/0/5179/coverbig.jpg?v=803ff7630a3178e373abbf36f88a11d6)
"Aku peringatkan sekali lagi, Camorra-! Kau pilih mengembalikan barangku, atau nyawamu sebagai gantinya?" "Aku tidak tahu maksudmu-!" Dagu Alexandra Camorra dipaksa melihat wajah sang mafia muda Gabriel Nostra. Jari kekar pria itu terasa keras mulai meremukkan tulang. Bengsek-! Sekuat tenaga ia menggelengkan kepala berusaha menepis, tapi cekalan tangan pria itu terlalu kuat. Begitupun cengkraman di lengan, sama sekali tak membuat dirinya bisa lepas darinya. "Sayang sekali jika wajah cantikmu ini harus tersayat oleh kebohongan. Apa kau tahu sedang bermain api dengan seorang Gabriel Nostra?" tekan pria itu sekali lagi. Alexandra mulai tampak ketakutan. "Biarkan aku pergi, Tuan! Aa-aku harus kuliah lagi!" Kini Gabriel senang melihat apa yang harus ia lihat. Mata indah gadis itu tak bersinar terang lagi. Sesuatu telah disembunyikan di sana, ia harus menggali lebih dalam lagi. Bukankah Gabriel Nostra memang dikenal sebagai penakluk wanita! Gadis ini bermain terlalu jauh di luar nalarnya sendiri, tak bisa berkutik lagi. Mengapa ada seorang wanita ingin menantang pria, terkecuali bodoh dan mudah di manipulasi. "Aku tunggu dua hari lagi, semua isi containerku kembali utuh diantar ke gudang, bila tidak maka tubuh dan hidupmu menjadi milikku. Kau catat itu!" ancam Gabriel Nostra keras PLAKK-! Wow, tamparan yang menyakitkan! Ternyata tangan mungil itu cukup pedih mendarat di wajah sang mafia. Ikuti terus kisahnya di sini ----
PRANKK-!
Kepingan gelas pecah belum sama sekali dibersihkan, tidak seorang pun berani masuk sebelum perintah diberikan oleh sang mafia. Sebatang rokok di jarinya terus dinyalakan. Sang mafia muda Gabriel Nostra begitu geram mendengar berita pagi ini saat berada di ruang kantornya.
"Keluar atau aku tembak kalian!"
"Okay Bos-!"
Romano dan pengawal lainnya bergegas keluar ruangan. Tuan Gabriel sedang marah, karena ulah penjaga semalam tidak becus melindungi logistik miliknya di pelabuhan. Satu container berisi persenjataan canggih, keluaran terbaru bernilai jutaan Euro telah dirampok oleh mafia ĺainnya.
Tidak masuk akal-! Jika ada seorang gadis dapat merampas barang miliknya semudah itu. Namun rekaman CCTV di pelabuhan cukup jelas, langsung menunjukkan siapa pelakunya. Alexandra Camorra-! Selama ini Gabriel tak pernah mendengar nama gadis itu. Tapi ia yakin, ada nama pemain besar lain yang begitu berani melindungi dirinya.
Zrepp-!
Pisau tajam menyentuh gambar target di seberang meja kerjanya, tepat mengenai sasaran di titik terkecil dengan jarak lebih dari 7 meter.
Knock knock-!
Pintu kantor terbuka, seorang wanita cantik berpakaian seksi menyapa. Natasha sekretarisnya sedang menebar pesona di ruang kerja.
"Kau sedang sibuk, Gabriel-?"
"Masuklah! Berikan berkas yang kuminta tadi pagi!"
"Okay, ini profil tentang gadis yang kau tanyakan. Ada apa dengannya?"
"Pergilah bekerja! Aku tak butuh dirimu di sini lagi. Siapkan mobilku di bawah!"
"Tapi pengawal Romano sedang pergi keluar. Seharusnya kau memerlukannya demi pengawalan dirimu!"
"Aku tak butuh keparat itu mengawalku hari ini. Suruh ia kerjakan tugasnya!"
Natasha mengangguk, meninggalkan atasannya. Padahal pagi ini sudah tampil menggoda agar Gabriel Nostra tertarik dengannya. Tapi gara-gara gadis sialan itu, ia jadi kehilangan pesonanya.
Begitu menarikkah gadis itu, sampai Gabriel Nostra menjadi berang menuju ke suatu lokasi untuk mencarinya sendiri. Siapa sebenarnya Alexandra Camorra-? Natasha hanya membaca sekilas laporan tadi, tapi sang mafia muda itu buru-buru memintanya.
Sebelum itu, ia juga melihat pengawal Romano tadi keluar dari ruang kerja Gabriel dengan wajah sangat kesal. Pagi yang mengecewakan semua orang!
***
Duduk sendirian di sebuah taman kampus. Wajah gadis cantik, tapi menyembunyikan dari semua orang. Alexandra menutup diri agar tidak dikenali siapa pun juga. Pria di kampus enggan berkawan, gadis itu selalu menghindari mereka. Identitas dirinya bukan untuk konsumsi publik.
Sesaat terdengar suara pria menyapa. "Hai, boleh aku duduk di sini?"
"Silakan saja, ini fasilitas umum bukan milik pribadi. Banyak kursi kosong di taman kampus, lalu kenapa kau memilih yang ini?"
Jawaban ketus gadis itu tidak berhasil meluruhkan niat pria yang telah mengamati dari kejauhan. Bukunya terbuka di pangkuan Alexandra sejak 10 menit lalu, belum dibacanya sama sekali.
"Kelihatan kau lelah, halaman buku itu tidak berpindah sejak tadi. Semalam kau habis bekerja keras, huh!"
"Bukan urusanmu!"
"Semua menjadi urusanku, ketika ada seseorang yang berani merampok logistik milik Gabriel Nostra-!"
Deg-! Mata Alexandra Camorra pun bertemu pandang dengan Gabriel Nostra yang membalas tajam dirinya. Alexandra mungkin tertangkap basah kali ini. Namun ia sendiri tidak tahu siapa sebenarnya pemilik kontainer itu.
Tugasnya semalam hanya merampas sesuai perintah sang pimpinan, tanpa bisa dibantah. "Tuan, kau salah orang! Aku tidak tahu apa maksudmu dan tidak mengenalmu, sebaiknya aku pergi sekarang!"
Gabriel Nostra langsung mencengkram lengan gadis itu. "Kau boleh pergi, saat aku ijinkan!"
Kini berdua sama-sama berdiri, saling menatap penuh kebencian. Tinggi tubuhnya sangat mengintimidasi.
Tapi Alexandra tidak takut dengan pria itu, merasa ini semua bukan kesalahan dirinya, hanya menjalankan perintah bukan seorang pelaku utama.
"Lepaskan tanganku, kau menyakitiku!"
"Di mana kau pindahkan isi container milikku? Jawab-!"
"Aku tidak tahu!"
Cengkraman Gabriel kian mengencang, gadis itu menggigit bibirnya menahan sakit. Pria itu senang menyiksa dirinya di depan umum. Mata biru miliknya memperhatikan Alexandra sangat dalam, dan menikmati sesuatu yang berbeda di hadapannya.
Taman kampus begitu luas, mahasiswa lalu lalang mengira mereka terlibat pertengkaran antara dua kekasih. Inilah Gabriel Nostra yang dikenal sebagai mafia kejam, arogan namun tampan, sekaligus don juan. "Aku peringatkan sekali lagi, Camorra-! Kau pilih mengembalikan barangku, atau nyawamu sebagai gantinya?"
"Aku tidak tahu maksudmu!" teriaknya mengelak.
Tiba-tiba dagu Alexandra dipaksa melihat dekat ke wajah Gabriel Nostra.
Jari kekar pria itu terasa keras mulai meremukkan tulang. Bengsek-! Sekuat tenaga menggelengkan kepala berusaha menepis, tapi cekalan tangan pria itu terlalu kuat. Begitu pun cengkraman di lengan, sama sekali tak membuat dirinya bisa lepas darinya.
"Sayang sekali jika wajah cantikmu ini harus tersayat oleh kebohongan. Apa kau tahu sedang bermain api dengan seorang Gabriel Nostra-?" tekan pria itu sekali lagi.
Alexandra mulai tampak ketakutan. "Biarkan aku pergi, Tuan! A-aaku harus kuliah lagi!"
Gabriel senang melihat apa yang harus ia lihat. Mata indah gadis itu tak bersinar terang lagi. Sesuatu telah di sembunyikan di sana, ia harus menggali lebih dalam. Bukankah sang mafia Gabriel Nostra memang dikenal sebagai penakluk wanita-!
Gadis ini bermain terlalu jauh di luar nalarnya sendiri, tak bisa berkutik. Mengapa ada seorang wanita ingin menantang pria, terkecuali bodoh dan mudah dimanipulasi.
"Aku tunggu dua hari lagi, semua isi containerku kembali utuh diantar ke gudang, bila tidak maka tubuh dan hidupmu menjadi milikku. Kau catat itu-!" ancam Gabriel Nostra keras
PLAKK-! Wow, tamparan yang menyakitkan!
Tangan mungil itu cukup pedih mendarat di wajah sang mafia. Laksana kilat di siang hari, padahal tak ada turun hujan menyertai. Darah Gabriel Nostra makin mendidih. Ia harus menghukum lebih kejam lagi.
Kontan saja ia membalas cepat, ciuman kasar yang membuat gadis itu tak bisa berkelit darinya. Kedua tangan Alexandra memukul keras dada Gabriel berulang kali, menyentak agar dilepaskan. Tapi tak cukup kuat, tak bisa menandingi kekuatan besar sang mafia.
Gabriel terkejut saat melepas bibir mungil Alexandra. Bibir gadis itu terasa begitu manis, rasa aneh bagi sang don juan. Otaknya berputar dan hati bertanya. Apa gadis ini tidak pernah mencium seorang pria, huh!"
Ia membiarkan merpati kecil itu pergi melarikan diri, tapi bukunya tertinggal di kursi. Alexandra Camorra tidak akan pernah terlepas darinya lagi untuk selamanya.
***
"Sayang, aku sudah menunggu dua jam yang lalu, kau dari mana saja?"
"Aku ada urusan kantor. Mengapa kau datang kemari?"
"Oh Gabriel, aku merindukanmu!"
Pelukan erat Sandra membuat Gabriel sesak nafas kali ini. Hari ini ingin sendirian di puri megah miliknya. Ia sedang bosan, seketika itu juga dicampakkan wanita itu keluar. Otaknya lelah dan penat. Kehilangan jutaan Euro hanya dalam semalam membuatnya terus marah seharian di kantor.
"Pergilah kau, aku tak mengundangmu ke sini!" teriaknya kencang
"Oh Gabriel, teganya kau!" Sandra merengut diusir oleh sang mafia tampan.
Gabriel tersenyum sinis, mengiringi kepergiannya. Dasar wanita murahan! Jika Sandra tak bersamanya malam ini, maka wanita itu akan terbang ke pelukan pria lainnya. Tidak ada lagi wanita yang bisa dipercaya!
Sandra, Natasha atau teman kencan wanita lainnya, seperti piala bergilir bagi Gabriel Nostra. Tapi hari ini ia lebih senang membuang semuanya, demi satu gadis mungil sangat berani merampok dan menampar pipinya sekaligus!
Seluruh pakaiannya dihempaskan di dalam kamar. Gabriel membutuhkan air dingin menyiram otaknya yang panas akibat logistik yang hilang, dan ciuman kasar ke gadis itu siang tadi.
Keparat kau, Camorra-! Membuat ia tak berhenti memikirkannya.
***
Alexandra Camorra duduk termangu di meja belajar. Ia sedang kesulitan mencatat karena buku pelajarannya hilang, tidak bisa di temukan di mana pun. Oh, brengsek-!
Ia mengingat Gabriel Nostra, begitu tampan menawan mengenakan jas kerja mahal, mengendarai Porsche berwarna merah ke kampusnya. Manusia sombong dan angkuh mengganggunya tadi siang, mengancam dirinya.
Alexandra baru pertama kali melihatnya. Entah dari mana pria itu bisa mengetahui dirinya sebagai otak pelaku perampokan logistik semalam. Oh, CCTV sialan-! Ia lupa memeriksa area pelabuhan, tak memakai penutup wajah menyembunyikan identitas.
Benar-benar bodoh! Ia telah melakukan kesalahan yang fatal. Padahal sudah beberapa kali melakukan pekerjaan itu, tidak pernah sekalipun ketahuan. Dan nasib buruk menimpanya lagi saat ini.
Pintu kamarnya terbuka, seorang gadis kecil cantik dan mungil bernama Angela Camorra memeluknya erat.
"Kakakk---!"
"Hai sayang, apa kau sudah mengantuk?"
"Hmm-- tapi aku ingin tidur bersamamu!"
"Baiklah, ayo naiklah ke ranjang. Biar aku menyelimuti rapat, sampai kau tak bergerak ke mana-mana lagi!"
Angela Camorra tertawa senang, usianya baru lima tahun dan harus kehilangan mama tersayang. Begitu menyedihkan nasib kakak beradik di istana mewah yang bukan milik keluarganya.
Papa tiri mereka, seorang mafia Italia yang kejam memiliki daftar kriminal sangat panjang dari penyuapan elite politics, perampokan, narkoba, perang antar gangster dan banyak lagi. Entah alasan apa ibunya Rose menikahi Zio Antonio.
Pria itu tak lebih baik dari mendiang sang ayah, tapi ibunya tetap memilih Zio Antonio sebagai pendamping hidupnya. Namun sayang, Alexandra Camorra terlambat mengetahui jawaban atas pertanyaan itu, hingga kematian tragis merenggut nyawa Rose dua tahun yang lalu.
Ia menepis pikiran buruknya lagi. Angela kini lebih membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Tangannya mengusap kening adiknya tertidur pulas di samping, setelah dibacakan buku dongeng kesukaannya.
Angela Camorra-! Malaikat kecil di hati Alexandra.
Jika bukan karena adiknya, tak mungkin bertahan di dalam rumah mewah yang asing bagi mereka berdua. Ia harus membayar kehidupannya seperti tahanan di dalam rumah mafia. Bekerja untu menyerang di setiap misi dan merampas barang milik kolega mafia sesuai perintah Zio Antonio.
Alexandra selalu berada di garis depan sebagai pemimpin. Tapi dirinya terus dipantau oleh tangan kanan sang mafia, sang eksekutor bernama Fausto yang kejam, tanpa belas kasihan.
Di setiap malam ia pergi menyelinap, usai Angela tertidur di jaga oleh pelayan Elisa. Kemudian pulang untuk membersihkan diri, melepas pakaian dari bau mesiu atau amis darah musuh.
Angela tak pernah tahu siapa kakaknya yang sebenarnya. Alexandra seorang mesin pembunuh berdarah dingin. Kemampuannya terasah saat berlatih bersama para pengawal Zio Antonio memerangi musuhnya. Ia harus membalas yang menyebabkan ibunya terbunuh di hari yang naas itu.
Malam ini tidak ada misi lagi. Pikirannya lelah, tubuhnya memintanya beristirahat. Tidur tenang, menemani Angela Camorra. Namun cuma satu hal terus mengganggu pikirannya.
Siang tadi Alexandra telah menampar seorang pria muda begitu keras. Cengkraman tangan kekar itu masih terasa menyakiti di dagunya sampai kini.
Siapa lagi, kalau bukan si bedebah Gabriel Nostra-!
***
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Tessa Willson dan Leonil Scoth telah menikah hampir dua tahun lamanya. Kesibukan Leo membuat Tessa merasa kesepian. Apa lagi akhir-akhir ini Leo tak pernah membuatnya puas di atas ranjang. Akibatnya Tessa sangat kecewa. Sampai akhirnya Arnold Caldwell datang di kehidupan Tessa dan Leo. Arnold adalah ayah sambung Leo. Arnold datang ke kota New York tadinya untuk urusan bisnis. Namun siapa sangka justru Arnold malah tertarik pada pesona Tessa. Keduanya pun berselingkuh di belakang Leo. Arnold memberikan apa yang tidak Tessa dapatkan dari Leo. Tessa merasakan gairahnya lagi bersama Arnold. Namun di saat Tessa ingin mengakhiri semuanya, dirinya justru malah terjebak dalam permainan licik Arnold. Mampukah Tessa terlepas dari cengkeraman gairah Arnold, dan mempertahankan pernikahannya dengan Leo?
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.