/0/4350/coverbig.jpg?v=a7d0dac5db019d62f2a77571b30d2ea1)
"Bitches seperti apa dia sampai memasang tarif semahal itu? Bahkan untuk kategori perawan yang berkelas pun tidak semahal itu." Suara Austin Ryder, pria berusia empat puluh tahun yang sedang duduk menunggu wanita pesanannya. "Apakah anda tahu Tuan Ray. Bahkan arca dari sebuah dinasti begitu sangat berharga dan lebih mahal dari setumpuk emas berlian." "Ouh, jadi kau menganggap dirimu seperti arca? Cuihh, angkuh sekali kau!" Ray semakin memanas. "Ya Tuan Ray. Kami seperti arca yang telah di ambil dari atau bahkan dirampas dari orang tua kami dan dunia damai kami. Bisa dibilang lebih berharga dari arca. Sebab arca bisa saja rusak apabila dihancurkan. Tetapi kami .. Kami akan utuh Tuan. Ingat ... Satu sentuhan, satu miliyar."
"Bitches seperti apa dia? Sampai-sampai memasang harga satu miliyar kepadaku? Seistimewa apa dia sampai harganya melebihi tarif untuk seorang jalang seperti dia? Cuih, apa begitu menggairahkan-kah permainan ranjangnya sampai-sampai dia berani memasang harga mahal begitu. Dasar jalang tidak tahu malu."
Suara pria yang bernama Austin Ryder, yang kini sedang berada di dalam sebuah ruangan menunggu pesanan wanitanya datang. Seperti biasanya, malam ini dia ingin bersenang-senang. Namun karena tempat yang bisa ia berlangganan sedang off, maka dia memesan di tempat yang baru.
Ada yang berbeda di tempat baru ini. Untuk pertama kalinya lelaki yang kerap dipanggil tuan Ray itu, merasa ditampar keras oleh seorang Bitches. Dan yang lebih lucunya lagi, wanita itu seorang Bitches yang sudah bekerja selama dua tahun.
"Apa dia sudah tidak waras? Apa yang dibanggakan darinya memalukan! Kurang ajar sekali dia kepadaku. Dia tidak tahu jika aku sudah kenyang dengan wanita-wanita rendahan sepertinya." Lagi-lagi Ryder menggemakan kalimat kesalnya. Pria yang selalu bersabar dan setia di sisinya bernama Milo, menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Ray.
"Dia sangat terkenal, Tuan. Jika anda tidak percaya, anda bisa mempertanyakannya pada madam Coly. Karena rumor yang beredar, wanita ini adalah incaran para pelanggan. Dia hanya memasang harga satu miliyar untuk setiap sentuhan."
Darah Ray semakin mendidih mendengar penjelasan yang diterima dari Milo. Entah sejak kapan dunia haram itu memasang harga fantastis untuk wanita yang sudah seperti barang rongsokan begitu.
"Shit!" Ray mengepalkan tinjunya ke pegangan kursi kerjanya. Matanya menatap nyalang jauh penuh kebencian.
"Hubungkan aku!" hentaknya dengan suara yang masih dingin.
Milo segera menghubungi madam Coly, pelanggan awalnya. Wanita itu memang sedang tidak menerima pelayanan sebab ia sedang sakit. Keberadaan Bitches satu miliyar itu sudah viral sejak satu tahun terakhir ini. namun karena komunikasi yang jarang dengan Ray, madam Coly belum sempat mengabarinya.
"Ya Tuan Ray. Maafkan aku telah mengecewakanmu," kata wanita yang sedang terbaring sakit itu.
"Apa-apaan ini, Coly. Apakah dunia prostitusi sudah mulai angkuh? Wanita macam apa yang menjual pelayanan dengan harga satu miliyar? Apakah dia tidak tahu malu siapa dirinya?"
"Tuan Ray yang terhormat. Berita itu memang benar adanya. Sudah satu tahun terakhir. Karena itu madam Jane mengeluh kepadaku karena wanita itu. Usahanya langsung sepi akhir-akhir ini karena wanita itu. berkali-kali dia memberinya pelajaran, namun tetap saja dia tidak boleh membunuh sembarang orang meskipun ia seorang pelacur. Jika Tuan tidak berkeberatan, tuan bisa bertemu dengan wanita itu dan tanyakan, kenapa harganya begitu fantastis."
Penjelasan madam Coly berhasil membungkam mulut Ryder. Lelaki dengan wajah dingin dan menakutkan itu seakan mendapat satu tantangan baru dalam hoby-nya tersebut. Belum pernah ia mendapatkan tantangan seperti ini selama memesan seorang wanita malam. Dan ini bukan pula yang pertama kali bagi Ray memesan wanita.
Ray terkenal dengan julukan malaikat birahi. Siapa yang tidak mengenal pria itu. yang rela mengeluarkan lembaran dollarnya hanya demi kepuasan biologis. Tentunya dengan harga yang standar dan sesuai kriteria pesanan.
"Sambungkan aku dengan Jane," titahnya lagi kepada Milo.
Kepala Ray sudah berdenyut minta ampun gelombang amarahnya sudah mengalir naik ke ubun-ubunnya. Segala kosa kata pun sudah dipersiapkan untuk memaki dan menghina.
"Ya Tuan Ray. Senang menerima pesananmu. Saya sedang mempersiapkan wanitanya. Sebentar lagi akan sampai ke tempatmu. Ini sesuai standarmu. Dan aku jamin, dia akan memuaskanmu tanpa membuatmu kerepotan untuk urusan pembayaran."
"Berapa aku harus membayarnya?"
"Sesuai yang sering kau berikan kepada pelanggan biasamu."
"Apakah dia Bitches satu miliyar itu?"
"Ouh bukan, Tuan. Dia wanita biasa. Dan aku rasa itu akan lebih baik bagimu, Tuan. Karena wanita yang satu itu sedang terbaring sakit. Aku sudah memberinya hukuman beberapa hari yang lalu karena membuat pelangganku kecewa."
"Aku menginginkannya, Jane. Bawakan dia padaku."
"Tapi Tuan ...."
"Aku bilang, aku menginginkannya. Dan bawa dia kepadaku malam ini juga. Kau tahu, aku benci mengulang kalimatku."
Jane seperti kehabisan stok alasan. Ia pun tidak mau ambil resiko dari Ryder. Pria berjiwa dingin dan menakutkan itu. hampir setiap wanita yang bertingkah kepadanya berakhir dengan kematian. Lelaki itu tidak segan-segan membagi pelurunya kepada siapa saja yang membuatnya tidak nyaman.
"Hei kau! Cepat bersiap-siap dan temui tuanmu. Kenakan gaun yang sudah kusiapkan ini." Jane membuang begitu saja gaun berwarna merah berani itu ke atas tubuh yang sedang meringkuk menggigil karena kesakitan.
Kulit penuh lebam akibat pukulan dan cambukan itu harus ia tutupi. Beruntung gaun merah berani itu begitu tertutup meski di bagian depannya sedikit membelah.
Quella mengangkat tubuh sakitnya. Sangat sakit sampai sekarang. Perih di beberapa daerah tubuhnya masih terlihat basah. Warna merah itu masih melukis cantik di tubuh putihnya.
Milo datang menjemputnya. Quella hanya berdandan sederhana saja tanpa banyak polesan tebal seperti yang biasa ia lakukan. Gadis itu pun selalu menunduk tak berani menatap jalan. Namun dalam hatinya ia selalu menyemangati diri untuk tetap tegar hingga tujuannya tercapai.
Malam ini, rasa penasaran yang teramat dalam sudah merajai pikiran dan hati Ray. Entah seperti apa sosok pelacur yang sudah memasang harga fantastis seperti ini. bahkan pelacur selevel artis pun tidak akan semahal itu. satu miliyar untuk setiap sentuhan? Agh, dia benar-benar sudah tidak waras, pikir Ray menutup wajah tak percayanya.
Suara deruan sepatu Milo dan gadis itu beradu pada lantai lorong yang menuju kemar presiden suite milik Ray. Entah kenapa jantung Ray ikut berdegup tatkala telinganya menangkap suara deruan langkah mereka. bukan kepada Milo tetapi lebih kepada sosok wanita yang sudah bertingkah kurang ajar dalam level dunia Ryder.
"Ini orangnya, Tuan." Suara Milo membungkuk hormat. Pria itu seperti sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh tuannya. Ia melangkah ke sebuah sudut meja kemudian membuka tutup botol minuman mewahnya yang harganya saja berkisar ratusan juta USD.
Tubuh wanita itu menggigil lagi. Ia masih dengan tundukan kepalanya. Rambut panjang sebahu itu ia biarkan menggerai hingga menutupi wajahnya.
Quella memainkan kuku jari-jarinya. Kegiatan itu ia lakukan untuk menetralisir dan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi seperti yang sering ia temukan saat menemui para tamunya.
Telunjuk Ray menjulur ke dagu jenjang gadis itu. Namun belum saja ia menyentuh kulit lembut Quella, suara gadis itu terdengar lagi.
"Ingat Tuan, satu sentuhan, anda harus mengeluarkan satu miliyar." Tangan Ray langsung berhenti seakan sudah di-off-kan oleh remote control.
Tidak hanya tangannya yang terhenti, bahkan hatinya tercekat luar biasa mendengar penggalan kalimat yang terdengar sebuh peringatan keras dari gadis lusuh di depannya itu. Alis Ray mengangkat tegas. Sungguh ia tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya ini.
Apa jadinya jika ayah dan kakakmu menodaimu di waktu yang bersamaan? Apa yang akan kau lakukan? Dara,gadis berusia 18th itu harus kehilangan mahkotanya di tangan kakaknya, Ardi. Dan ayahnya Herman. Akibat perbuatan mereka Dara kehilangan ibunya dan juga masa depannya. Bagaimana Dara membalas sakit hatinya? Kepoin yuk
“Siapa anda?” (Raina) “Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Yang harus kamu tahu bahwa pamanmu memiliki hutan satu millyar dan dia sudah menjadikanmu penebus hutangnya itu. Jadi mulai saat ini kamu akan menjadi selimut malam saya.” (Alex) Raina Paradisa, gadis berusia 17 tahun harus mengubur cita-citanya menjadi seorang sarjana. Dan kini mass depannya hancur di tangan Alex Modero. Pengusaha sukses berusia 35tahun yang tidak percaya pada ikatan pernikahan, angkuh, dan playboy NOTE: (Ini adalah salinan dari SELIMUT MALAM TUAN MUDA. Krn ada kesalahan sistem,buku ini author pindah ke akun lain. dengan judul sedikit dirubah, tapi isi cerita tetap sama kok. Agar author bisa update bab. AKUN LAMA DITUTUP Happy read ya🙏)
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Semua ada hikmahnya. Belajarlah dari cerita ini agar terhindar dari berselingkuh atau diselingkuhi pasangan
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."