/0/5966/coverbig.jpg?v=f81663c7060c3c1ab11cda86f998b642)
Saat tahu suaminya berselingkuh, Maura memanggil warga untuk menggrebek dan menikahkan sang suami dengan selingkuhannya. Pasangan selingkuh itu merasa senang. Padahal itu adalah cara Maura membalas pengkhianatan mereka.
Saat tahu suaminya berselingkuh, Maura memanggil warga untuk menggrebek dan menikahkan sang suami dengan selingkuhannya. Pasangan selingkuh itu merasa senang. Padahal itu adalah cara Maura membalas pengkhianatan mereka.
[Mas sudah pulang, nanti malam kamu ke rumah. Mas rindu, jam seperti biasa. Setelah Mas memberikan memberikan susu pada Maura.] - Hamdan
[Lebih cepatlah memberikannya obat tidur ke dalam susu itu, aku sangat merindukanmu Mas.] - My Love
Mata Maura memerah dan berkaca-kaca, kala membaca deretan pesan dari ponsel sang suami. Lelaki yang tertidur pulas di kasur, tidak terusik karena notifikasi handphone sangat pelan. Dia mengetahui karena benda pipih tersebut berkedip, saat hendak membangunkan Hamdan. Netranya menangkap barisan huruf menjadi kata lalu kalimat.
"Apa maksudnya ini?" gumam Maura pelan, ia berusaha membuka layar ponsel tetapi memakai sandi.
"Kenapa memakai sandi, biasanya, kan enggak," gumam Maura parau. Ia masih berusaha menangkal semua rasa curiga. Tetapi saat mengetahui layar ponsel sang suami memakai sandi, hatinya menduga-duga.
"Apa Mas Hamdan selingkuh? Aku harus mencari tau. Jika benar, aku harus membalasnya dan mengambil apa hak anakku," batin Maura berseru, lalu cepat dia meletakkan ponsel di tempatnya dan melangkah keluar dengan perasaan campur aduk.
"Jangan sampai aku meminum susu pemberian Mas Hamdan," cicit Maura pelan. Ia berusaha tegar untuk sang buah hati yang menginap di rumah ibu mertuanya.
"Kenapa Mas Hamdan tega menduakanku? Setidaknya dia memikirkan Delia." Air mata Maura akhirnya berjatuhan juga. Seberapa pun kuat menahan, dia hanya wanita yang gampang menangis.
"Kamu jahat, Mas!" pekik Maura lirih. Ia mendongak saat mendengar suara bel berbunyi.
"Assalamualaikum, Mbak."
Saat membuka pintu, terlihat seorang gadis tersenyum dan memamerkan rantang yang dibawa.
"Mawar? Ada perlu apa ke sini?" selidik Maura seraya mengeryitkan alis. Masalahnya, dia selalu datang saat ada Hamdan di rumah.
"Denger-dengar Mas Hamdan baru pulang, aku bawain makanan buat kalian," ujar Mawar dengan nada ceria.
"Kenapa kamu selalu membawakan makanan untuk kami? Kamu, kan, perantau, harusnya uangnya dihemat," nasehat Maura yang merasa aneh dengan kelakuan gadis yang berusia sekitar sembilan belas tahun itu.
"Gak papa, Mbak. Gak boleh lho menolak rezeki," balas Mawar tak patah semangat.
"Hmmm, makasih. Ayo masuk! Kamu mau minum apa?" tanya Maura mempersilakan Mawar masuk untuk memberikan minuman.
"Makasih, Mbak. Mas Hamdannya mana?" tanya Mawar celingak-celinguk mencari Hamdan.
"Dia lagi tidur, War. Ada urusan apa emang?" tanya Maura menjatuhkan tubuhnya di sofa berhadapan dengan Mawar.
"Ehhh, itu. Aku mau nebeng, kan, searah tuh ke kampusku," ucap Mawar seraya cengengesan.
"Hmmmm, nanti Mbak kasih tau ke Mas Hamdan," sahut Maura.
"Ya sudah, Mbak. Mawar pamit pulang dulu," seloroh Mawar dibalas anggukan Maura.
***
Malam berikutnya.
"Sayang, ini minum susunya. Habiskan ya," pinta Hamdan menyodorkan susu saat Maura bersandar di kepala ranjang sambil memainkan ponsel.
"Iya, Mas." Maura mengambil gelas berisi susu itu, bimbang menatap secangkir minuman yang selalu ia teguk setiap malam.
Suara dering ponsel membuat Maura tersenyum, terlihat Hamdan pamit untuk mengangkat telepon. Dia juga memberikan wejangan bahwa susu itu harus habis saat ia balik lagi. Dengan langkah cepat, Maura bergegas ke kamar mandi buat menumpahkan isi gelas tersebut hingga tandas.
"Susunya sudah habis?" tanya Hamdan saat masuk ke kamar, melihat gelas telah kosong.
"Bagus, ayo kita tidur sekarang!" ajak Hamdan beranjak ke ranjang dan berbaring di samping Maura.
"Iya, Mas. Maura juga sudah mengantuk," sahut Maura pura-pura menguap dan menutup matanya.
Setengah jam berlalu akhirnya Hamdan beranjak dari tempat tidur. Ia tersenyum senang saat melihat Maura sudah terlelap. Dengan langkah pelan, dia melangkah keluar menyambut perempuan yang telah menunggu di pintu rahasia.
"Mas kenapa lama sekali," keluh Mawar berhamburan memeluk tubuh Hamdan.
"Maaf, Sayang, ayo kita ke ruang tengah," ajak Hamdan memeluk pinggang ramping Mawar.
Mawar dan Hamdan lantas melakukan pergumulan terlarang. Mereka bahkan tak segan memutar film dewasa seraya melakukannya.
Maura yang belum tertidur, melangkah keluar untuk mengambil air minum. Matanya membulat saat melihat adegan di hadapannya.
"Astagfirullah, ternyata Mawar yang menjadi duri dalam rumah tanggaku," pekik Maura tak percaya.
Setelah menetralkan diri dan hati yang terluka, Maura bangkit dan berjalan tergopoh-gopoh keluar rumah. Dirinya segera berlari ke rumah ketua RT untuk meminta bantuan. Pak RT lantas mengerahkan warga dan memanggil serta seorang penghulu yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Setelah semua terkumpul, Maura mengerahkan mereka untuk mengendap-endap masuk ke rumah. Ternyata, Hamdan dan Mawar yang tadinya bergumul di ruang keluarga, sudah berpindah ke kamar tamu. Tanpa pikir panjang, Mawar meminta Pak RT dan beberapa warga mendobrak pintu kamar itu.
Saat pintu kamar terbuka, terlihat Hamdan dan Mawar yang masih asik bercumbu. Mereka tampak terkejut karenanya.
"Cepat pakai pakaian kalian!" perintah Pak RT dengan nada tinggi.
Dengan tergesa-gesa mereka menyembunyikan tubuhnya dalam selimut. Hamdan menatap nanar Maura. Terlihat wajah wanita itu masih sembab dan hidung merah.
Dengan langkah besar, Maura mendekat dan menampar kedua pasangan mesum tersebut.
"Teganya kamu, War." Maura menjambak rambut Mawar, karena perempuan itu menunduk sambil terisak.
"Dasar jalang! Apa kamu tidak memikirkan perasaanku, kamu juga wanita, bukan?" Maura menampar pipi perempuan tersebut.
Tatapan Maura beralih pada Hamdan, pandangan terluka ia layangkan.
"Kamu jahat, Mas! Setidaknya kamu pikirkan anakmu saat hendak melakukan sejauh ini," ucap Maura pelan.
Hamdan terus berucap maaf, membuat Maura mengembuskan napasnya.
"Cepat pakai pakaian kalian! Lalu keluar. Kami akan menunggu di ruang tengah, kalian harus segera menikah."
Mata Hamdan membulat saat mendengar perkataan Maura, pria itu tidak percaya bahwa sang istri memerintahkan dirinya untuk menikahi Mawar.
Mawar langsung mendongak mendengar itu, senyuman terbit di bibirnya. "Mbak serius? Terimakasih Mbak," pekiknya senang.
"Kalian hanya bisa menikah siri," tutur Maura lalu keluar mengajak semua orang untuk meninggalkan kamar itu.
"Mas ... akhirnya kita akan menikah. Aku sangat bahagia," pekik Mawar. Dia langsung berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan memakai pakaian.
"Kenapa Maura bicara seperti itu, tapi ya sudahlah. Mungkin ini rezekiku," ucap Hamdan mengikuti Mawar yang tengah membersihkan diri.
Maura yang masih bisa mendengar perkataan pasangan mesum itu tersenyum sinis. "Kalian pikir, aku akan membiarkan kalian bahagia? Tunggu saja ... ini baru permulaan. Kalian harus mendapat balasan!"
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
"Aku menginginkanmu! Maka jadilah milikku! Aku tidak menerima penolakan!" Ucap Devien penuh penakanan. Mata Nindy sudah berembun. "Tolong! Tolong!" Nindy berusaha meminta tolong dengan berteriak sekuat tenanga. "Huuust! Simpan suaramu untuk mendesah, karena suaramu hanya akan terbuang sia-sia saja, kau tahu 'kan jika ruangan ini kedap suara, siapa yang akan mendengarmu hm?" Devien sekarang benar-benar di pengaruhi nafsu, gairahnya yang terpendam sudah menguar. baca selengkapnya di bawah ;)
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Kirani dipaksa menikah dengan Devon, seorang preman terkenal. Adik perempuannya mengejeknya, "Kamu hanya anak angkat. Nasibmu benar-benar sial karena menikah dengannya!" Dunia mengantisipasi kesengsaraan Kirani, tetapi kehidupan pernikahannya ternyata disambut dengan ketenangan yang tak terduga. Dia bahkan menyambar rumah mewah dalam undian! Kirani melompat ke pelukan Devon, memujinya sebagai jimat keberuntungannya. "Tidak, Kirani, kamulah yang memberiku semua keberuntungan ini," jawab Devon. Kemudian, suatu hari yang menentukan, teman masa kecil Devon mendatanginya. "Kamu tidak layak untuknya. Ambil seratus miliar ini dan tinggalkan dia!" Kirani akhirnya memahami perawakan sejati Devon, orang terkaya di planet ini. Malam harinya, gemetar karena gentar, dia membicarakan masalah perceraian dengan Devon. Namun, dengan pelukan yang mendominasi, pria itu mengatakan kepadanya, "Aku akan memberikan semua yang kumiliki. Perceraian tidak bisa dilakukan!"
© 2018-now Bakisah
TOP