/0/8990/coverbig.jpg?v=64cd0f03ba68707d3b632d2412571d0c)
Bb
Selama 17 tahun hidup luntang lantung di jalanan, tidak ada keluarga dan saudara. Sendiri tanpa ditemani, kesehariannya ialah sebagai penyanyi jalan dan penjual koran. Namun itu dulu dan sekarang dia memiliki tempat tinggal. Entahlah harus bersyukur atau tidak karena kini dia tinggal di sebuah tempat haram. Mimpi buruk baginya dia bisa terjebak di tempat seperti ini.
Dia masih ingat bagaimana dirinya bisa terjebak di tempat ini, saat itu ketika usianya 17 tahun tepat pada hari ulang tahunnya. Dia hampir saja di jadikan lelangan oleh orang jahat, sebenarnya ini sering terjadi. Namun beruntungnya dia selalu saja lolos, tapi tidak untuk saat itu.
Wajahnya yang cantik, berkulit putih, hidung mancung dan tubuh yang tinggi membuat semua orang ingin memilikinya, terlebih lagi dengan memiliki wajah percampuran orang luar. Semua orang memberikan harga tinggi untuk dirinya, jujur saja saat itu dia ingin kabur. Namun dia takut dengan ancaman para penjaga yang akan membunuhnya.
"Diamlah, atau kami akan menghabisi kamu," ucap seorang pria bertubuh besar dan tinggi dengan pakaian hitam. Tangan pria itu menyentuh pipi Kana dengan kasar.
Air mata kini tidak bisa ditahan lagi, lolos dan mengalir hingga make up yang berada di wajahnya luntur perlahan.
"Jangan menangis, cepat naik ke panggung dan duduk di atas kursi itu," kata pria tadi dengan mendorong tubuh Kana.
Hampir saja dia tersungkur jika tidak menjaga keseimbangannya. Matanya yang Indah sangat takut menatap seluruh orang yang berada dihadapannya. Kana yakin orang-orang itu ialah yang akan mengikuti pelelangan dirinya.
Datanglah seorang perempuan dengan pakaian sangat ketat hingga bentuk tubuhnya terlihat jelas.
"Selamat malam semuanya, apa kalian sudah siap untuk gadis ini. Namanya adalah Kana, dia cantik bukan? Masih tersegel dan kita bisa lihat kalau Kana memiliki wajah blasteran. Saya akan memulai pelelangan ini, mulai dari harga 50 juta."
Kana membulatkan matanya, semurah itukah dirinya. Namun seberapa mahal pun dia bayar, harga dirinya tidak akan bisa dibeli.
"50 juta," teriak pria tua dengan mengenakan jaket kulit.
"80 juta."
"1 Miliar."
Harga semakin menaik, hingga membuat Kana gemetar ketakutan. Bagaimana jika dia dibeli oleh orang yang sangat jahat.
Semua tidak mau kalah dan terus menaikan harga untuk dirinya. Bagi Kana mereka adalah orang-orang bodoh yang membeli dia, lagi pula setelah di beli Kana telah memilih rencana untuk dirinya agar bisa pergi terbebas dari maksiat ini.
Mulutnya ternganga ketika seorang wanita paruh baya dengan bibir merah merona memberikan harga sangat tinggi untuk dia.
"50 Miliar."
"Wow... 50 Miliar, ada lagi yang berani lebih dari itu?" ucap wanita yang berdiri di samping Kana, wajahnya terlihat bahagia. Senyuman yang mengembang ketika mendengar jumlah yang ditawarkan wanita paruh baya itu untuk Kana.
Semua terdiam, tidak ada yang berani memberikan harga lagi. Itu artinya dia akan jatuh ke wanita paruh baya itu. Kana dapat melihat dari wajahnya yang sedikit keriput, dia terlihat seperti orang baik.
"Oke, kami memutuskan untuk berhenti di 50 Miliar. Dan nyonya Jeni lah yang memiliki hak terhadap Kana."
Semua bertepuk tangan namun tidak bisa dipungkiri jika wajah mereka murung karena tidak bisa memiliki Kana.
Acara lelangan selesai karena Kana lah menjadi orang yang terakhir untuk di lelang. Dan kini dia sedang menunggu wanita tadi yang membeli dirinya, tidak lama kemudian wanita itu datang. Dan dia hanya bisa melihat dari balik jendela, wanita itu sedang berbincang sesuatu dengan pria besar yang tadi mengancamnya.
Tidak bisa dengar apa yang sedang mereka bicarakan, karena jarak antara Kana dengan mereka lumayan jauh. Kana terkejut ketika melihat pria itu membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju tempatnya. Sontak dia langsung kembali ke atas ranjang sambil menangis, air mata yang dikeluarkan hanyalah air mata palsu.
Ceklek!
"Cepatlah keluar, hapus air matamu Kana."
Kana melirik takut pria itu, dia mengangguk dan berjalan keluar. Langkahnya berada di belakang tubuh pria besar itu. Dia masih teringat jelas kalau nama pria itu tidak salah Bryan.
Langkahnya terhenti dimana wanita yang membelinya itu berdiri.
"Jeni, ini Kana. Dia sekarang menjadi milik kamu, bawalah dan lakukan sesuka hatimu."
"Terimakasih, kamu boleh pergi Bryan tinggalkan kami berdua, karena saya ingin berbicara dengan perempuan ini."
Bryan mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan Kana dengan wanita yang bernama Jeni itu.
Sedikit rasa takut menyelimuti dirinya, tatapan Jeni membuat tubuhnya gemetar dan wajahnya kini berubah pucat.
"Hai Kana, tidak usah takut dengan saya. Ayo ikut pulang!" ucapnya berjalan lebih dulu meninggalkan Kana di belakang.
Kana mengikuti langkah Jeni, dan dia masuk ke dalam mobil hitam. Pertanyaan Kana hanya satu, uang Jeni sepertinya sangat banyak. Buktinya diantara orang-orang tadi yang membelinya, hanya Jeni yang memberikan harga sangat besar. Dan mobil yang Jeni miliki tentu bukan mobil murah.
Selama dalam perjalanan, mata Jeni terus saja menatapnya dengan lekat. Tentu saja Kana menyadari itu, dia mencoba membuka suaranya dan mengumpulkan keberanian untuk bertanya dengan Jeni.
"Kenapa?" tanya Kana.
"Tidak apa-apa, wajahmu sangat cantik," jawab Mami Jeni.
Mendengar jawaban Jeni membuat Kana takut, apa yang akan dilakukan oleh wanita tua ini. Apa dia akan menjadikan Kana seorang pelacur atau apa?
"Apa yang akan kau lakukan kepadaku?" tanya Kana dengan gugup. Karena rasa penasaran semakin besar, membuat Kana terpaksa bertanya lagi dengan Mami Jeni.
"Lihat saja nanti."
***
Kini mobil Mami Jeni berhenti di sebuah club, sangat ramai pengunjung sehingga membuat Kana menelan salivanya.
Dia takut sesuatu buruk akan terjadi padanya, sedangkan Jeni memintanya untuk masuk ke dalam club tersebut.
"Kita mau apa?"
"Cepatlah masuk, jangan buat aku marah!" jawab Mami Jeni.
Kana mengangguk dan masuk ke dalam club, namun dia terhenti disebuah ruangan dan sebelum itu mereka melewati sebuah lorong. Pintu yang menghubungkan lorong tadi terdapat tulisan.
"Khusus yang bersangkutan," gumamnya. Sejak tadi dia terus saja bergumam dalam hati.
"Ini kamar saya dan sebelahnya kamar kamu."
"Terimakasih Mami Jeni, aku akan masuk ke kamar sekarang," jawab Kana. Dia ingin cepat-cepat masuk ke dalam kamar dan beristirahat. Tatapan Mami Jeni selalu saja membuatnya takut, apalagi tempat tinggalnya saat ini.
Jika waktu bisa diputar, Kana lebih memilih berlari dari acara pelelangan itu dan tinggal kembali di jalanan ketimbang di tempat penuh maksiat seperti ini.
"Tunggu!" Mami Jeni berteriak membuat langkah Kana terhenti.
"Kenapa?"
"Kau akan tidur bersamaku."
Tubuhnya mematung seketika, kalimat yang membuatnya dia terkejut dan bisu akan kata-kata. Mengapa Jeni berbicara seperti itu, pikiran buruk Kana terhadap Mami Jeni kini telah ada.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!