/0/7746/coverbig.jpg?v=1d52b570c7d64a09bdd4bf68491ca28e)
21+! Bijak memilih bacaan. Mengandung adegan kekerasan, ancaman, dan hal dewasa lainnya! Malam itu, saat Yugo dalam keadaan tidak terkendali telah melakukan sesuatu yang paling mengerikan pada Maheswari--adik angkatnya. Dia memuja harga dirinya, saat tahu Maheswari tengah mengandung bayinya pria itu memilih lari dari tanggung jawab. Dan ... malah menjadikan Junior sebagai kambing hitam. Akankah Maheswari tega membiarkan Junior bersamanya?
"Selamat datang di rumah ini, Maheswari."
Sudibja memberi sambutan yang hangat padanya. Dia bahkan menyuruh para pelayan di rumah untuk membawakan tas dan juga barang-barang milik gadis itu ke kamarnya.
Maheswari mengikuti pelayan yang membawakan barang-barangnya, tetapi Sudibja meminta dia untuk meninggalkan saja.
"Biar itu Bi Asih yang urus. Kamu pasti capek, habis dari perjalanan jauh. Kita makan dulu sekalian saya mau kenalin kamu dengan anggota keluarga di rumah ini."
Maheswari--Mahes--masih banyak diam, tidak tahu harus bersikap bagaimana. Gadis itu sendiri masih syok dan bingung bagaimana bia dia berada di sini.
Bermula dari wasiat ibunya yang bilang kalau suatu saat nanti perempuan itu tidak ada di dunia ini lagi, Mahes harus mengirimkan surat ibunya pada Sudibja. Hanya selang satu minggu setelah pemakaman, Mahes mengirimkan surat itu dan beberapa hari setelahnya, Mahes dijemput oleh pengusaha dermawan dan kaya raya ini untuk tinggal di rumahnya.
Gadis itu tidak pernah tahu apa isi surat ibunya, yang jelas saat Sudibja mengatakn bahwa ini yang diinginkan ibunya, Mahes setuju aja untuk ikut.
Gadis desa tinggal di kota, dengan kehidupan yang snagat kontras dengan kehidupan sebelumnya tentu saja membuat sedikit bingung. Rumah yang ditemnpatinya sangat besar, apa mungkin dia akan jadi pembantu di sini
Sudibja mengajak Mahes ke ruang makan, gadis berusia enam belas tahun terebut diajaka bekernalan dengan anggota keluarga di sana.
"Mahes, ini istri saya. Namanya Amarta, kamu boleh panggil dia Ibu."
Amarta menatap sinis pada Mahes. "Saya nggak suka dipanggil ibu. Kalau kamu nggak perlu amat dengan saya mending jangan ajak nbgomong saya, ya!"
Maheswari jadi sungkan dengannya, sementara Sudibja menggeleng seakan tidak terima dengan sikap istrinya ini.
"Ini Yugo." Sudibja menunjuk pada lalik-laki berusia 28 tahuyn yang saat ini sedang ditugaskan untuk mengelola perusahaan. "Anak saya yang paling sulung. Dia jarang di rumah, khusus hari ini saja saya paksa pulang karena ada kamu."
Mahes mengulurkan tangan ingin bersalaman dengan Yugo. Tapi, laki-laki itu tetap setia melipat tangannya, tidak memedulikan. Dia malah mencebik.
"Papa suriuh aku pulang cuma buat acara kenalan nggak penting begini?"
"Jangan pernah sebut apa yang Papa suruh ini nggak penting!" Sudibja membentak. Amarta yang berada di sampaing putranya mengusap pundak Yugo menyuruh agar anaknya diam tidak melanjutkan perdebatan.
Detik berikutnya Sudibja memikit pelipis. "Harusnya masih ada satu lagi anakku. Junior," jelas pria itu dengan nada kurang senang. "Dia si Bungsu yang paling sudah diatur. Umurnya sudah mau 20, tapi kalau kamu lihat kelakuannya nggak ada beda dengan anak TK, jangan kaget."
Gadis berkulit pucat dengan mata sendu itu akhirnyya bisa sedikit melengkungkan bibir ketika Sudibja membahas Junior.
"Pa, kita harus makan." Amarta berujar dingin, sekan sudah muak berkenalan dengan Maheswari.
Sudibja tampak jelas sedang berusaha untuk mengakrabkan mereka yang ada di ruang makan ini. Meski sikap Amarta dan Yugo dingin, dua terus membuat Mahes bisa nyaman.
"Ini Mahes, orang tuanya dulu teman akrab Papa. Bahkan, kalau bukan karena ibunya Mahes, Papa nggak mungkin bisa sampai di titik ini."
Amarta mendengkus. "Papa, udahlah berhenti mengagungkan jasa orang yang nggak seberapa. Toh, anaknya juga sadar, kok, kalau orang tuanya cuma punya jasa kecil."
Mahes semakin tidak berani bicara. Di jamuan makan siang itu, dia tahu kalau keluarga ini tidak menyukainya.
*
Selesai makan siang, Sudibja menyuruh Asih untuk merngurus gadis kecil tersebut. Dengan senang hati Asih melakukannya Dia punya anak di kampung yang umurnya tidak jauh dengan Mahes, mengurus anak ini sama saja seperti mengurus anak sendiri.
"Bi Asih sudah lama kerja di sini?" Mahes baru selesai mandi, rambutnya yang basah sedang dihanduki Asih selanjutnya disisir dengan lembut.
"Bibi sudah lama kerja di sini, Non."
"Biasanya, kerjaan Bibi di sini apa?"
Asih menggumam sejenak sebelum menjelaskan. "Biasanya Bibi beresin rumah sama periksa di dapur stok makanan apa yang habis. Kalau kerjaan yang lain, ada yang pegang, Non."
Mahes tidak meraa dirinya diangkat sebagai anak di sini. Dia akan ebih tahu diri.
"Kalau gitu, besok saya bantuin Bibi kerja, ya?'
"Eh, jangan." Asih menepuk pelan bahu Mahes. "Kerjaan Bibi, itu urusan Bibi. Bibi di sini sudah ada gaji, Non."
"Tapi, saya nggak tahu harus ngerjain apa, Bi. Di rumah ini. Minimal kalau bantuin Bibi dulu, saya ada guna."
Asih terkekeh. "Non Mahes itu kata Pak Dibja mau diangkat anak, bukan jadi pembantu. Lagian, pembantu di rumah ini sudah ada banyak, Non. Kita benran nggak perlu dibantu lagi."
"Tapi ...." Mahes masih mendebat Asih, "saya lihat istri dan juga anaknya Pak Sudibja nggak suka dengan saya, Bi. Saya takut tinggal di sini."
"Bu Amarta itu memang sedikit galak. Tapi, tetap Pak Dibja yang punya kuasa di rumah ini. Pokokntya selama Pak Dibja baik ke Non, nggak akan ada yang berani usik, Non."
"Kalau anaknya, Bi?"
"Den Yugo sudah punya rumah sendiri. Dia jarang ada di rumah ini. Nggak perlu khawatir."
Mahes mengangguk pelan. "Kalau Junior itu, Bi?"
"Itu anak yang paling sering buat masalah, tapi Bibi paling sayang dengan dia. Nanti kalau kamu ketemu Den Junior, pasti kesal sendiri. Tapi, jangan khawatir dia aslinya baik, kok."
Mahes tersenyum lega. Setidaknya setelah rasa duka yang masih tersisa karena ditinggal ibunya dan harus hidup sebatang kara, Mahes masih bisa menemukan orang yang baik hati padanya.
Asih merasa sudah selesai mengurus Mahes, dia menyarankan pada gadis itu untuk istirahat saja kalau tidak ada yang dikerjakan kemudian dia pergi.
Mahes yang sendiri di kamar memilih untuk menyusun barang-baragnya di nakas. Sudibja bilang dia tidak perlu menyimpan barang yang sudah kumuh, besok semua akan dibelikan yang baru.
Beberapa barang peninggalan ibunya tidak bisa dia tinggalkan walau sudah kumuh. Mahes menyusunnya di nakas. Selesainya, dia tidur karena kelelahan.
Beberapa jam kemudian, Mahes yang bosan di kamnar memilih keluar, siapa tahu bisa bantu Asih.
Kaki kurus gadis itu melangkah menuruni anak tangga, begitu berada di lantai bawah, dia mencari keberadaan pembantu yang baik tadi.
"Kamu!" Suara laki-laki mengejutkannya hingga Mahes menoleh. "Ambilin gue minum, dong!"
"Saya?"
"Iya." Pemuda itu menjatuhkan tubuhnya di sofa. "Ambilin air dingin, buruan gue haus!"
Mahes bukannya tidak mau ambilkan. Dia cuma bingung kulkasnya ada di mana.
"Astaga!" Pemuda itu kesal. "Lo pembantu baru ya, di rumah gue! Kulkas sama dapur aja nggak tahu."
"Saya bukan pembantu."
"Lah, terus siapa lo? Maling apa setan gentayangan?"
Cari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begitu. Nesta yang butuh uang buat hidup, makan, dan beli kuota untuk nonton drama, nyatanya sering ditolak jadi karyawan lantaran pendidikannya yang cuma SMA. Ditambah lagi tinggi badan cuma 155 cm--pendek-- bikin makin susah cari kerja. Satu-satunya perusahaan yang mau terima Nesta adalah PT Taruna, itu pun cuma sebagai office girl alias tukang bersih-bersih. Oke, deal. Butuh uang halal apa saja dilakoni. Eh, apesnya dapat bos sombong minta ampun, baru sehari kerja Nesta dipecat. Kira-kira, jurus apa yang Nesta pakai biar bisa tetap kerja di sana?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
WARNING 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! AREA DEWASA! *** Saat kencan buta, Maia Vandini dijebak. Pria teman kencan butanya memberikan obat perangsang pada minuman Maia. Gadis yang baru lulus SMA ini berusaha untuk melarikan diri. Hingga ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata seorang CEO. "Akh... panas! Tolong aku, Om.... " "Jangan salahkan aku! Kau yang memulai menggodaku!"