Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / SCANDAL WITH PRIVATE DOCTOR
SCANDAL WITH PRIVATE DOCTOR

SCANDAL WITH PRIVATE DOCTOR

5.0
29 Bab
1.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

🔥🔥Peringatan!!!! Cerita mengandung unsur adegan dewasa🔥🔥 Eliza menikahi seorang lelaki hypersex yang sangat ganas dalam permainan ranjang. Dia menjadikan pernikahannya hanya sebagai alat untuk melampiaskan libido-nya saja. Cerita malam pertama begitu manis nan indah yang sering didengar oleh Eliza, kini telah berubah menjadi mimpi buruk di malam pertama tak terlupakan. Hal itu cukup membuat kesehatan mental Eliza terganggu. Pernikahannya dengan lelaki bernama Karan hancur, saat lelaki itu ternyata seorang bajingan. Dia mencari kepuasaan di tempat lain dengan mencari banyak wanita untuk memuaskannya. Setelah dia tidak mendapatkan kepuasaan tersebut dari Eliza, istri sahnya. Namun, penderitaan Eliza menemukan titik temu. Ketika ia bertemu dengan dokter muda nan tampan, teman baik Eliza yang bernama Dokter Sean. Pertemuan itu bukan hanya menyembuhkan psikologi dan kesehatan fisik serta psikis Eliza. Lebih dari itu, Eliza seolah menemukan tambatan hati idamannya. IG: @ayyana_zoe96

Bab 1 Ranjang Pengkhianatan

Sejak pertemuan untuk urusan pekerjaan dan makan malam, itu menjadi awal mula kedekatan Ryn dengan Karan. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, makan malam, makan siang dan bahkan Karan sering menginap di kamar kos Ryn tanpa seizin Eliza.

Ia merasa bahwa Ryn lebih memahami dirinya daripada kekasihnya sendiri. Ryn tidak keberatan memberikan dirinya kepada Karan, keduanya menikmati cinta terlarang mereka.

Tidak jarang Karan mengeluhkan sikap cemburu Eliza yang kelewat batas. Sebagai kekasih kedua, Ryn hanya memberikan nasehat-nasehat agar Karan sabar menghadapi Eliza. Apalagi keduanya akan segera menikah.

Hingga sore itu, sepulang dari tempat kerja. Saat Alya mengantar Ryn pulang, kedekatan keduanya mulai dicurigai oleh Alya, teman Ryn.

“Ryn, akhir-akhir ini aku lihat kamu akrab dengan atasan kita? Ada urusan apa?“ tanya Alya siang itu sepulang kerja.

Seperti biasa, Alya mengantar Ryn ke kosan dengan mobil kesayangannya.

“Urusan pekerjaan sih seringnya, atau hanya sekadar mengobrol biasa. Dia sering curhat masalah kekasih kepadaku.“

Ryn menjawab dengan santai seolah memang tidak terjadi apa pun padanya dengan Karan.

Alya terkejut, “Hah!! Sampai sedekat itu,“ ujarnya sambil menatap mata Ryn.

“Idih, biasa aja kali. Gak ada apa-apa, hanya sebatas rekan kerja saja dan teman biasa. Kenapa kamu jadi panik begitu?“

“Kamu harus berhati-hati, jangan terlalu dekat, loh! Karan itu sudah memiliki calon istri.“

Ryn tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang tertata rapi, “Haha! Lalu memangnya kalau Karan sudah memiliki calon? Itu bukan urusanku.“

“Kamu gak takut disebut pelakor nanti? Apa kata orang tentang kamu.“

“Perebut lelaki orang? Hah, kenapa harus takut? Karena memang aku tidak merebut siapa pun. Lagi pula baru calon, belum menjadi istri sesungguhnya.“

“Aku perhatikan, Karan itu suka sama kamu. Dia memperlakukan kamu berbeda dengan karyawan yang lain.“

Ryn menaikan sebelah alisnya, seolah tidak peduli dengan kecurigaan Alya padanya. Entah ada ataupun tidak ada hubungan special antara dirinya dengan Karan, itu juga bukan urusan Alya. Lagi pula, Karan belum menikah. Masih menjadi milik siapa pun sebelum ada yang memiliki seutuhnya.

“Hah! Masa sih? Itu gak mungkin. Menurutku itu biasa saja, tidak ada yang istimewa.“

“Terserah kamu deh, yang penting kamu harus berhati-hati dengannya. Aku sudah mengingatkan kamu,“ ujar Alya sambil kembali menyetir mobilnya.

“Iya, Alya sayang. Takut banget sih kamu, aku juga tidak ada berniat akan merebut calon suami orang lain. Ya, walaupun Khan memang tampan dan menarik, impian semua gadis.“

Alya melihat ketertarikan Ryn kepada Karan, meski gadis itu berusaha untuk menutupinya. Akan tetapi, tingkah Ryn menunjukkan ada sesuatu yang disembunyikan Ryn darinya. Hanya saja, dia tidak ingin membuat praduga yang justru menimbulkan retaknya hubungan pertemanan.

Namun, apa pun pilihan Ryn itu bukan urusan Alya. Dia hanya tidak ingin temannya terjemus pada masalah yang nanti akan menghancurkan hidup Ryn. Sebab cinta sesaat itu hanya indah diawal dan menyakitkan pada akhirnya.

“Aku takut temanku jatuh cinta pada suami orang lain, apalagi menjadi perusak rumah tangga orang lain.“

“Ya, enggaklah. Aku tahu batas-batas dalam berteman, kecuali kalau Karan sendiri yang suka sama aku dan memilih aku.“

“Eh, kok kamu bilang begitu? Jangan-jangan, kamu dan Karan memang ada hubungan istimewa lagi.“

“Enggak kok, aku cuma bercanda aja tadi.“

Hampir saja Ryn membongkar hubungan antara dirinya dengan Karan. Itu akan membuat Alya menjauh darinya dan membuat Eliza marah pada Karan. Ryn juga sangat mengenal Eliza dan cukup dekat.

Bukan hanya itu saja, keputusan Ryn menggantikan Eliza di kantor juga atas permintaan Eliza. Sebab Karan tidak ingin Eliza terlalu sibuk dan lelah sebelum hari pernikahannya.

“Uppstt, hampir saja aku membongkar rahasiaku sendiri,“ batin Hureem sambil menepuk jidatnya.

“Eh, arah kosmu belok kanan ya? Aku lupa, banyak banget belokannya.“

“Hmm, padahal sudah beberapa kali ke sini masih lupa. Iya, belok kanan sedikit.“

“Belok kanan ada pagar warna hitam. Nah, di depan itu kosan aku.“

Alya mengikuti arahan dari Ryn, sudah lama memang tidak mampir. Alya sangat pelupa, sehingga tidak dapat mengingat dengan baik arah kos Ryn. Mungkin sudah waktunya gadis itu menikah, agar pelupanya hilang.

“Sampai juga, sudah lama banget aku gak main. Maklum, jam kerja kamu sudah padat banget. Kamu jadi gak ada waktu untukku, lagi pula aku juga sering lembur.“

“Jadi, mau mampir juga sekalian?“

“Kayaknya belum bisa, aku mau jemput adikku yang masih kuliah. Dia suka kelayapan kalau gak dijemput, aku khawatir dia salah pergaulan kalau terlalu dibebaskan.“

“Oke, deh. Hati-hati, sampai ketemu besok di kantor.“

Alya berlalu dengan mobilnya, Ryn melambaikan tangan. Lalu masuk melalui gerbang kos. Ia merogoh tas mengambil kunci kamar kosnya, lalu membuka pintu kamar. Akan tetapi, saat hendak membuka engsel, tangannya dicekal oleh seseorang yang sudah bisa ditebak kedatangannya melalui aroma parfum khas pria.

“Karan!!“

Ryn setengah terkejut sambil mengelus dadanya. Dia melihat kesekeliling, berharap Alya tidak melihat Karan di sana. Sebab, dia sudah berupaya meyakinkan Alya bahwa tidak ada hubungan apa pun antara dirinya dengan Karan.

Alya tentu saja akan sangat marah jika mengetahui mengenai hubugan gelapnya bersama Karan. Apalagi, satu kantor sudah mengetahui bahwa Karan menikah dengan Eliza.

“Ha! sayang,“ ujar Karan sambil mengecup bibir Ryn.

“Ada apa lagi, Karan? Jam segini sudah muncul saja di kamar kos.“

“Aku kangen sama kamu, tadi di kantor kamu sibuk kerja.“

“Kamu punya calon isttri, tapi kalau ada keperluan malah datang menemui aku,“ ujar Ryn sambil masuk kamar kos diikuti oleh Karan.

“Sayang, Eliza itu sangat polos. Dia tidak ingin memberikan miliknya kepadaku sebelum pernikahan, sementara aku bisa mendapatkan itu dari tubuhmu yang menggoda ini. Kamu bukan hanya pandai merayuku, tapi mampu membuat adik kecilku ini merasakan kenikmatan dari dua bibir atas dan bawahmu.”

Karan memeluk Ryn dari belakang, mencium aroma tubuh Ryn yang mampu membangunkan gairah serta hasrat untuk terus saling menempelkan tubuh di atas ranjang. Entah berapa kali, Karan sudah menggoyangkan ranjang kamar Ryn dan membuatnya merasakana surga dunia.

Setelah mengenal Ryn, dia seperti menemukan wanita yang jauh lebih baik daripada Eliza. Baik secara fisik maupun goyangan di atas ranjang. Hal itu menjadi candu dan membuatnya tidak bisa melepaskan Ryn.

Sayang sekali, pernikahannya dengan Eliza tinggal menghitung pekan. Karan tidak dapat membatlkan pernikahan, Ryn juga tidak keberatan menjadi simpanan Karan. Meskipun nanti, Karan sudah menikah dengan Eliza.

“Jangan bicara lagi, aku tidak mau mendengar nama Eliza. Kamu selalu saja datang padaku saat kesal padanya.“

“Mau gimana lagi, aku hanya punya kamu untuk membagikan keluh kesahku.“

Ryn menarik dasi Karan, hingga Karan jatuh dalam pelukannya. Ia menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan menggoda. Sejurus kemudian, Ryn sudah menenggelamkan bibirnya di dalam mulut Karan.

“Kamu datang ke sini tidak hanya untuk menceritakan Eliza bukan?“

Tanpa jawaban, Karan mengangguk pelan. Ryn menenggelamkan kepala Karan menuju lehernya, tentu saja Karan mengerti maksud kekasihnya.

Ryn mendesah, “Kamu sangat liar, Karan,“ pekik Ryn merasakan kenikmatan yang menggetarkan tubuhnya.

“Kamu yang memulai,“ ujar Karan sambil melumat leher Ryn dan sesekali menekan rambutnya.

Keduanya terbuai kenikmatan, keringat membanjir membasahi kemeja putih Ryn memperlihatkan bagian paling sensitif. Karan yang sudah terbuai dahaga dan nafsu yang semakin memuncak. Ia tak kuasa melihat pemandangan indah di hadapannya. Dalam hitungan detik, tubuh Ryn terlihat sangat jelas tanpa sehelai kain.

Amarah, kekesalan dan nafsu yang memuncak itu bersatu dalam kenikmatan meneteskan peluh. Tanpa aba-aba lagi, ranjang mini malis itu bergoyang mengikuti irama napas mereka. Mereka melupakan rasa waras dan status masing-masing untuk sampai pada puncak kenikmatan yang ingin dicapai keduanya.

Karan mengakhiri dengan derapan napas yang tersengal, ia menjatuhkan tubuhnya di samping Ryn yang berbaring lemas. Ryn mulai mengontrol laju derap napasnya, seiring dengan getaran hebat setelah pertempuran liar keduanya.

Ryn bangkit, “Karan, hubungan ini tidak benar.“

Sejurus kemudian, Ryn menyadari kesalahannya. Dengan tubuh yang terbalut selimut, Ryn menunduk lemas. Ia menyesali perbuatannya, sambil menyibak rambut acak-acakan akibat permainan erotisnya.

“Lupakan saja, kita sudah melakukannya.“

Karan bangkit meninggalkan Ryn.

“Kamu jahat, Karan.“

Ryn menangis mengutuk dirinya, memukulkan genggaman tangan ke atas ranjangnya.

"Kenapa aku begitu sangat bodoh," pekik Ryn sekali lagi diikuti oleh tangis sesenggukan.

“Bagaimana jika nanti, aku...”

BERSAMBUNG...

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY