/0/6842/coverbig.jpg?v=0b990557b7fb142637c564a121cd1294)
Gw Adira finantika Kanzen, Dan biasa di panggil Dira. Gw pindahan dari sekolah SMA TUNAS HARAPAN dan memulai sekolah baru di SMA NUSA BANGSA. Dan Di sekolah baru gw ini, gw bakal memulai hidup yang baru dan pastinya menyelesaikan misi yang sudah gw rancang. Namun,, untuk menjalani hidup sesuai yang kita inginkan sangatlah rumit. Bengitu banyak tantangan dan pengorbanan yang bakal kita lalui. Walaupun begitu gw harus tetap semangat demi martabat keluarga gw.
SMA NUSA BANGSA
"Eh, Candra" panggil seseorang yang hendak mendekati Candra and the Genk.
"Lo udah tau belum. Di kelas kita kedatangan murid baru. Kata orang orang dia lumayanlah" ucap Dania sahabat Candra sembari mengekspresikan wajahnya tidak suka.
"Lo serius" tambah Bianca serius.
"HAHA,, palingan juga jadi budak kelas kita" ucap Candra sinis. Sedangkan Cika hanya terdiam saja menyimak perkataan ketiga sahabatnya itu sambil mengemil kuaci di tangannya.
"Kayaknya cewe yang ini gak bakal bisa di perbudak deh. Soalnya banyak orang bilang dia dari keluarga terpandang"Ujar Bianca.
"Yaelah ikutin ajah deh alurnya " ucap Candra .
"Eh eh,, liat . Itu gak cewek nya?. Tapi kelihatannya Benner deh kata Bianca, dari stile nya aja keliatan dia cewe berkelas" tambah Cika. Keempat gadis itu pun menatapi cewe yang berjalan di hadapan mereka dengan menggunakan jacket kulit dan rambut panjang terurai.
Candra menatapi gadis itu dari ujung rambut ke ujung kaki ketika gadis itu melintas dari hadapannya
"Biasa ajah" ucap Candra sinis. "Cabut" tambahnya dengan nada datar.
"Eh eh,, candra tungguin kita" ujar Dania sambil berlari mengikuti Candra dan di ikuti kedua temannya itu.
"Takut tersaingi lah tuh" ujar Cika polos dan mampu membuat Nisa dan Bianca tertawa.
_
Kelas XII IPA 2
"Selamat pagi semuanya" ucap lelaki paruh baya sambil memasuki ruangan kelas XII IPA 2 dengan wajah datar dan berjalan ke arah meja guru di kelas itu. Dia adalah guru matematika sekaligus wali kelas itu, dan dia di kenal guru paling ngeri namun sedikit lawak di sekolah itu.
"Sebagian dari kalian pasti sudah ada yang tau kita kedatang murid baru di kelas ini. Adira silahkan masuk".
Adira memasuki kelas dan berhenti di samping pak Harto dengan wajah jutek nya .
"Hai semua,,-" perkataan Adira terpotong dengan jawaban para buaya di kelas itu. " Hai..." Ucap orang orang dikelas itu dengan kuat selain Genk Candra.
" kenalin gw Adira finantika Kanzen. Bisa di panggil Dira , gw pindahan dari sekolah SMA TUNAS HARAPAN. Senang kenalan dengan kalian" ucap Adira dingin.
"Salam kenal Adira"
"Luffyu Adira"
"Semoga jadi bagian hidup gw Adira"
.....
Suasana di kelas itu begitu ribut. Biasa lah kalau kedatang siswi baru apalagi good looking pasti para buaya bersekutu.
Sedangkan di posisi tempat Candra hanya terdiam tidak suka dengan keadaan itu.
" Sudah sudah diam semuanya, ngelihat cewe cakep dikit langsung heboh kalian semua. Apalagi William kaya gak pernah makan ajah" rintih pak Harto dengan suara sedikit keras. Dan semua orang dikelas itu tertawa, namun Adira hanya terdiam saja melihat kelakuan aneh sekelas itu.
"Pak, bukan cakep dikit tapi kebangetan pak" ucap Boni yang paling sok ganteng dikelas itu.
"Boni diam kamu" bentak pak Harto dan mampu membuat orang tertawa pelan.
" Oke Adira sekarang kamu silahkan duduk".
"Baik pak, terimakasih" Adira berjalan dan melihati bangku yang kosong. Kebetulan ada satu bangku kosong di hadapannya di samping seorang cowo yang sedang sibuk dengan buku.
"Ikhh jangan bilang si Adira mau duduk di samping Gibran. Ihh ngeselin banget sih itu orang" ucap Candra geram sambil mengepal tangannya dan mata melotot sedikit seram.
"Hati hati can bisa bisa nanti dia jadi saingan Lo " tambah Bianca.
"Hai,, saya duduk ya" ucap Adira namun tidak ada sahutan dari cowo di sampingnya itu. Adira hanya terdiam saja dan langsung duduk di bangku itu.
"Oke semuanya, kalian disiplin ya tunggu guru pengajar kalian masuk. Kalian jangan berisik seperti ikan ya. Bapak pergi dulu" ucap pak Harto sambil meninggalkan kelas itu.
" Ikan bersisik pak bukan berisik"ucap salah satu dari kelas itu dan mampu membuat sebagian isi kelas itu terkekeh.
Adira sibuk mengobrak Abrik isi tas nya itu sepertinya ada yang kurang dan benar ada yang kurang di tasnya itu, kotak alat tulisnya. Kebetulan pas mau kesekolah di dalam mobil Adira menulis dibukunya dan tidak sengaja meninggalkan kotak alat tulisnya di mobil.
"Duh kok bisa lupa sih" Adira melihat kesebelah ya berharap ada yang meminjamkan pulpen kepadanya . Tentu saja gak ada yang mau meminjamkan pulpen kepada Adira karena tidak ada yang tau Adira butuh pulpen. Jadi Adira memberanikan meminjam ke teman semeja nya itu.
"Hai,, gw ketinggalan pulpen. Gw bisa pinjam pulpen Lo gak?" Ucap Adira sambil berharap ada jawaban.
Cowok di sebelahnya itu menyodorkan sebuah pulpen ke Adira tanpa melihat ke arah Adira. Dia hanya sibuk dengan buku paket IPA di hadapannya. Dia salah satu cowok yang tidak tergiur sama sekali kepada Adira.
" Makasih ya. Oh iya nama Lo siapa?" Tanya Adira serius. Namun tidak ada sahutan dari cowo tersebut.
Adira hanya bingung dan diam saja dan kembali mengeluarkan buku yang akan dia pakai belajar.
Setelah beberapa jam menjalani proses belajar. Akhirnya terdengar suara bel yang menandakan jam istirahat. Semua siswa/i NUSA BANGSA bersorak karena waktu yang mereka tunggu tunggu telah tiba.
Namun, berbeda dengan Gibran argantara satu meja Adira waktu istirahat nya hanya di pergunakan membaca buku saja di tempat duduknya.
"Hai,, Lo gak mau keluar?" Tanya Adira polos ke Gibran.
"Mm,, gw boleh tau nama Lo gak?. Soalnya kalau ngomong sama orang tanpa nama kaya gimana gitu"tambah Adira lagi.
"Gw Gibran"dan langsung pergi meninggalkan meja yang ia tempati termasuk Adira. Adira hanya terdiam bingung saja melihat kelakuan Gibran.
"Dira,,Diraa. Mm,, Lo mau ikut kita gak? Tawar Candra sambil mendekati Adira.
"Gak" ucap Adira sambil mendudukkan badannya di bangku miliknya dan fokus ke buku di atas meja miliknya.
"Oh,, yaudah. Guys let's go" ucap Candra kesaal dan buru buru meninggalkan ruangan itu.
_
Kantin
"Candra, Lo gak lihat reaksinya si Adira pas Lo ngajakin dia ikut Lo?. Ikkh sumpah ngesalin banget pas dia jawab enggak, pengen gw tampol tuh anak" gerutu Bianca.
"Hmm,,, kita lihat ajah nanti. Sampai kapan dia Sok hebat seperti itu. Kebetulan gw udh gak sabar mau ngebuli orang semenjak budak yang satu itu pergi. Lihat ajah Lo Adira, Lo bakal jadi pengganti si cupu hmm". Ucap Candra dengan senyum sinis miliknya.
Adira berjalan di kantin dan melihat tempat yang nyaman untuk di tempati. Dan menemukan meja yang tidak ada penghuni sama sekali , Adira memilih untuk duduk sendiri di sana. Ternyata di belakang meja yang dia tempati terdapat empat gadis yang tidak asing bagi nya, Tentu saja Candra and the Genk. Namun Adira tidak mempedulikannya dan memanggil pelayan untuk memesan makanan.
"Hai,, gw bisa nebeng gak?" Tanya seorang cowo yang berdiri di hadapan Adira. Cowo itu adalah orang pertama terfavorit di sekolah itu karena dia ketua OSIS di sekolah itu.
"Mm,, silahkan" ucap Adira dengan berat hati.
"Candra liat tuh si Leo. Duduk sama Adira".
Candra mengarahkan pandangannya ke depan dan melihat Adira bersama dengan Leo bicara.
"LEO" panggil Candra dari belakang.
Leo dan adira melihat kearah suara itu berada
"Lo duduk bareng kita ajah" pinta Candra dengan sejuta harapan sambil menggerakkan tangannya isyarat memanggil.
Leo tidak mempedulikannya dan memulai percakapannya dengan Adira . Tentu saja Candra semakin naik pitam melihat kedua makhluk di hadapannya.
Leo bertanya banyak kepada Adira. Namun jawaban Adira hanya singkat saja sampai tiba waktunya bel masuk lagi. Adira izin untuk pergi meninggalkan Leo duluan.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.