membuatnya semakin terlihat mempesona. Walaupun usianya sudah menginjak 35 tahun, tapi tak juga memudarkan paras tampannya. Yang bisa dibilang semakin tua semakin mempesona.
Kedua insan yang yang tengah dimabuk nafsu dunia, kembali merengkuh kenikmatan yang sempat tertunda. Ditemani derasnya hujan yang seharian ini membasahi kota Malang, membuat suasana semakin menggairahkan. Peluh yang membasahi tubuh mereka diiringi erangan-erangan kenikmatan, membuat keduanya larut dalam nikmatnya rayuan setan.
Sandra memang selalu berhasil memuaskan hasrat Andreas diatas ranjang. Permainan binalnya membuat Andreas ketagihan, selalu ingin mengulang dan mengulanginya lagi. Sandra selalu bisa membawa Andreas benar-benar dimabuk kepayang.
Andreas dan Sandra memang sudah terbiasa pergi keluar kota berdua karena pekerjaan. Statusnya sebagai sekretaris tentu ini hal yang wajar, jadi tak satupun permainan mereka berdua diketahui oleh orang lain. Di kantorpun peran Sandra sangatlah apik, bersikap baik dan sopan layaknya seorang bawahan terhadap atasan, jadi tak satupun karyawan perusahaan akan menduga hal gila yang tengah mereka jalani selama hampir tiga tahun belakangan ini.
Setelah menghabiskan sisa waktu yang ada, mereka berduapun mengakhiri kegilaan hari ini. Membersihkan diri lalu kembali ke tempat pulang mereka masing-masing.
***
Sementara di sudut Ibukota, terlihat seorang istri dan anaknya yang tengah berbahagia menanti kepulangan seorang kepala rumah tangganya. Bersiap menyambut kedatangan dengan berbagai menu masakan yang sudah siap terpajang di atas meja makan.
"Mbok, rendang daging sapinya udah matang belum? Kalau sudah bawa ke depan!" seru Riana pada Mbok Inah, salah satu pembantunya.
"Iya bu, sebentar lagi." sahutnya dari dalam dapur sana.
Riana dan Firza begitu antusias menyambut kedatangan Andreas. Sudah empat hari ini Andreas bertugas di luar kota. Alasan meeting dengan klien tak akan pernah disangsikan oleh sang istri, Riana Hana Salsabila.
Riana adalah seorang istri yang sangat sabar. Dia percaya Andreas juga tak akan pernah macam-macam walaupun mereka tak sedang bersama. Dia yakin Andreas bisa menjaga kepercayaannya. Memang tak ada yang berubah dari Andreas, semuanya masih sama seperti dulu. Hangat peluknya, teduh tatapannya, lembut tutur katanya, semuanya tak berubah. Itu yang membuat Riana selalu percaya akan suaminya.
Deru kendaraan tiba-tiba terdengar jelas di telinga Riana dan Firza.
"Yeyy, Papa pulang." sorak Firza kegirangan.
"Iya sayang. Yuk kita ke depan!" sahut Riana tak kalah girangnya.
Mereka segera melangkahkan kaki menuju pintu untuk menyambut sang pejuang nafkah keluarganya. Riana membuka pintu utama, terlihat Andreas sedang menutup pintu mobilnya, lalu dengan senyum merekah di bibirnya ia berjalan menuju anak dan istrinya.
"Hay sayang-sayangnya Papa." ucapnya sembari memeluk Riana, mengecup puncak kepala sang istri mesra, lalu dilanjutkan menggendong si buah hati yang akan genap berusia empat tahun dua minggu lagi. Di ciumnya pipi montok sang malaikat kecilnya dengan gemas. Riana mengambil tas jinjing ditangan Andreas, yang biasa dibawanya bekerja, sedangkan koper berisi pakaian akan di urus oleh Mbok Inah tanpa diperintah.
"Anak papa nakal nggak ya? Hayo." ucap Andreas pada putrinya.
"Gak dong, Pa. Firza nggak nakal, biar dibeliin oleh-oleh sama Papa." ungkap bocah kecil itu dengan polosnya.
"Anak pintar. Pasti dong Papa bawain oleh-oleh yang banyak buat Firza. Masuk dulu yuk, nanti kita buka oleh-olehnya di dalam aja." sahut Andreas lalu berjalan menuju ruang keluarga.
"Oh jadi cuma buat Virza? Mamanya gak di beliin nih? Hemmm." potong Riana beracting memasang wajah murungnya, berjalan di belakang Andreas.
"Ya ampun, sayang. Maafin ya Papa lupa beliin oleh-oleh buat Mama. Aduh!" sahut Andreas sejenak berhenti melangkah, menengok ke belakang ke arah Riana sembari menepuk jidatnya.
"Oh jadi gitu ya, Mamanya dilupain nih? Firza aja ya yang diinget-inget. Oke Pa, malam ini Papa jatahnya bobok diluar dong ya." ucapnya sembari sedikit tersenyum, lalu melewati keduanya dan berjalan di depan.
"Aduh tega bener si Mama. Dingin sayang kalau bobol diluar." rengek Andreas manja. Andreaspun menyusul sang istri menuju ruang keluarga.
Riana terlihat meletakkan tas kerja Andreas ke atas meja, lalu duduk masih dengan muka kesalnya.
"Sayang, lihat tuh muka Mama kalau marah gitu tambah cantik kan?" ucap Andreas pada Firza, untuk meledek Riana. Kemudian duduk disebelah Riana.
Riana hanya melemparkan senyuman dan masih terus mendekap sang Papa.
"Salah siapa lupa nggak beliin istrinya oleh-oleh." sahut Riana ketus.
"Hehehe, jangan marah dong sayang. Iya dibeliin dong, Ma. Masak sama istri tercintanya lupa." sahut Andreas sembari mengedipkan sebelah matanya.
Mata Riana membelalak, senyum yang terukir di bibirnya mulai merekah.
"Masak? Mana kalau dibeliin?" todongnya pada sang suami.
"Mama tutup mata dulu dong. Ini spesial hadiahnya buat istri tercinta, hehehe." ujar Andreas.
"Baiklah, Mama tutup mata nih. Awas aja kalau hadiahnya biasa aja." Riana mulai memejamkan matanya.
Andreas menurunkan Firza duduk di sebelahnya. Kemudian mengambil sesuatu di saku celananya. Andreas mendekat ke Riana, lalu di pakaikannya sesuatu ke leher Riana.
"Sudah sayang, buka matanya coba!" titah Andreas pada istrinya.
Riana mulai membuka pelan matanya. Menekuk kepalanya ke bawah, lalu jemarinya meraih sesuatu di lehernya.
"Ya ampun sayang, kamu ini sweet banget sih. Ini pasti mahal banget. Ini kan berlian keluaran terbaru." ucap Riana terharu sekaligus bahagia.
"Buat istri tercinta apa sih yang nggak." timpa Andreas lalu merengkuh tubuh langsing istrinya.
"Kamu suka sayang?" lanjut Andreas.
"Suka banget. Makasih ya sayangku." sahut Riana semakin mengeratkan pelukannya ke sang suami.
Andreas membelikan kalung berlian untuk Riana. Inilah yang Riana selalu percaya pada suami yang ia nikahi lima tahun yang lalu. Lelaki yang selalu sama dimata Riana, tak pernah berubah sedikitpun sikap suaminya terhadap dirinya.
"Papa, Mama! Firza juga mau dipeluk dong." ucap Firza, yang berhasil membuat kedua orangtuanya ini tersadar.
"Ya ampun Papa sampai lupa ada anak Papa yang cantik ini disini." sahut Andreas lalau meraih Firza ke tengah-tengah mereka.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
*Warning Mature Conten* Banyak adengan 21+. Mohon bijak dalam memilih bacaan. Dalam kondisi mabuk dan kecewa berat kepada sang kekasih yang berselingkuh, Floretta Shopia Copper mengambil memutuskan memberikan kehormatannya kepada Jeff Nickolas Edmund, bodyguard nya sendiri. “Nona yakin ingin melakukan yang pertama kalinya denganku?” Nick memastikan sekali lagilagi sambil mata tajamnya menatap serius. Shopia mengangguk, “ya, saat ini aku sangat menginginkanmu. Aku tidak akan menyesal memberikan keperawananku kepadamu.” “Kalau itu yang Nona mau, aku akan melakukannya. Untuk terakhir kalinya aku meminta Nona untuk berpikir sekali lagi. Sebab, aku tidak akan mundur atau berhenti nantinya." “Lakukanlah, berikan aku pengalaman pertama yang menakjubkan.” Entah memang benar keinginan dari hati atau hanya pelampiasan semata, Shopia menyerahkan diri seutuhnya kepasa sang bodyguard tanpa tahu niat tersembunyi pria itu terhadapnya dan terhadap orang tuanya.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."