/0/9360/coverbig.jpg?v=f6956a94124eb4c000241c3c39e01130)
Sejak kematian sang Ayah, Aletta tinggal bersama Paman Sam. Pria dewasa itu menjaganya dengan baik. Membuat Aletta diam-diam tertarik. Merawat gadis menawan seperti Aletta terasa berat bagi Samudera. Bukan karena keponakannya nakal atau merepotkan, hanya saja ... kadang-kadang, dia mulai goyah dan tergoda. Meski sama-sama memiliki pasangan dan berstatus paman-keponakan ... perasaan terlarang itu jelas ada. ___ -NNA27- Pict by Freepik. Edit by AddText. Free for commercial use.
"Sudah kubilang aku tidak ingin diganggu!" Samudera membentak begitu seseorang membuka pintu ruangannya.
Dia sudah memperingatkan pada Kayla untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke ruangannya hari ini. Tapi, bagaimana bisa ada orang yang lancang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu?
"Paman Sam!" Suara nyaring perempuan remaja itu membuat Samudera mengalihkan pandangan.
Begitu menemukan Aletta, keponakannya berdiri di ambang pintu, pria itu sedikit menganga. Beberapa saat kemudian mencoba kembali fokus pada komputer di hadapan.
Dia Aletta Prasaja. Keponakan atau yang orang bahkan anggap putrinya sendiri. Sebab sejak kematian Ayahnya, perempuan cantik itu tinggal bersamanya.
"O-oh ... kau." Pria berambut sedikit pirang itu menyahut singkat.
"Kenapa tidak pernah pulang? Aku menunggumu dari dua hari yang lalu," tanya perempuan cantik dengan dress putih tulang selutut itu dengan nada merajuk.
"Aku sedang sibuk. Memangnya kenapa kau mencariku? Uang jajanmu habis?" tanya Samudera tanpa mau menatap wajah perempuan itu yang kini mulai duduk di atas meja kerja.
"Memangnya aku hanya boleh menemuimu saat uang jajanku habis?!" tanya perempuan itu balik sambil mendengkus sebal.
"Perhatikan rokmu, Aletta!" tegur Samudera sambil melotot galak.
Aletta menyengir tanpa dosa sambil segera memperbaiki dress bagian bawahnya yang tersingkap saat naik ke atas meja tadi. Berikutnya, perempuan itu menggeser tubuh hingga tepat berada di meja depan pamannya.
"Let's go home, Uncle!" pinta Aletta sambil meraih kedua bagian pipi sang paman kemudian mencubitnya gemas.
Samudera mendengkus, tapi tak ayal segera berdiri kemudian mengangkat tubuh mungil perempuan itu.
"Baiklah, ayo kita pulang!" jawab Samudera sambil menurunkan Aletta ke lantai.
"Oh iya, aku juga ingin mengenalkan seseorang. Dia sedang menunggu di rumah," sahut perempuan itu begitu teringat sesuatu.
"Siapa?"
"Kekasihku. Aku ingin Paman melihatnya. Apakah dia cocok denganku atau tidak," jawab perempuan itu sambil tersenyum gembira.
Sejenak, pria dengan setelan jas abu itu mematung. Beberapa saat kemudian, memberikan seulas senyum singkat.
"Baiklah. Mari kita lihat dia," timpal Samudera lirih.
'Pria seperti apa yang berani mengambil hati gadisku,' sambung Samudera dalam hati.
***
"Perkenalkan, Om. Saya Revano, pacarnya Letta." Samudera bersedekap dada sambil memandangi pemuda di depannya yang tampak gugup.
Mungkin merasa terintimidasi oleh tatapan penuh selidiknya. Berbanding terbalik dengan Aletta yang malah sibuk memakan es krim pemberian Pamannya di jalan pulang tadi.
"Punya apa kamu sampai berani memacari keponakan saya?" tanya Samudera cepat.
Aletta mengerjap. Apa pertanyaan pamannya tidak terlalu berlebihan? Setahu Aletta, pertanyaan semacam itu lebih banyak diajukan oleh seorang Ayah kepada calon suami putrinya.
"Ayah saya punya perusahaan penerbitan buku dan percetakan, Om. Ibu saya juga sedang merintis usaha kuliner di Bali," jelas pria sipit itu percaya diri.
"Saya tidak menyuruh kamu untuk memamerkan kekayaan orangtuamu. Saya tanya apa yang kamu punya," sanggah Samudera sinis.
Revano mendadak gelagapan. "R-rumah dan mobil mewah?" sahut pria itu ragu sambil menggaruk tengkuk bingung.
"Dibelikan orangtuamu juga?" tebak Samudera tepat sasaran.
Revano mengangguk semakin kikuk. Mendadak, atmosfer di ruangan itu terasa dingin dan menegangkan.
"Jangan dekati Aletta jika kamu hanya bisa memberikannya harta, yang itu pun milik orangtuamu. Saya juga bisa memberikannya, bahkan lebih dari yang kamu dan orangtuamu mampu." Samudera menegur tegas.
Mata tajamnya menatap dingin pria sipit itu sekali lagi.
"Jangan harap bisa membeli keponakan saya dengan uang," pungkasnya sambil tersenyum smirk.
Aletta sudah akan protes begitu melihat wajah keruh sang kekasih. Tapi, Samudera lebih dulu berdiri kemudian berlalu pergi.
"Bagaimana bisa aku lepas darinya jika dia terus begini?" gumam Aletta murung.
Pria itu mungkin memang tidak sadar, tetapi seharusnya dia sedikit memudahkan Aletta. Sangat sulit menghindari perasaannya pada Samudera jika pria itu terus menghalanginya memiliki kekasih.
***
"Ck ... gadis nakal itu!" Samudera memaki sekali lagi begitu menenggak minuman di tangannya.
Suara musik kelewat keras juga perempuan yang menari di lantai dansa tidak mengusik perhatiannya. Tapi, pikirannya jelas sedang kacau begitu pria itu berakhir di sini.
"Kenapa? Keponakan cantikmu itu berulah lagi?" tanya Genta---sahabat, rekan kerja sekaligus satu-satunya orang yang mengetahui perasaannya pada Aletta.
"Iya," jawab Samudera sambil terkekeh getir.
Pria itu memandangi gelas kosong di tangannya dengan mata sayu. Kesadarannya sudah hampir habis ditelan minuman tadi.
"Dia melakukan apa lagi, huh?" tanya Genta yang merasa lucu karena pria dewasa yang masih gemar patah hati di sampingnya.
"Tadi dia menjemputku ke kantor. Kukira karena rindu, rupanya dia ingin mengenalkan kekasih barunya padaku." Samudera mulai bercerita terang-terangan.
Bukannya berusaha menyemangati, Genta malah tertawa geli. "Lalu?" tanya pria berkacamata itu tampak bersemangat.
"Tentu saja aku mengatainya dengan kalimat kejam. Dan Aletta marah padaku," sambung pria bertubuh kekar itu sambil menghela napas berat.
Seharusnya, sejak awal, Samudera memang tidak membiarkan perasaannya tumbuh sebesar dan sejauh ini. Dia harus ingat bahwa perempuan yang diam-diam digilainya itu adalah keponakannya sendiri. Usia mereka pun terpaut jauh.
Aletta juga pasti hanya menganggap Samudera tidak lebih sebagai paman yang merangkap Ayahnya. Tapi, sekeras apa pun menyangkal, semakin Samudera merawat dan menyaksikan pertumbuhan perempuan manis itu, semakin besar pula perasaan yang dimilikinya.
Perasaan terlarang yang perlahan mulai membuatnya frustasi setengah mati.
"Apa sekarang aku sudah terlihat seperti pedofil?" gumam Samudera sambil memandang kosong perempuan berpakaian terbuka di lantai dansa.
Bahkan, matanya mulai buta pada perempuan mana pun. Seluruh atensinya hanya tertuju pada Aletta. Perempuan yang bahkan baru lulus SMA tahun lalu.
"Eh, bukannya itu Aletta?!" Genta berucap heboh sambil menepuk lengan Samudera.
"Kau jangan mengada-ada! Tidak mungkin makhluk polos itu bermain ke tempat seperti ini," sahut Samudera jengkel sambil menepis tangan sahabatnya.
"Aku tidak mungkin salah lihat, sialan! Lihat! Lihatlah ke arah sana!" bantah Genta emosi sambil menunjuk pada seorang perempuan dengan gaun merah menyala seksi.
Perempuan itu tampak bermake up tebal. Matanya memandang sekitar linglung sambil menutupi dadanya yang sedikit terbuka karena baju terlarang itu.
Meski kesadaran Samudera sudah hampir habis, tentu saja dia mampu mengenali bahwa perempuan itu memang benar Aletta. Tanpa pikir panjang, pria itu berdiri dan melangkah cepat menghampiri sang keponakan.
"Aletta!" panggil Samudera dengan nada menakutkan di tengah suara musik yang kencang.
Tentu saja perempuan itu tidak mendengarnya. Hanya saja, dari cara pria itu memanggil saja, Genta sudah tahu akan ada hal yang terjadi setelah ini.
"Sedang apa kau di tempat ini, sialan?!" Aletta mengerjap terkejut begitu seorang pria berdiri di depannya dengan suara menyeramkan.
Begitu mendongak, mata memerah dengan wajah penuh amarah Samudera terpampang di depannya.
"P-paman ...."
"Pulang sekarang atau kau tidak usah pulang lagi ke rumahku." Nada dingin dan sarat ancaman itu membuatnya memejamkan mata takut.
Matilah Aletta setelah ini!
Sepertinya, predikat pekerja paling kurang ajar jatuh pada Alea Anderson. Lagipula, bawahan jenis apa yang berani menampar bosnya di hari pertama bekerja?! Antares Zelardo selaku korban penamparan, tentu saja tidak tinggal diam. CEO arogan yang sudah Alea cap 'iblis' tersebut, punya banyak cara untuk membalas dendam atas tamparan 'manis' yang diterimanya. Sial, dengan bodohnya Ares malah jatuh pada pesona Alea. Namun, ketika menyadari alasan perempuan itu berada di dekatnya, perasaan cintanya bercampur banyak kecewa dan amarah. Alea dan Ares ... diam-diam mulai berlomba saling menghancurkan.
"Ayo cerai, Nona Hanzie!" "Sebentar lagi, tunggu rencanaku selesai." "Hm, selingkuhanku pasti lelah menunggu." *** Yutaka dan Arabella menikah karena alasan klise bernama perjodohan. Tapi, di balik itu semua, si pria playboy dan perempuan karir itu sudah membuat perjanjian sebelum menikah. Salah satu perjanjiannya, yakni pernikahan mereka yang hanya akan bertahan sampai enam bulan. Sayangnya, karena tinggal bersama, Yuta dan Ara mulai memakan omongan mereka sendiri. Benih-benih cinta tumbuh meski terhalang gengsi dan komitmen mereka sendiri. Di saat Ara sudah berniat mengakui perasaannya, masa lalu Yuta hadir dan mengacaukan keadaan. Terlebih, tempo pernikahan mereka yang sudah habis membuat Yuta bimbang. Akankah mereka berpisah seperti yang selama ini keduanya harapkan?
Kehidupan rumah tangga Vee dan Damar harus berakhir ketika dirinya mengetahui perselingkuhan suaminya dengan asisten rumah tangga mereka. Bercerai dengan Damar bukan berarti permasalahan telah selesai. Vee mendapatkan teror dari istri baru suaminya dan mengakibatkan dia harus kehilangan orang yang paling disayang. Vee tidak tinggal diam. Dibantu sahabatnya, dia mengungkap kejahatan istri baru mantan suaminya hingga membuat Damar yang tadinya tidak mempercayai ucapan Vee menjadi berbalik percaya. Bagaimana cara Vee mengungkap semua kejahatan mantan asisten rumah tangga yang kini telah menjadi istri Damar? Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Damar saat mengetahui kebenarannya?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.