/0/8360/coverbig.jpg?v=272cac70e98b9c9b9feb65a6fa474066)
Kesalahan satu malam membuat kehidupan remaja Rindu Anastasya berubah. Di umur yang masih muda ia harus mengandung dan Leonel yang harusnya bertanggung jawab tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Kenyataan pahit itu membuat Rindu frustrasi hingga berniat mengakhiri hidupnya. Beruntung Awan yang adalah anak dari sopir keluarganya bersedia menikahinya. Lima tahun berlalu, Leonel kembali dan baru menyadari bahwa dia sudah kehilangan banyak karena keegoisannya. Leonel ingin kembali pada Rindu yang saat itu sudah menjadi istri Awan. Akankah Rindu memaafkan Leonel dan lebih memilih mantan kekasihnya daripada Awan, suaminya?
Desahan napas memburu, terus beradu di sebuah ruangan yang hanya mendapat penerangan cahaya dari lampu tidur.
Di sana, di atas ranjang yang berada di tengah ruangan, terdapat dua insan yang sedang bergumul, bercum*bu, menyalurkan has*rat yang menggebu.
"Leonel ...."
Erangan si gadis semakin menggila ketika Leonel menciumi dadanya secara bergantian, kompak dengan tangan yang mere*mas bagian itu.
"Kau sangat indah, Rindu," rancau Leonel dengan pandangan berkabut. Tangannya bergerak turun, perlahan, menyusuri tubuh mulus sang gadis. Ketika sudah menemukannya, pemuda itu mengelus lembut, memainkan dengan sangat ahli, seolah-olah sudah sangat berpengalaman, padahal usianya baru menginjak 18 tahun.
Ya, 18 tahun.
Malam ini adalah malam prom, malam perayaan kelulusan mereka sebagai siswa sekolah menengah atas. Di saat teman-teman seangkatan mereka merayakan malam kelulusan di ballroom, Leonel sengaja menarik sang pacar ke salah satu kamar di hotel yang sama dengan tempat acara prom. Lalu, melakukan perbuatan yang belum pantas mereka lakukan.
"Oh, tidak Leo ... aku ... aku ingin meledak." Gadis itu menggigit bibir bawah, matanya terpejam, bersiap menjemput puncaknya.
"Jangan dulu Sayang, tunggu aku."
Leonel tidak membuang-buang waktu. Erangan Rindu semakin menggila, membuat Leonel semakin bersemangat dan bergairah. Ia ingin memberikan banyak kenikmatan untuk sang pacar. Semakin banyak Rindu mendapat kenikmatan, semakin puas Leonel dibuatnya. Rindu begitu cantik, begitu menggoda dengan wajah malu-malunya. Apalagi ketika pacarnya itu menggigit bibir bawah, rasanya Leonel ingin menggantikan gigi-gigi itu.
Leonel terus bergerak mengikuti pusaran gairah, sampai menemukan tubuh gadis di bawahnya melengkung disertai lenguhan panjang, pertanda Rindu sudah mencapai puncak. Ia pun tidak ingin kalah, ia mengejar kepuasannya sendiri hingga merasakan sesuatu seperti meledakkan tubuhnya.
Leonel ambruk, tubuhnya yang berkeringat terkulai di atas tubuh rindu, napasnya terengah. "Terima kasih Rin, ini luar biasa," gumamnya terengah di balik ceruk leher Rindu.
Entah berapa lama keduanya tenggelam dalam lautan kenikmatan, sampai terdengar nada lirih itu terdengar.
"Leo, em ... barusan kau mengeluarkannya di dalam?" tanya Rindu seperti baru menyadari sesuatu. "Aku takut ...."
"Jangan takut," sela Leonel seraya menjauhkan wajahnya agar bisa menatap manik mata hazel itu. Ketika tatap mereka bertemu ia kembali berkata, "Aku pasti bertanggung jawab."
***
"Uweekkk ... uweekkk ...."
Pagi ini Rindu kembali memuntahkan isi perutnya. Sudah beberapa hari ini ia merasakan pusing dan mual di pagi hari. Yang membuatnya semakin heran, entah mengapa tubuhnya mudah sekali lelah. Naf*su makannya menjadi berkurang hingga tidak bersemangat melakukan apa pun.
Liburan kelulusan sekaligus menunggu ijazah keluar tinggal beberapa hari lagi akan berakhir. Sesekali ia dan teman-temannya, juga Leonel bertemu di coffee shop langganan mereka, menikmati sisa-sisa kebersamaan karena sebentar lagi akan berpisah.
Ya, beberapa teman Rindu akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri termasuk Leonel. Sementara ia sebagai putri sulung seorang dekan, sudah ditentukan akan melanjutkan sekolah di universitas di mana ayahnya bekerja.
Rindu juga sebenarnya berat berpisah dengan Leonel. Ia ingin selalu berada di dekat sang pacar, ia takut Leonel meninggalkannya. Atas alasan itu, Leonel berhasil membujuknya di malam prom. Mengatakan kalau perbuatan terlarang mereka di malam itu sebagai bukti cinta sekaligus pengikat hubungan mereka.
Saat sedang memikirkan perbuatan terlarangnya bersama Leonel dan juga keanehan dalam tubuhnya, tanpa sengaja Rindu melirik kalender. Perlahan mendekati nakas, mengambil kalender duduk di sana. Matanya sontak diantar ke tanggal hari ini, lalu membalik lembaran kalender ke bulan lalu, mengingat kembali ke tanggal terakhir kali ia mendapat tamu bulanan.
Seketika itu juga Rindu tersentak, terduduk di kasur. Pikirannya nyalang, memikirkan satu kemungkinan yang kemudian membuat tubuhnya gemetar.
"Tidak! Itu tidak boleh terjadi," gumamnya seraya menyentuh perutnya yang rata.
Hari ini tepat lewat dua minggu dari tanggal biasa ia mendapatkan tamu bulannya. Rindu bisa saja menganggap ini wajar karena memang setiap bulan tanggal menstruasinya berubah-ubah,akibat siklus yang tidak lancar.
Iya, Rindu bisa menanggapi dengan tenang jika saja ia tidak pernah berpacaran melewati batas dengan Leonel.
Sebagai siswi yang mengambil jurusan sains sewaktu di sekolah menengah atas sekaligus menjadi calon mahasiswi kedokteran, Rindu paham betul resiko dari perbuatan terlarangnya bersama Leonel. Meskipun mereka hanya melakukan sekali.
Kecurigaan itu membuat Rindu gelisah, ia lantas memesan alat tes kehamilan lewat online. Tidak tanggung-tanggung, Rindu memesan tujuh alat tes kehamilan dengan merek yang berbeda.
Setelah pesanannya datang, Rindu segera berlari menuju kamar mandi dalam kamarnya. Ia duduk di atas kloset. Jantungnya seketika berdebar. Dengan tangan gemetar, perlahan ia membuka bungkusan tadi lalu membaca petunjuk pemakaiannya terlebih dahulu.
Kini tangan kanan memegang benda kecil berwarna putih yang berisi garis strip warna merah dari bungkusan tadi, sedangkan tangan kiri memegang gelas ukur lab yang juga dipesannya via online. Gelas itu sudah berisi urine miliknya. Rindu menelan ludah beberapa kali. Jantungnya sudah berdegup semakin kencang. Dengan memicingkan mata, ia mencelupkan alat tes itu ke dalam gelas urine, harap-harap cemas menunggu hasilnya.
Rindu melebarkan mata begitu dua garis merah muncul pada alat tes itu. Jantungnya serasa berhenti berdetak saat itu juga. Kepalanya seketika pusing.
"Tidak Rin, kamu harus rileks. Inheal ... exheal ... inheal ... exheal," gumamnya menenangkan diri sendiri. "Kita coba lagi, ini pasti ada kesalahan pada alatnya tadi. Ya, alatnya pasti salah tadi."
Bergegas Rindu mengambil bungkusan merek lain dari kantung yang sama, lalu melakukan hal yang sama. Ia berdecak begitu melihat hasilnya. Lalu mencoba lagi dengan merek lain. Begitu berulang sampai tujuh kali dengan alat tes dari merek yang berbeda, tetapi hasilnya tetap sama. Dua garis merah, tanda + , dan tulisan yes.
Rindu sangat mengerti artinya. Ingin rasanya sekarang ia menjerit, menangis, dan marah. Namun, marah pada siapa? Bukankah ini adalah hasil dari perbuatannya sendiri.
Dengan pikiran kacau, Rindu hanya bisa terduduk lemas di kloset, butiran bening pun mulai mengalir di kedua pipi mulus itu.
"Aku hamil. Apa yang harus aku lakukan?"
***
"Apa?" pekik Leonel. "Kok bisa sih, Rin?" pemuda itu mencengkeram kedua lengan Rindu yang sedang duduk di bangku yang ada di tengah-tengah taman.
Siang ini, Rindu memutuskan untuk memberitahu pemuda yang menyebabkan kehamilan ini terjadi padanya. Mereka memilih berbicara di taman dekat perumahan Rindu karena pusing dan mual membuat Rindu tidak kuat berpergian jauh.
"Aku juga nggak tahu, aku nggak mikir kalau bakalan begini jadinya." Rindu meremas jemari sembari terus meneteskan air mata.
Pemuda itu melepaskan cengkeraman tangannya, lalu berdiri memunggungi Rindu sambil menjambak rambutnya sendiri. "Aarrggghh, sial!" umpatnya. "Kenapa bisa begini, sih? Padahal aku sudah mengikuti metodenya." Leonel mengusap wajah dengan gusar kemudian mendekati Rindu kembali, bersimpuh di depan gadis itu. "Terus mau kamu gimana sekarang?" Dengan lembut meraih tangan Rindu, lalu menggenggamnya.
Mata sembab Rindu menatap Leonel dengan sendu. "Aku cuma ingin kamu tanggung jawab seperti yang kamu janjikan malam itu."
"Tentu aku akan tanggung jawab, kamu mau aku tanggung jawab seperti apa?" tanya Leonel lembut sembari mengecup tangan Rindu yang ada dalam genggamannya.
Pertanyaan Leonel membuat dahi Rindu mengernyit dalam. Tanggung jawab seperti apa katanya?
"Tentu saja menikahiku. Aku mau kita menikah secepatnya!"
"Menikah?" Sepasang manik hijau itu membulat, sontak melepaskan tangan Rindu dan berdiri. "Kita pasti menikah Rin. Aku pasti akan menikahimu, tapi tidak sekarang!"
"Terus, kapan?" Rindu mulai terdengar tidak sabar.
"Kita masih muda Rin, belum dewasa. Belum saatnya memikirkan anak. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan. Aku masih ingin kuliah dan menggapai cita-citaku."
"Terus kamu pikir aku juga tidak menginginkan semua itu!" Wajah cantik itu mengeras, semakin emosi pada pemuda di depannya. "Apalagi aku, Ayah sudah mendaftarkanku ke fakultas kedokteran sesuai impianku."
"Maka dari itu kita jangan memikirkan pernikahan dulu." Pemuda tampan itu kembali bersimpuh di hadapan sang pacar, menatapnya dengan wajah memelas.
"Lalu gimana? Kamu enak nggak ada bekasnya, sedangkan aku, perutku semakin lama semakin membesar, mana bisa disembunyikan lagi." Air mata kembali meleleh tanpa mampu dicegah. Rindu menangis lagi.
"Kita bisa cari cara lain ...?" Dua alis Leonel terangkat ketika tatap mereka bertemu.
"Cara apa?"
***
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
CERITA DEWASA GARIS KERAS! Ketika seorang mafia yang keji menaruh dendam pada wanita yang pernah dia cintai karena sebuah penghianatan. Sebuah jerat licik dia persiapkan untuk menghancurkan keluarga kecil dari wanita yang dia cintai itu tanpa rasa iba. Akankah Amanda sanggup mengalahkan arogansi dan kekejihan seorang Dominic Rodrigues. Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda harus kembali datang menemui Dom untuk membayar hutang suaminya atau kalau tidak Dom akan kembali memotong jari suami Amanda satu-persatu. "Puaskan aku, aku tidak mau kau hanya berbaring dan tertelungkup seperti batu!" "Ini hanya se*x kita tidak bercinta!" tegas Amanda. "Terserah apa yang kau ucapkan!" Cerita ini akan mengandung banyak misteri, dendam, kebencian dan plot yang kupastikan tidak akan bisa ditebak oleh pembaca. Rasakan sensasi membaca cerita roman dewasa yang lebih menantang. Siapkan jantung yang sehat! (Aku hanya akan menulis cerita dengan karakter wanita-wanita yang tangguh, karena aku ingin semua wanita menjadi hebat!)
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.