Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / MENUNGGU MANTAN MENJANDA
MENUNGGU MANTAN MENJANDA

MENUNGGU MANTAN MENJANDA

5.0
75 Bab
1.5K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Tujuh tahun menjalani hidup berumah tangga dengan Reynaldi Yahya tidak membuat Diana Angelina bahagia. Kekecewaannya semakin dalam saat mengetahui Reynaldi ternyata memiliki istri lain. Hidup Diana yang sempat suram setelah ditinggal Reynaldi, perlahan kembali bergairah ketika Denny Permana—sang mantan pacar hadir membawa cinta yang masih membara untuknya. Namun, perbedaan status membuat keduanya tidak mendapatkan restu dari orang tua Denny. Tak ingin menikah tanpa restu, Diana pun menjalin hubungan palsu dengan Ivan Sanjaya—duda tampan keturunan Timur Tengah—demi menghindari Denny. Tak disangka hubungan mereka malah semakin romantis. Masalah datang ketika William Yahya—mantan adik ipar—justru hadir dan ikut mendambakan cinta Diana. Lalu, kepada siapa hati janda cantik dan seksi itu akan berlabuh? Bagaimana dengan Denny yang masih terus mengharapkan wanita cinta pertamanya itu?

Bab 1 Rumah Tangga Membosankan

PROLOG

“Apa?! Janda beranak empat? Apa kamu tiba-tiba sudah tidak laku, Denny! Kemana perginya wanita-wanita muda yang sering kamu bawa ke rumah ini? Kok tiba-tiba malah mau menikahi wanita yang sudah janda dan punya banyak anak?” Yanny langsung berdiri dari duduknya, menatap tidak percaya kepada putra kesayangannya yang berada di hadapannya.

“Tenang dulu, Ma? Diana bukan seperti yang Mama bayangkan, meskipun sudah punya anak empat, dia masih muda dan sangat cantik. Dia dulu teman kuliahku ketika di Samarinda.” Denny berusaha menenangkan ibunya yang langsung panik begitu pria tampan berusia tiga puluh tahun itu meminta izin menikahi mantan kekasihnya tujuh tahun yang lalu.

Diana Angelina, wanita cinta pertama Denny kala berusia dua puluh tahun. Kembali bertemu tanpa sengaja di sebuah mall, membuat Denny merasakan lagi cinta yang berusaha ia lupakan selama tujuh tahun ini. Meskipun dulu Diana meninggalkannya begitu saja karena tertarik dan menikah dengan pria yang lebih mapan, tidak membuat Denny membenci wanita yang cantik jelita itu. Ia masih berharap suatu hari nanti, Diana akan kembali kepadanya.

Harapan Denny terkabul, sang belahan jiwa tiba-tiba menjanda. Cinta lama mereka bersemi kembali. Pria yang kini sudah semakin mapan itu bertekad tidak akan melepaskan sang kekasih untuk kedua kalinya. Ia akan menikahi janda cantik itu meskipun ia harus menjadi ayah sambung bagi keempat putra putri Diana yang masih kecil-kecil.

***

Butuh Waktu dan Perhatian

Jika kau bilang cinta saja sudah cukup

Itu salah

Jika kau pikir sayang juga sudah cukup

Kau keliru

Coba sempatkan ‘tuk lihat isi hatiku

Apakah diriku bahagia selama ini?

Bisakah kau sedikit peka?

Ku butuh waktu dan perhatian

Suara nyanyian dari pemenang Indonesian Idol itu sudah yang ke sekian kalinya didengarkan Diana. Nada dan liriknya serasa cocok sekali dengan perasaannya selama ini. Menikah selama tujuh tahun tidak membuatnya merasa bahagia menjalani kehidupan berumah tangga dengan sang suami. Pacaran selama tiga bulan, lalu menikah, kemudian menjalani hari-hari yang membosankan.

Padahal dulu, wanita berusia tiga puluh tahun itu sangat berharap perkawinannya akan berjalan sesuai dengan keinginannya karena bisa menikah dengan laki-laki idamannya. Reynaldi yang ganteng, berbadan atletis dengan sikap yang cool, membuat Diana benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah lelah dibucinin oleh beberapa orang pacar sebelumnya, ia jadi muak dan ingin mencari pasangan yang membuatnya menjadi budak cinta. Sosok itu adalah Rey yang mahal tersenyum dan dingin terhadap para wanita. Diana masih teringat ketika Rey melamarnya tujuh tahun yang lalu.

“Diana, aku ingin kita menikah saja, kamu siap?” Ucapan Rey membuat Diana merasa melambung tinggi ke udara. Tanpa ada ucapan ‘aku mencintamu’ dari Rey sebelumnya, tiba-tiba pria pujaannya itu mengajak menikah.

“Oh, My God, mimpi apa aku semalam, bisa dilamar oleh laki-laki impianku ini.” Diana bicara dalam hati dengan rasa bahagia tak terkira.

“Aku siap jadi istrimu, Mas Rey,” jawab Diana dengan wajah merona bahagia. Kencan selama tiga bulan, meski hanya sekedar makan malam, nonton, dan jalan-jalan, sudah cukup bagi Diana untuk memutuskan menjadi istri Reynaldi Yahya--seorang pengusaha tambang batubara yang berusia dua puluh delapan tahun. Diana merasa mereka akan menjadi pasangan yang ideal nantinya. Ia memang butuh seorang pendamping yang lebih tua dari dirinya yang baru berusia dua puluh tiga tahun.

Mungkin hanya dua tahun pertama saja Diana merasakan kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga dengan Rey. Namun, sejak anak keduanya lahir, ia merasa sudah mulai bosan. Sifat tak acuhnya Rey yang awalnya ia sukai, ternyata malah akhirnya membuat Diana merasa tak bahagia. Rey benar-benar tak peduli padanya dan asyik dengan dunianya sendiri. Malah untuk nafkah batin mereka saja, harus Diana yang memulai duluan, meraba semua bagian sensitif dari sang suami.

***

“Mas, ntar siang kita ajak anak-anak jalan-jalan ke mall, yuk. Aku juga pengen jalan-jalan sama kamu, Mas. Sejak Jane lahir, kita belum pernah lagi keluar bersama.” Diana mengajak suaminya yang sedang sarapan bersamanya di pagi hari Minggu itu.

“Aku gak bisa, ada janji pergi mancing sama Ivan,” jawab Rey sembari mengelap mulutnya dengan tisu. Ia sudah mengakhiri sarapannya, padahal makanannya masih tersisa sepertiga lagi di piring.

Lelaki yang kini berusia tiga puluh lima tahun itu dengan cuek mengambil rokoknya dan berlalu ke teras depan rumah mewah mereka.

Diana menatap kepergian sang suami dengan hati yang sakit. Entah apa salahnya, sehingga Rey memperlakukannya seperti itu. Padahal tidak ada yang kurang dari dirinya. Meski sudah melahirkan sebanyak empat kali, Diana selalu sukses mengembalikan berat tubuhnya ke berat normalnya. Senam rutin dan yoga yang selalu dijalaninya setiap hari, membuat wanita berusia tiga puluh tahun itu tetap cantik dan langsing.

“Awas kamu, Mas. Aku akan bikin kamu menyesal suatu hari nanti,” desis Diana dengan mata yang menyala. Kedua tangannya pun terkepal kencang di atas meja makan.

***

“Diana!” Seseorang memanggil wanita yang sedang asyik memilih-milih sepatu yang ada di hadapannya.

“Denny? Ya, ampun ... kemana aja selama ini? Sudah lama sekali ya, kita gak ketemu!” Diana berseru kaget begitu dilihatnya seorang pria tampan tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Mantan pacar Diana tujuh tahun yang lalu sebelum menikah dengan Reynaldi.

“Aku pulang ke Balikpapan begitu lulus kuliah dulu, tapi setahun terakhir ini aku tinggal di Samarinda lagi karena kerjaan,” jawab Denny sembari menyodorkan tangannya mengajak Diana bersalaman. Mata bermanik hitam itu menatap tajam wajah wanita yang sangat ia cintai dulu.

“Kamu sama siapa, Den? Kok sendirian?” Diana bertanya begitu dilihatnya tidak ada orang lain bersama Denny.

“Aku memang masih sendiri, belum punya pendamping sejak seseorang tiba-tiba memutuskan hubungan kami karena tertarik dengan pria lain.” Denny menjawab sedikit ketus.

“Hm … maaf ya, Den, kalau yang kamu maksud itu aku.” Diana menatap dengan rasa bersalah laki-laki yang tampak semakin tampan dan mapan. Sangat jauh berbeda kala masih menjadi pacarnya dulu.

“Mama …!” Terdengar teriakan dua anak kecil yang berlari datang menghampiri Diana dan Denny yang masih berdiri saling bertatapan.

“Eh, Tian, Kevin, kalian kok berdua? Mbak Sinta dan Mbak Ella mana?” tanya Diana kepada kedua anaknya yang berusia enam tahun dan lima tahun.

“Tuh!” Si sulung Tian menunjuk dua orang babysitter yang berjalan dengan kepala mencari-cari. Sinta mendorong trolly Kellan--anak ketiga Diana yang berusia satu setengah tahun. Balita laki-laki itu duduk di trolly-nya. Sedangkan Ella mendorong troly Jane—si bungsu yang baru berusia enam bulan. Bayi cantik itu tampak tidur pulas dalam trolly-nya.

Diana melambaikan tangan begitu melihat kedua babysitter itu datang mendekat ke arah mereka.

“Maaf, Bu. Tadi Tian dan Kevin tiba-tiba saja lari, untung kami gak kehilangan jejak.” Sinta langsung minta maaf begitu tiba di hadapan Diana.

“Gak apa-apa, mungkin karena mereka lihat saya.” Diana tersenyum memaklumi pengasuh anak-anaknya itu. Tadi ia memang meninggalkan mereka sebentar di arena bermain anak-anak yang tidak terlalu jauh dari tempat ia memilih-milih sepatu.

“Ini anak kamu semua, Diana?” tanya Denny dengan wajah tak percaya. Matanya menatap heran wanita cantik dan langsing yang bediri di hadapannya itu. Wajah yang tidak banyak berubah dari ketika masih menjadi kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Malah tampak lebih cantik dan seksi saat ini.

“Iya, Den.” Diana menjawab sedikit tersipu malu karena kepergok Denny ternyata ia terlalu subur.

“Hm ... produktif sekali, ya?” gumam Denny. Diana mendengarnya, membuat ia semakin malu.

“Mama? Tian lapar,” rengek gadis ciliknya.

“Kevin mau makan pizza, Ma!” teriak Kevin tak mau kalah dari sang kakak.

“Iya, ya, Sayang. Ayuk, kita makan pizza.” Diana menenangkan kedua anaknya sembari menggandeng tangan mereka.

“Den, aku pamit dulu ya, mau ajak anak-anak makan siang dulu,” ucap Diana kepada pria yang masih berdiri bengong.

“Oh, hm … Diana, boleh aku yang traktir kalian makan pizza?” tanya Denny penuh harap, meski masih ada kekesalan di hatinya terhadap Diana, tapi rasa ingin tahu tentang kehidupan mantan pacarnya itu cukup besar.

“Rame begini, Den?” Diana tertawa kecil.

“Gak apa-apa, gak bakalan bikin aku bangkrut, kok,” jawab Denny ikut tertawa.

“Ya, udah, ayuk.” Diana langsung berjalan bersama kedua anaknya. Diikuti oleh kedua babysitter yang mendorong trolly bayi.

“Suamimu kok gak ikut nemenin, Diana?” tanya Denny yang duduk di hadapan sang mantan begitu mereka tiba di restoran pizza.

“Lagi mancing dia,” jawab Diana santai. Ia sibuk menyuapi Kellan yang duduk di kursi khusus anak-anak.

Tian dan Kevin yang sudah bisa makan sendiri duduk bersama kedua babysitter di meja sebelah mereka. Sang adik bayi masih tertidur pulas di trolly-nya.

“Kamu bahagia menikah dengan laki-laki itu, Diana?” tanya Denny pelan. Matanya tiada lepas menatap wanita yang namanya masih awet di hatinya, meski sudah tak terhitung entah berapa orang wanita cantik yang sudah dipacari dan dikencaninya selama tujuh tahun terakhir ini. Wanita-wanita itu hanya sekedar mampir mengisi kekosongan hatinya setelah ditinggal kawin oleh Diana, cinta pertamanya.

Diana menatap Denny sejenak, ia tak menjawab, malah kemudian kembali asyik menyuapi anaknya. Sesekali potongan pizza itu juga masuk ke mulutnya. Tidak luput dari perhatian Denny yang lebih tertarik memperhatikan Diana daripada menghabiskan potongan pizza di piringnya.

“Aku langsung pulang dulu ya, Den. Anak-anak udah pada ngantuk, nih.” Diana langsung pamit begitu makanan mereka sudah habis semua.

“Aku antar, ya?” Denny masih berat melepas Diana pergi. Ia masih menyimpan rindu yang mendalam untuk wanita cantik di hadapannya itu.

“Gak usah deh, tadi aku bawa mobil sendiri. Makasih ya, Den, atas makan siangnya.” Kali ini Diana yang duluan mengajak bersalaman.

“Sebentar, tolong tulis nomor Hp-mu dulu.” Denny malah menyodorkan ponselnya ke tangan Diana.

Diana menatap ragu benda pipih yang berpindah ke tangannya. Namun, nomor ponselnya tetap diketik, lalu diserahkan kembali ke pemiliknya.

Kemudian terdengar suara nyanyian sang juara Indonesian Idol yang lagunya sangat disukai Diana. Itu suara dering ponsel Diana dari dalam tas selempang miliknya.

“Itu nomorku.” Denny mematikan ponselnya, lalu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Hati-hati di jalan,” ujarnya lagi sambil menggengam erat tangan halusnya Diana. Senyum di wajah tampannya tampak sangat mempesona.

Diana menganggukkan kepalanya dengan rasa haru, melihat perhatian kecil dari mantan pacar yang begitu menggilainya dulu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY