/0/6388/coverbig.jpg?v=8a3b3451bd0cf04e319417a54a4c1dcf)
Reno Chandrawinata, seorang CEO terkenal di Indonesia. Dia adalah seorang pria cassanova yang suka tidur dengan banyak wanita tanpa adanya ikatan. Menghapus semua kejahatan yang dilakukan oleh setiap orang yang menurutnya itu tidak pantas. Namanya Reno Chandrawinata. Seorang mafia kejam tidak ada ampun, namun hancur karena seorang kekasih yang dia cintai selama lima tahun yang lalu, namanya Frischial Ayuni. Berpisah karena dipaksa menikah oleh orang tuanya, dan tanpa keinginan dari hati mereka, takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah cinta mereka bersatu setelah sekian lama berpisah? Bagaimana cara mereka untuk melewati setiap masa-masa sulit yang menjadi penghambat hubungan mereka?
Seorang wanita berusia 27 tahun bernama Frischial Ayuni sedang berjalan di tengah kegelapan Kota Bandung. Dia dalam perjalanan pulang ke rumahnya.
Setelah beberapa menit berjalan, tiba-tiba dia melihat seorang gadis kecil yang sangat cantik, umurnya kira-kira dua belas tahun. Gadis tersebut tergeletak tak berdaya di dekat pemberhentian rel kereta api dari Bandung ke Batavia. Entah sudah berapa lama dia berada di situ. Frischial segera mendekati gadis kecil itu sebelum kereta api datang.
Kebetulan sekali kereta api belum datang hingga membuat gadis kecil itu tewas akibat landasan kereta api tersebut.
"Nak, Nak!" panggil Frischial sambil mengguncang-guncang tubuh gadis mungil itu, tetapi tidak ada respon. Frischial panik, dia ingin menelepon ambulans tetapi baterai ponselnya habis. Tak ada pilihan lagi, dia segera menggeser tubuh gadis itu dengan sekuat tenaganya agar terhindar dari rel kereta api yang sangat berbahaya itu.
Beruntung sekali gadis itu tidak terjadi sesuatu padanya. Mungkin saja dia sedang pingsan, sehingga tidak terjadi sesuatu padanya. Kalau saja tadi kereta api berjalan sebelum Frischial melihatnya, gadis kecil itu pasti sudah mati terinjak oleh landasan kereta api tersebut.
Mungkin itu sebuah takdir untuknya hidup. Kalau bukan sebuah takdir, lalu untuk apa lagi dia bisa bertahan hidup, dimana hidupnya saat itu sudah dalam bahaya sekali.
Akhirnya dia langsung membawa gadis kecil itu ke rumah sakit. Kebetulan pemberhentian rel kereta api tersebut lumayan dekat dengan rumah sakit. Frischial berlari-lari kecil sambil menggendong gadis kecil yang tak sadarkan diri itu.
Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Frischial langsung masuk ke bagian UGD, namun gadis mungil itu tetap saja belum bangun. Apa jangan-jangan dia tidak hanya pingsan saja. Setelah itu, gadis itu langsung diperiksa oleh dokter.
Setelah selesai pemeriksaan, Frischial bertanya kepada dokter yang memeriksa gadis tersebut.
"Dokter, bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Frischial.
"Apa Anda ibu gadis ini?" tanya dokter itu.
"Bukan, saya menemukan gadis itu pingsan di pemberhentian rel kereta api. Saya tidak kenal dia," ucap Frischial.
"Kalau begitu harus segera melaporkannya ke polisi," jawab dokter itu.
"Apa dia baik-baik saja, Dok?" tanya Frischial khawatir.
"Tenang saja, dia hanya pingsan. Dia baik-baik saja. Karena dia belum sadar, dia lebih baik menginap di UGD terlebih dahulu. Biar saya bisa memeriksanya lagi ketika dia bangun," ucap dokter itu.
Frischial merasa lega.
"Terima kasih banyak, Dok," ucap wanita tersebut.
Dokter itu hanya tersenyum dan segera pergi. Frischial duduk di kursi sebelah ranjang gadis kecil tersebut, tetapi lama-kelamaan Frischial merasa ngantuk dan akhirnya tertidur di samping tepi ranjang gadis tersebut.
***
Beberapa jam kemudian, Frischial terbangun. Tiba-tiba ada suara seorang gadis kecil bertanya.
"Siapa? Kau siapa?"
Frischial kaget. Dia menatap gadis yang tadi pingsan, sekarang sudah terbangun.
"Kau sudah bangun? Kau tidak apa-apa?" tanya Frischial khawatir. Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Frischial segera memanggil dokter yang langsung memeriksa gadis tersebut.
"Ada yang sakit?" tanya dokter setelah memeriksanya secara keseluruhan.
Gadis itu menggelengkan kepala.
"Dia baik-baik saja," ucap sang dokter. Frischial semakin lega, tapi tiba-tiba gadis itu menanyakan sesuatu yang tak terduga.
"Permisi," panggil gadis itu dengan segera, tanpa harus menunggu dua orang tersebut untuk berhenti bicara dan membiarkan dirinya untuk bicara.
Frischial menjawab, "Ya? Ada apa, Sayang?"
"Apakah kalian mengenaliku? Siapa namaku?" tanya gadis itu. Seketika hening dan dokter segera memeriksanya lagi.
"Kau lupa namamu?" tanya dokter.
Gadis itu mengangguk.
"Apa kau ingat sesuatu tentang dirimu?" tanya dokter sekali lagi. Gadis itu menggelengkan kepala.
"Begitu aku mencoba mengingatnya kepalaku langsung sakit," ucap gadis itu. Dokter pun langsung memeriksanya secara lebih detail lagi. Frischial memutuskan menunggu di luar. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam delapan pagi.
Setelah menunggu setelah sekian lama, akhirnya sang dokter keluar dari ruangan.
Frischial berdiri.
"Bagaimana, Dok?" tanya Frischial.
"Gadis itu sepertinya mengalami trauma yang luar biasa sehingga membuatnya hilang ingatan. Faktor lain yang membuatnya pingsan adalah karena dia memiliki darah rendah," jelas sang dokter.
Frischial terdiam. Dia merasa sedih mendengar nasib gadis itu. Kalau dia sampai lupa orang tuanya, artinya dia tidak dapat langsung menemukan orangtuanya. Mungkin bisa, akan tetapi akan memerlukan waktu yang cukup lama.
"Sepertinya gadis tersebut harus dititipkan ke panti asuhan terlebih dahulu, sampai dia menemukan orang tuanya," ucap sang dokter.
Frischial diam beberapa saat, dan akhirnya dia memutuskan sesuatu.
"Dokter, saya akan mengurusnya. Untuk sementara dia bisa tinggal di rumah saya," ucap Frischial, membuat dokter itu kaget.
Setelah keluar dari rumah sakit, Frischial membawa gadis itu ke rumahnya. Mereka pulang naik taksi. Di perjalanan Frischial memulai pembicaraan.
"Hai, namaku Frischial Ayuni. Mulai sekarang, kamu tinggal bersamaku sampai kita menemukan orangtuamu. Oke?" ucap Frischial.
"Bagaimana kalau aku tidak punya orangtua?" tanya gadis itu.
"Aku tidak tahu, tapi kita lihat saja nanti, oke? Kamu bis tinggal di rumahku selama kau mau," ucap Frischial.
"Terimakasih banyak. Kau begitu baik," ucap gadis itu.
Frischial tersenyum tulus.
"Ngomong-ngomong, kamu perlu nama. Karena kamu lupa namamu, jadi bagaimana kalau kau memilih namamu sendiri?" ucap Frischial.
"Aku tidak tahu. Menurutmu kira-kira apa yang cocok untukku?" tanya gadis itu.
"Hmm, bagaimana, ya? Kalau aku punya anak perempuan, aku ingin sekali memberi dia nama 'Laura Anna'. Kamu mungkin cocok dengan nama Laura Anna," ucap Frischial.
Gadis itu terdiam sejenak.
"Aku suka juga nama itu. Apa benar aku boleh memakai nama itu?" tanya gadis itu.
"Tentu saja," jawab Frischial tulus. "Oke, kalau begitu mulai sekarang namamu adalah Laura Anna," ucap Frischial.
"Terus, aku apakan nama itu setelah aku mengetahui siapa namaku?"
Frischial hanya tersenyum, dia tidak menyangka kalau gadis itu ternyata sangat polos. Dia begitu tertarik untuk selalu dekat dengannya. Untuk selalu menanyakan sesuatu yang bisa ditanyakan langsung Frischial pada gadis tersebut.
Meskipun gadis kecil itu hilang ingatan, tapi tidak menutup kemungkinan gadis itu akan diam terus-menerus. Maka dari itu, Frischial Ayuni lebih suka berbicara padanya sampai mereka nantinya sampai ke rumah Frischial.
"Kamu tidak perlu khawatir. Kamu bisa menggunakan namamu itu untuk keperluan apapun. Jika seseorang bertanya siapa namamu, kamu bisa memberitahukan dia bahwa namamu adalah Laura Anna. Kamu bisa paham apa maksudku?"
Gadis itu mengangguk. "Oke, aku akan bilang kepada orang lain seperti yang kamu bilang itu. Tapi, bagaimana kalau namaku itu tidak diterima saat aku melakukan pemeriksaan di rumah sakit lagi?" tanya gadis itu lugu.
"Hmm, kamu tidak perlu khawatir akan soal itu. Semua sudah aku atur. Kamu hanya perlu istirahat dan cepat sembuh, supaya di saat kamu sembuh, kita bisa bermain ke tempat-tempat yang bagus agar nantinya kamu bisa terhibur dengan itu."
Gadis itu membulatkan pandangannya. Dia tidak menyangka kalau wanita yang menolongnya itu ternyata adalah orang yang baik hati.
Jika dia nantinya sadar, dia akan membalas semua kebaikan yang dilakukan wanita itu.
Kruk, kruk...
Bunyi dari perut gadis itu.
"Kamu lapar?" tanya Frischial cepat. Dia tidak mungkin salah mendengar, bunyi cacing itu terdengar dari perut gadis itu. Perutnya tidak berbunyi, lalu perut siapa lagi kalau bukan dari perut Laura Anna, kalau sang sopir, itu sudah cukup jauh untuk menganggap bunyi cacing tersebut adalah bunyi cacing dari perut sang sopir.
"Iya, aku lapar. Aku ingin makan, apa kamu punya makanan untukku?"
Frischial mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dia sendiri tidak punya makanan sedari tadi. Lalu dari mana dia akan bisa punya makanan sekarang?
"Maaf, aku tidak punya makanan. Gimana kalau kita pergi ke resto terdekat sini? Aku bisa membawamu ke sana. Apa kau mau?" ajak Frischial sembari menatap lekat wajah gadis itu dengan senyumnya yang manis.
"Baiklah. Aku mau kamu membawaku ke sana. Aku sangat lapar, aku sudah tidak bisa lagi untuk menolak," jawab gadis itu sembari memegangi perutnya yang kosong.
Dia lapar. Ya, tentu saja saat ini dia lapar. Setelah sekian satu hari dia terbaring di rumah sakit tanpa makan sedikitpun.
Tadinya, Frischial ingin menyuapi gadis kecil itu untuk makan, tapi gadis itu tidak suka makan bubur yang dibuatkan di
rumah sakit itu, karena rasanya yang hambar.
"Masih jauh?" tanya gadis itu. Dia sudah tidak sabar untuk segera sampai. Karena rasa laparnya sudah memaksanya untuk segera makan.
"Tunggu sebentar lagi, ya... soalnya tinggal tiga menit lagi, kita akan sampai kok. Jadi, sabar dulu, ya..."
Gadis itu pun mengangguk paham. Dia berusaha menekan perutnya untuk mengurangi sedikit rasa kram yang terjadi pada perutnya tersebut.
"Apa kamu sakit perut?" tanya Frischial langsung saat dia melihat gadis itu memegang pertengahan perutnya.
"Tidak. Aku hanya kelaparan. Mungkin gara-gara aku lapar, jadinya perutku jadi terasa kram begini. Apa masih lama lagi?" tanya gadis itu sambil melihat-lihat ke arah setiap jalanan yang mereka sudah lewati.
"Iya, tinggal semenit lagi kita akan sampai kok. Jadi, kamu akan makan akhirnya..."
"Syukurlah kalau kita akan sampai semenit lagi. Aku sudah tidak bisa menahannya, aku ingin sekali makan, mengisi perutku yang kosong ini."
"Iya, aku paham. Jangan khawatir, kita akan sampai juga nantinya."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?