Dan hari ini sudah menunjukkan pukul 8.30 yang artinya ia sudah sangat terlambat untuk pertama kalinya. Dengan langkah tergesa-gesa ia langsung berjalan menuruni satu persatu tangga yang berada di rumahnya.
Terpancar senyum indah dari seorang wanita paruhbaya yang sedang sibuk untuk mempersiapkan sarapan.
Tanpa pikir panjang, Amel langsung melangkahkan kakinya menuju tepat dimana kearah dimana seorang wanita yang sangat berharga bagi dirnya itu.
"Mama! Amel berangkat ya!" pamit Amel kemudian mencium pipi kanan dan pipi kiri mamanya.
"Kamu nggak sarapan lagi?" tanya Luna-mama dari Amel.
Amel dengan sigap menggeleng dengan mengecek beberapa barang bawaannya. "Enggak deh ma," ujar Amel.
"Hati-hati ya!"
Amel mengangguk mantap kemudian menyalami tangan mamanya.
***
Amel menginjak rem mobil miliknya tepat di depan sebuah perusahan yang tugasnya adalah menciptakan dan menerbitkan buku dari penulis yang mempunyai beberapa bakat.
Dengan langkah tergesa-gesa ia masuk ke dalam perusahaan tersebut karena ia tau ia sudah sangat terlambat untuk masuk kedalam kantor apalagi ia adalah seorang pegawai yang bisa dibilang sangat baru.
Amel menghela nafasnya secara kasar kemudian ia langsung mengetuk pintu ruangan dari seorang direktur yang tak lain adalah seorang yang memiliki perusahaan ini.
"Tok!"
"Tok!"
"Tok!"
Suara ketukana pintu yang berasal dari jari-jemari Amel.
"Masuk!" terdengar sebuah suara yang berasal dari dalam ruangan.
Tanpa pikir panjang Amel langsung melangkahkan kakinya menuju masuk kedalam ruangan dari direktur utama yang akan bekerja sama dengan dirinya selama ia bekerja di perusahaan besar yang ternama ini.
"Maaf Pak, Saya telat," ujar Amel merasa tak enak kepada seorang pria yang sedang duduk di bangku kebesarannya tanpa ada niatan sama sekali untuk melihat Amel.
Mendengar ucapan Amel, Pria tersebut langsung membalikan badan dan melihat tepat ke arah dimana Amel sedang berdiri.
Betapa terkejutnya Amel saat melihat seorang pria yang berbalik badan tersebut adalah seorang pria yang tak asing bagi Amel.
Ia adalah Alexander Gernion Abraham seorang laki-laki yang bisa dipanggil oleh Alex itu merupakan seorang yang dulunya pernah masuk kedalam hati Amel dan mengisi hari-hari Amel.
Alex tak jauh berbeda dengan Amel. Melihat seorang wanita yang dulunya pernah menjadi bagian dari hidupnya itu dan kini takdir mempertemukan lagi.
Alex menghela nafasnya kemudian ia menatap wajah Amel dengan serius menatap wajah seorang wanita yang dulunya pernah menjadi bagian hidup dari dirinya.
"Lo kok bisa disini?" tanya Alex dengan serius.
"Kan gue yang akan menjadi sekretris penggati lama lo sementarar," ujar Amel yang masih menampakan tampang yang masih terlihat bingung dengan semua scenario yang di ciptakan oleh tuhan untuk dirinya itu.
Alex menggeleng cepat kemudian ia langsung berdiri dari sebuah bangku kebanggaanya. Ia berdiri tepat ke arah dimana Amel berdiri.
"Nanti lo temui saya di kantin yang berada di perusahaan ini!" pesan Alex kemudian pergi dari hadapan Amel.
Setelah mendengar ucapan Alex, Amel melihat punggung Alex yang semakin lama semakin menghilang dari hadapannya.
Ia masih tak menyangka dengan semua kejadian yang menimpa ia barusan. Lagi-lagi ia bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ia lupakan. Tapi kali ini berbeda skenario yang diberikan oleh tuhan berbeda dengan apa yang diharapkan. Kali ini ia dipertemukan dengan seorang mantan yang bisa dibilang adalah mantan terindah nya.
berperan sebagai seorang pegawai yang akan bekerja sama dengan dirinya itu.
"Lo?" Tanya Amel dan Alex secara bersamaan.
"Lo kok bisa disini?" terdengar suara dari keduanya secara bersamaan.
***
Saat ini Amel dan Alex sedang berada di sebuah meja yang berada di kantin perusahaan. Kantin tersebut terlihat sangat sepi karena semua pegawai pada sibuk dengan urusan pekerjaannya masing-masing.
Situasi diantara mereka hening diam dan mencekam. Tak ada satupun dari mereka yang memilih untuk membuka mulut untuk mengakhiri situasi yang sangat mencekam ini.
"Hmm." Alex berdehem seraya minum coffecino kesukaanya yang di pesan oleh dirinya tadi.
Amel menatap Alex dengan tatapan tak percaya. Ia kira setelah Alex berdehem akana membuka suara. Eh tak ternyata pikiranya salah tidak ada sedikitpun yang keluar dari mulut Alex untuk membuka suara dari mulutnya.
"Ngomong kek," batin Amel yang sudah muak dengan semua keadaan.
Kemudian Amel langsung menyedot es cappucino nya seraya menggigit sedotan dari minuman nya karena jujur ia sangat tidak suka dengan keadaan yang saat ini sedang melanda dirinya itu.
"Lo gimana kabar lo?" tanya Alex yang memilih untuk membuka mulut.
Amel melepaskan gigitan sedotan nya kemudian menatap wajah Alex penuh Arti.
"Seperti yang lo lihat sekarang," jawab Amel.
Alex menggauk emngiyakan omongn Amel yang memberik seoerti pengertian bahawa ia sngata mengert dengan ucapan Amel.
Situasi kembali hening. Entah mengapa mereka merasa baik satu maupun sama yang lain situasi ini terasa begitu canggung bagi mereka mungkin karena akibat mereka sudah lama tidak bertemu.
"Canggung kan?" tanya Alex yang sedikit diiringi dengan sedikit kekehan.
Sedangkan Amel, ia lebih memilih untuk menampilkan deretan giginya kemudian ia sedikit terkekeh dengan ucapan yang barusan di ucap oleh seorang laki-laki yang berada di hadapanya itu.
"Iya." Jawab Amel singkat, jelas dan padat.
Alex terlihat sedikit mengangguk kemudian langsung meminum minuman nya. Tanpa Alex sadari bibirnya celemotan setelah meminum minuman cappucino dan tentu saja mengundang gelak tawa Amel.
"Lo itu masih sama ya sama-sama celemotan," Ujar Amel seraya menghapus sisa noda yang berada di bibir Alex. Dan tentu saja membuat mata mereka bertatap satu sama lain tentu saja membuat jantung satu sama lain menjadi berdetak tak menentu.
Tatapan mereka tak jelang beberapa lama, ya bisa dibilang hanya bisa dihitung beberapa detik saja. Karena satu sama lain langsung mengalihkan pandanganya.
Amel langsung menjauhkan tangannya tepat di bibir Alex. Rasanya Amel ingin sekali mengutuk dirinya yang tanpa sadar menyentuh bibir Alex.
"Maaf. Reflesk," Gumam Amel dengan canggung.
Alex menggaguk canggung di depan Amel.
"Iya gak papa," gumam Alex dengan nada yang sedikit canggung.
"Gue pamit ya," ujar Alex seraya megambil ancnag-amcang berdiri.
Amel sedikit tersenyum kepada Alex.
"Iya."
Alex langsung pergi dari hadapan Amel. Namun tiba-tiba dia langsung berbalik badan dan langsung mendatangi kembali tepat dimana Amel sedang duduk.
"Oh iya. Anggap aja kita tidak saling mengenal dan tidak pernah terjadi apa apa!" u
Amel mengangguk mengiyakan omongan Alex. "Iya."