Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Trapped in Love with The Jerk CEO
Trapped in Love with The Jerk CEO

Trapped in Love with The Jerk CEO

5.0
126 Bab
40.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Kisah cinta Miranda Harper dan Carlos Graves belum sepenuhnya berakhir. Kegagalan yang mereka alami nyatanya tak membuat keduanya menemukan pengganti yang sepadan. Takdir pun bagai tak ingin memisahkan mereka terlalu lama sehingga mereka kembali dipertemukan tanpa sengaja. Melihat Miranda untuk pertama kalinya setelah lima tahun berpisah membuat Carlos Graves penasaran hingga ia pun mencari tahu keberadaan wanita yang telah menghilang bagai ditelan bumi tersebut. Namun, dalam perjalanannya Carlos Graves harus berhadapan dengan seorang wanita bernama Selina Hoorne. Wanita yang kemudian mengambil alih perhatian Carlos Graves, tetapi di sisi lain dia juga harus menghadapi seorang pengusaha kaya raya asal Dubai yang memiliki kekuasaan tak terbatas. Mampukah Noah menyelamatkan pernikahannya dan membawa Miranda Harper kembali ke dalam pelukannya? Akankah cinta sekali lagi memihak mereka? Ataukah ini hanya sekadar permainan takdir? Maka biarkan Anda menjadi saksi perjuangan Carlos Graves—sekali lagi—mendapatkan cinta Miranda Harper. ____________ Keep in touch with us on our instagram @inezhseflina @gravestheseries

Bab 1 Desire

Gadis itu menggeliat penuh kemenangan. Kedua kakinya ingin menendang, akan tetapi kedua tangan pria itu menindihnya dengan kuat dan menahan seluruh pergerakannya. Noah terus menguasai wanitanya dengan mulut penuhnya yang lembut dan hangat. Sesekali ia menjulurkan tangan meraih puncak dada Miranda dan meremasnya dengan kuat, di saat yang sama ia melesakkan lidahnya ke dalam.

Punggung Miranda melenting, menahan desiran ombak yang belomba-lomba keluar dari dalam tubuhnya. Wanita itu menjerit. Memaki dan memberikan peringatan supaya pria yang sedang memberikan belaian lembut, liar dan erotis itu segera pergi dari sana oleh karena Miranda mulai merasa bahwa ia akan segera diterjang ombak yang besar.

Namun, alih-alih menghiraukannya, lelaki itu malah semakin menyergap diri Miranda. Menggigit, menjilat dan menghisap hingga suara decap bibirnya memenuhi kepala Miranda. Lelaki itu masih di sana, menemani kekasihnya sampai Miranda menjerit dan membuat wajah dan dada Noah berkilau dan basah.

Noah sudah membuktikan keseriusannya. Lelaki itu sukses membuat napas Miranda berantakan dan tubuhnya yang putih bersih itu berubah merah padam. Miranda memandang ke langit-langit, sementara membiarkan tubuhnya bergetar melawan sensasi luar biasa yang membanjiri hampir seantero tubuh prianya.

“Oh, Miranda. Kau yang ternikmat,” ucap lelaki itu disela-sela tatapannya masih membakar diri Miranda. Ia menoleh di antara kedua kaki Miranda yang mengangkang. Ditatap lelaki itu bagaimana dada Miranda naik turun menahan napas yang berembus terputus-putus.

Dalam sekejap, permukaan kasur berderik. Pria itu menjulang kembali dan menudungi tubuh Miranda. Lelaki itu menciumnya. Melumat dan menghisap lingual Miranda. Ia bertahan beberapa lama lalu berbisik di dalam mulut Miranda, “Aku akan menidurimu hingga fajar tiba. Kita akan bercinta hingga tubuh kita sama-sama hancur. Ingat itu, Miranda.”

Gadis Harper itu tak dapat menyahut. Ia nyaris kehilangan udara untuk bernapas. Yang bisa dilakukan Miranda hanyalah menatap kekasihnya. Namun, sudut bibirnya berkedut kemudian mengulas senyum.

“Sialan!” desis Miranda dan membiarkan matanya tertutup. Sungguh, Miranda benar-benar sudah lemah, bahkan sebelum permainan dimulai. Ini sangat payah. Bagaimana dirinya sudah lemah hingga tak bisa bergerak barang satu jengkal.

Noah tertawa rendah. Ini benar-benar pemandangan paling indah. Ia menoleh ke bawah dan menyeret tubuhnya dari atas permukaan tubuh Miranda. Dengan satu tangannya, ia memutar tubuh Miranda hingga dadanya menempel dengan permukaan ranjang.

Semangat Miranda telah kembali. Ia tersenyum nakal dan menggigit bibir bawahnya. Ditatap gadis itu bagaimana Noah melingkari perutnya dengan tangan kirinya yang besar.

HEK

Dengan satu kali tarikan, ia berhasil membuat tubuh Miranda bersimpuh dengan bagian belakang terangkat ke arahnya. Lelaki itu memandang bokong Miranda dengan pandangan erotis. Mendesis dan membawa jarinya untuk kembali membelai diri Miranda.

“Oh, Sayang, kau benar-benar membuatku kecanduan.” Lelaki itu terus melontarkan kalimat-kalimat yang Miranda yakin akan kembali menghancurkannya.

Namun, untuk setiap sentuhan dari jari sensual itu, Miranda akan memohon ribuan kali pada Noah agar tetap menyentuhnya seperti itu. Walaupun menahan punggungnya yang mengeram dan pangkal bahu yang bergidik, tetapi seluruh perasaan ini sungguh menyenangkan.

Noah masih di sana. Sekali lagi merasa tak puas, hingga ia kembali membenamkan wajahnya di dalam bokong Miranda. Untuk sekejap menikmati wanita itu. Sedikit lebih lama.

Miranda tertawa sambil menutup kedua mata. Ia meletakan kedua tangannya di bawah dada untuk menumpu tubuhnya. Sementara ia menoleh dan menatap dari punggung polosnya. Gadis itu mendesah dengan bibir yang mengulas senyum. Satu tangannya bergerak dan meraih tangan Miranda yang telah memegang erat pinggangnya.

Lelaki itu kembali menegakkan badannya. Miranda kembali menoleh dan menatap seringaian di wajah kekasihnya. Dengan kedua tangannya, Noah menyeret tubuh Miranda hingga kedua kaki Miranda mendarat ke lantai.

Miranda mendesis panjang. Menatap seringai di wajah kekasihnya, dan membuat Miranda menggigit bibir bawahnya. Miranda menangkap sebuah kode dari senyum yang tengah disunggingkan oleh kekasihnya. Namun, ia perlu menelan saliva sebelum menganggukkan kepalanya.

Noah tertawa rendah dan ia menoleh ke bawah. Lelaki itu kembali melingkari perut Miranda dengan lengannya lalu menariknya.

Perasaan mereka telah menyatu, hingga Miranda tak perlu aba-aba. Ia menunggingkan bagian belakang tubuhnya supaya Noah bisa dengan leluasa menghujamnya, kapan pun ia mau. Namun, Miranda juga terlalu penasaran bagaimana Noah akan menggagahinya hingga gadis itu tak mau menghindarkan pandangannya dari sana.

“You see that?”

Miranda mendesah dan mengangguk. “Kumohon, Noah, kumohon.” Ia memelas menatap Noah yang masih menggodanya di sana. Lelaki itu tertawa rendah dan Miranda menyambutnya, tapi sedetik kemudian gadis itu terbelalak.

Satu tangan Noah menekan pinggang Miranda dan tangan kirinya menahan tengkuk Miranda supaya gadis itu tetap menatapnya. Noah mulai menggerakkan pinggulnya. Menekan dan merenggang. Untuk sekejap pelan, tetapi dalam semenit berubah. Gerakannya membuat tubuh Miranda berguncang-guncang dan gadis itu membiarkan desahannya meluncur penuh kenikmatan.

“Ya, Noah. Kumohon.”

Api dalam mata pria itu serasa membakar tubuh Miranda yang telanjang. Kulitnya yang berkilauan akibat desiran ombak berupa cairan tubuh yang keluar dari pori-porinya membuat lelaki itu tampak semakin perkasa. Posisi tubuhnya menjulang membuatnya semakin liar. Brutal dan hilang akal.

Noah pun tak berusaha menahan mulutnya. Ia ikut mendesah di saat wanitanya mendesis. Suara berderik yang timbul akibat pertarungan mereka makin menambah suasana intim di dalam kamar suit ini.

Mata Noah terpejam. Ia melengkingkan lehernya dan membawa tatapannya ke langit-langit. Merasa seluruh selnya serasa ditarik ketika milik Miranda benar-benar menjepitnya dengan erat.

Ia menunduk. Menudungi punggung Miranda. Mengecup bahu dan leher gadis itu lalu Miranda memutar wajahnya. Ia menarik tengkuk Noah untuk menikmati bibir lelaki itu.

Desahan Miranda menggema di dalam mulut kekasihnya. Noah menyerang dengan cepat dan hampir membuat Miranda tiba, tetapi dengan cepat lelaki itu menghentikan entakkannya. Masih sambil berciuman, Noah menarik tubuh Miranda hingga berdiri tegap.

Tangan kirinya berpindah untuk melingkari dada Miranda. Ia menangkup puncak dada Miranda sementara tangan kanannya mulai menyelip di bawah perut Miranda.

Lelaki itu mendesah. Melepas ciumannya dan menutup mata. Ia kembali mendorong dalam posisi berdiri. Miranda menjerit. Air mata bahagia tumpah membasahi wajahnya. Oh, sungguh. Ada gejolak yang tak terbilang kini menguasai diri Miranda.

Noah terus menggumamkan kalimat cinta di depan telinga Miranda dan membuat gadis itu semakin bahagia. Sambil menutup kedua mata, Miranda membiarkan tangannya memanjat dan mendapatkan kepala Noah. Sementara lelaki itu mengecup tengkuk Miranda.

Dirasakan Miranda gelombang besar itu telah menumpuk di perutnya dan berputar di sana. Gadis itu menjerit. Sangat kuat, tetapi Noah tak mengizinkannya. Ia menghentikan gerakan. Memutar posisi.

Noah duduk di tepi ranjang lalu memangku Miranda. Ia mengecup punggung Miranda berkali-kali sebelum mengangkat kedua kaki Miranda. Noah sepenuhnya menguasai permainan. Sambil memegang kedua kaki Miranda, ia menggerakkan panggul dan menembak ke atas.

Gerakannya cepat hingga bunyi penyatuan tubuh mereka menggema. Tubuh Miranda sudah gemetar dan ia tak dapat menahan gairah luar biasa yang sedari tadi bergejolak di perutnya.

“NOAH!”

“MIRANDA!”

Teriakan keduanya menyertai pelepasan yang mereka alami bersama.

Carlos Graves benar-benar membuktikan kesungguhannya. Ancaman yang terlontar dari mulut sensual itu tak pernah sia-sia, atau sekadar gertakan belaka. Ia mengabulkan semuanya. Meniduri Miranda selama berjam-jam hingga tenaga wanita itu habis. Sampai tak ada lagi suaranya yang mampu keluar dari mulut Miranda. Namun, keinginan untuk menerima hasrat gelap dari lelaki paling mengagumkan itu tak bisa dibendung.

Miranda Harper tak pernah seumur hidup merasa haus dengan hubungan intim. Merasa dirinya tak akan pernah puas. Merasa dirinya selalu kelaparan dan menginginkan Carlos Graves, bahkan ketika tubuhnya tak mampu lagi digerakkan. Lemah tak berdaya. Rapuh.

Semalam penuh kamar mewah ini dipenuhi kegiatan intim yang liar dan brutal. Tak peduli apabila erangan dan jeritan erotis mereka terdengar hingga ke penjuru dunia. Miranda dan Noah telah melupakan moral dan rasa malu. Seantero pikiran mereka dikuasai hasrat menggelora. Hingga semua pertempuran itu selesai pada dini hari.

Carlos Graves tak mau berhenti tersenyum. Lelaki itu benar-benar punya stamina yang luar biasa. Ia seperti meresap seluruh energi Miranda. Di saat wanitanya sudah terlelap dalam tidur ia, masih terjaga. Napasnya stabil. Tak memburu menakutkan seperti beberapa menit yang lalu. Matanya terfokus, memandang wajah merah padam Miranda yang tampak tenang dan damai. Tak seperti sesaat ketika ia dikuasai nafsu. Geraman dan makian tak berhenti keluar dari mulutnya, tetapi Noah sungguh menyukainya.

“Oh, Sayangku.”

Bunyi berderik terdengar ketika Noah menggerakkan lengannya, tempat di mana kepala Miranda bersandar. Ia menarik tubuh wanita itu hanya untuk menempelkan bibirnya pada dahi Miranda.

Noah tersenyum ketika mendengar dengkuran kecil yang menandakan betapa Miranda telah tenggelam di dalam mimpi yang indah.

Dengan punggung jarinya, Noah membelai pipi Miranda. “You’re my everything,” gumam lelaki itu. Seakan-akan Miranda sedang memandangnya dengan mata berbinar dan Noah dipenuhi kebahagiaan hingga matanya pun berair. Memandang haru wajah tenang di depannya.

“Kau mengubah hidupku, Miranda Harper, kau harus tahu itu.” Noah menarik tubuh Miranda. Lengan kekarnya membungkus kepala dan tubuh wanita itu dan mendaratkan dagunya pada puncak kepala Miranda.

Merasakan denyut jantung Miranda yang tenang menyentuh kulitnya yang telanjang, Noah kembali tersenyum. Deru napas Miranda yang berembus panjang adalah lagu tidur terindah untuk Noah sehingga ia pun berharap jika seumur hidupnya, ia akan mendengarkannya.

Dalam keheningan, Noah pun memikirkan jika sudah waktunya ia mengikat wanita ini dengan hubungan yang lebih serius. Agar supaya ia bisa menikmati tubuh ini, siang dan malam tanpa takut seseorang akan datang dan mengambilnya. Tanpa takut seseorang akan membawanya pergi seperti yang pernah dimimpikan Noah setahun yang lalu.

“Kau milikku. Kau hanya milikku.” Gumaman itu terdengar kelam. Mata Noah berair memandang cahaya bulan. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Noah pernah berpikir jika suatu saat ia akan terbangun tanpa Miranda di sisinya, di dalam pelukannya dan itu sungguh mimpi yang menyeramkan.

Ketika bertemu kedua orang tua Miranda, Noah sempat berpikir jika mimpi itu benar-benar akan datang. Entah. Mungkin orang yang membawa pergi kekasihnya adalah orang tuanya sendiri, Frankly dan Angelina.

Mungkin mereka tak akan rela jika putri kesayangan mereka menghabiskan seumur hidup dengan lelaki seperti dirinya. Padahal, mereka tidak tahu jika napas Miranda-lah yang membuat Noah hidup. Sehingga untuk memikirkan jika dirinya tak bisa memiliki Miranda, rasanya Noah akan lebih memilih untuk mati saja.

“Benar kata orang, jika sudah jatuh cinta, sulit untuk berlogika.” Noah terus bermonolog.

Jika Miranda terjaga, mungkin ia akan sulit berucap dari hati ke hati. Pasti Noah akan lebih banyak memuji betapa indah kekasihnya, karena tak akan cukup semua kalimat di dunia yang bisa menggambarkan betapa Noah menjadi lelaki paling bahagia ketika menatap wajah Miranda.

Lelaki itu menghela napas dan mendorong tubuhnya sedikit menjauh supaya ia bisa menatap Miranda. Dan sekali lagi Noah mengecup pipi dan dahi wanita yang sedang terlelap di dalam pelukannya itu.

“Tidurlah, Sayang. Simpan tenagamu untuk kejutanku besok,” ucap Noah sekali lagi.

Secara perlahan Noah menarik lengannya dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara ketika tubuhnya bergerak menjauhi Miranda. Lelaki itu turun dari ranjang dan bergegas memakai pakaiannya. Ada sesuatu yang harus dilakukannya malam ini dan ia tak bisa tertidur.

Sekali lagi lelaki itu tersenyum sambil memandang kekasihnya. Meraih ponsel, Noah melihat jam di layar sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Itu artinya ia harus bergegas. Maka Noah bergerak menuju kamar mandi untuk menelepon asistennya.

“Selamat pagi, Mr. Graves.” Tak membutuhkan waktu lama. Rob selalu siaga kapan pun sang tuan membutuhkannya.

“Bagaimana persiapannya?” tanya Noah dengan berusaha menjaga suaranya.

“Semua telah siap, Tuan.”

Lelaki itu mendongak. Tersenyum sambil memandang dirinya di depan cermin. “Bagus. Temui aku di lobi lima menit lagi.”

“Baik, Tuan.”

Noah mematikan sambungan telepon. Meletakan kedua tangan di samping wastafel dan membiarkan jantungnya berdegup kencang. Lelaki itu tertawa kecil. Ia tidak menyangka akan mengambil keputusan sebesar ini bahkan saat dirinya belum tentu mendapatkan restu dari orang tua Miranda.

“Hoooh ....” Noah mengembuskan napas berat dari mulut. “This is crazy,” gumamnya kemudian menggelengkan kepala.

“This is so damn crazy!” Masih menunduk, Noah mengangkat pandang, menatap dirinya di depan cermin dan ia kembali menggelengkan kepala.

“Carlos Graves, you’re so damn crazy!” gumamnya sekali lagi.

Untuk beberapa saat, Noah membiarkan kedua tangannya menahan tubuh dan ia terus tertawa berat. Degup jantungnya juga semakin bertalu dengan kencang. Demi apa pun, ini masih dua belas jam menuju puncak kejutannya.

Dia yang akan membuat kejutan, tetapi dia sendiri yang merasa gugup. “Oh, God!” Sekali lagi Noah menggeleng lalu dengan cepat tangannya bergerak memutar air keran dan sesegera mungkin membasuh wajahnya.

***

Paris, French

08.00 am

________

Miranda meloncat dari tempat tidur ketika bunyi yang begitu familier mengguncang alam bawah sadar hingga mengacaukan seluruh mimpinya.

“Oh my God!”

Dengan tubuh yang telanjang, Miranda berlari ke sana ke mari mencari-cari di mana sumber bunyi menyeramkan itu berasal. Seketika ia menjadi panik dan jantungnya pun berdegup kencang.

Ada embusan napas panjang yang menggema, tetapi tidak disadari oleh Miranda. Ia sibuk menggerakkan tubuhnya kiri dan kanan hanya untuk mematikan alarm ponselnya.

“Sial!” makian pagi menjadi sarapan pertama dari Carlos Graves.

“Honey.”

Suara bariton berat itu seketika menghentikan seluruh gerakan Miranda. Seperti biasa, tubuhnya selalu tunduk pada suara tersebut. Dalam diam, wanita itu mencoba untuk menggerakkan wajah hingga sudut matanya menangkap visual seorang lelaki yang duduk pada sofa tunggal dekat jendela.

Terdengar desahan panjang yang menyertai tubuh itu bangkit dengan anggun. Ia berjalan dengan santai sambil satu tangannya memegang cangkir porselen putih yang mengeluarkan kepulan asap.

Tatapan Miranda turun pada tubuh bagian bawah lelaki itu dan dia menelan saliva. Demi apa! Apakah Noah sungguh ingin membangkitkan gairah Miranda pagi-pagi? Mengapa ia harus memakai celana dalam berwarna putih, hah?

“Honey.”

Lelaki itu sukses membuat Miranda tersesat hingga ia harus berupaya keras menyeret pandangannya ke atas. Tepat saat itu juga, Noah telah berdiri di belakang punggungnya.

“It’s okay,” ucap Noah dengan suaranya yang begitu lembut namun serak dan menggoda. Sialan! Feromonnya mengalahkan aroma kopi yang menguar dari cangkir yang ia bawa.

Noah berdiri satu inci di depan punggung Miranda dan ia langsung mengecup pangkal bahu gadis itu. Bunyi decapan bibir sensual tersebut membuat Miranda menutup mata sambil mengencangkan rahang.

“Ini masih pagi, Sayang, lagi pula acaranya akan dimulai nanti malam, kan?”

Barulah Miranda bisa membuka matanya dengan benar, tetapi ia butuh waktu untuk berpikir dan wanita itu menggunakannya untuk menelan saliva. Ditatapnya sudut bibir Noah yang naik membentuk senyum menawan. Ia menggeser tubuhnya ke samping dan berjalan melewati Miranda untuk menaruh cangkir di tangannya ke atas nakas. Setelah itu, Noah pun membalikkan badan.

“Ini pertunjukan terakhirmu di Paris, bukan?”

Dengan wajah datar, Miranda menganggukkan kepalanya dengan gerakan lambat. Noah tersenyum sambil membuang napasnya dengan tenang.

“Baiklah, kalau begitu kau perlu mempersiapkan diri. Tenang saja. Kau tidak perlu terburu-buru. Aku sudah menelepon manajemenmu dan mereka akan datang sebelum pukul dua sore. Kita masih punya banyak waktu, kan?”

Miranda terdiam dan mulai ia menggerakkan pandangannya ke bawah. Noah yang melihat ekspresi penuh kebingungan itu lantas mendekat. Memegang kedua sisi lengan Miranda dan membuat gadis itu kembali menatapnya.

“Honey, bagaimana kondisimu,” – Noah menatap tubuh Miranda dari atas hingga ke bawah – “are you okay?”

Perlu satu tarikan napas panjang sebelum Miranda akhirnya menganggukkan kepala. “Aku,” – Merasa tersekat di tenggorokan, Miranda pun berdehem dan berusaha mendapatkan suaranya kembali – “aku baik-baik saja. Ehm!”

“It’s looks different,” ucap Noah.

Miranda lalu mendesah dan memalingkan wajah. Kedua tangan Noah bergerak dan menarik wanitanya ke dalam pelukan.

“Kau kelelahan, Sayang dan aku tahu bagaimana supaya tenagamu bisa pulih.”

Wajah Miranda yang telah menempel ke dada telanjang Noah lalu bergerak. Ia memandang kekasihnya dengan bibir manyun.

“How?” tanya Miranda singkat.

Lelaki itu tak mau berhenti melempar senyum menawan sehingga membuat diri Miranda berkedut. Sial. Dia mendekatkan tangan. Menyapu helaian rambut Miranda di dahi hingga ke belakang kepala dan memberikan bibirnya pada puncak dahi Miranda.

“Kubantu kau berpakaian.”

Hanya satu kalimat itu yang terlontar di bibir Noah. Ia melepas pelukan dan menjauh. Mengambil pakaian Miranda yang telah ia kumpulkan di ujung tepi ranjang.

Miranda memutar lutut dan pandangannya langsung tertuju pada Noah yang mengambil pelindung diri. Dengan senyum nakal ia menatap Miranda sebelum menjatuhkan tubuh hingga lututnya mendarat di lantai.

Lelaki itu mengedikkan kepala ketika membuka kedua tangan. Miranda menunduk dan akhirnya terkekeh.

“Why?” Noah bertanya dengan santai.

Sambil tertawa kecil, Miranda menggelengkan kepala. “Kau terlihat seperti seorang ayah yang sedang membantu putri kecilnya berpakaian.”

Noah memerengut bibir sambil mengedikkan kedua bahu. “Aku akan melakukannya suatu hari.”

Ada sesuatu dalam ucapan Noah yang membuat napas Miranda terhenti di dada, tetapi senyumnya semakin lebar menguasai wajah. Gadis itu kembali tertawa dan membawa ujung jari-jarinya ke dalam mulut.

“Come on, Honey, pakai celana dalammu sebelum aku berubah pikiran.”

Gelenyar panas langsung bersarang di tengkuk Miranda lalu menjalar ke pipi. Memandang mata Noah yang mendadak berkabut oleh gairah. Gadis itu menelan ludah lalu menggoyangkan kepala.

‘Tidak Miranda!’ tegur batinnya. Yang benar saja. Tubuhnya sudah remuk, jangan sampai ia tak bisa berjalan di atas catwalk.

Miranda mengangkat satu per satu kakinya dan bergegas memakai pakaian dalam sebelum berahinya tercambuk.

___________

TBC~

Hello ... selamat berjumpa lagi buat pembaca lama yang sudah mengikuti Noah dan Miranda. Bagi pembaca baru, selamat bergabung.

Sebagai informasi, novel ini adalah sambungan dari 2 Novel sebelumnya berjudul Sleep With The Jerk CEO dan Falling in Love With The Jerk CEO.

Ini masih tentang kisah Miranda dan Noah yang kembali kandas saat keduanya sudah memutuskan untuk bersama.

Bagaimana kisahnya, kita baca bersama saja, ya~

Jangan lupa simpan novel ini di library/perpustakaan kalian. Tulis REVIEW itu gratis jadi jangan malas tulis REVIEW/KOMENTAR, ya...

Ketemu Noah dan Miranda di iinstagram aku yuk @inezhseflina @gravestheseries

DM aku dan kenalan lebih dekat. Selamat membaca, semoga terhibur <3

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY