Riko mempunyai seorang sahabat yang bernama Reno, ia adalah seorang pria gendut yang selalu mendapat penolakan oleh perempuan, tapi ia sering sekali pergi ke bar untuk bisa melihat perempuan-perempuan yang minim pakaian.
"Okey dah, Bro! Sepertinya apa yang kamu katakan itu, ada benarnya juga. Mungkin itu bisa menghilangkan stresku, tapi kamu itu lho, jangan terlalu sering dong!" ujar Riko pada sahabatnya itu samping menepuk bahunnya menandakan keakraban mereka. Mereka sudah saling mengenal satu sama lain sejak mereka berada dibangku SD, tak ada hari yang mereka lewati tanpa bersama.
Dengan bersemangat, mereka langsung pergi ke sebuah bar, dekat dengan kantor milik Riko. Menggunakan sebuah mobil sport mewah miliknya, dengan hembusan angina, mereka pergi, membuka atap mobil itu. Sahabatnya juga berdiri bagai seorang anak muda yang masih labil, dengan memamerkan ke semua orang sepanjang jalan, bahwa ia sudah berada dalam mobil sport mewah, yang hargannya sampai mencapai angka miliaran rupiah.
Sesampainya di sana, sahabatnya itu langsung turun dari mobilnya dengan loncat tanpa membuka pintu mobil yang kecil dan pendek itu. Dengan lenggak-lenggoknya, ia langsung menyapa semua orang yang ia kenal di luar bar itu. Sedangkan Riko, turun dengan gaya santainya dan terlihat biasa saja, dengan kekayaan yang ia miliki, berbanding terbalik dengan sahabatnya yang sombong, tapi terlihat lucu karena badannya yang terlihat melipat seperti ulat bulu, namun berlenggok seakan dirinya langsing dan sangat tampan.
"Hoi, Bro, udah lama Loe di sini?" tanyanya pada salah satu orang yang berada di sana. Namun, orang tersebut terlihat sangat bingung karena ia bahkan tidak mengenal Reno sama sekali. Riko yang melihat tingkah sahabatnya itu, langsung menarik tangannya masuk ke dalam bar itu.
"Apa'an sih, kamu? Main sapa aja, dia gak kenal kamu sama sekali kok!" sambutnya karena merasa malu dengan sahabatnya itu, tak lama setelah itu sahabatnya juga langsung tertarik pada seorang perempuan yang berjalan di hadapannya, membawa segelas minuman bersoda dan berjalan dengan lenggoknya menunjukkan bentuk tubuhnya.
"Hai, Cewek! Main sini dong sama Abang!" serunya pada perempuan itu, perempuan itu langsung melihat kearahnya dengan mengibaskan rambutnya yang panjang dan indah. Namun, tiba-tiba wajahnya berubah, setelah ia melihat orang yang menyapanya itu, dengan wajah tidak senang, menaikkan alis dan bibirnya.
"Ih, sok kenal deh Loe! Badan melar gitu ngomongnya kayak orang ganteng aja. Ngaca dong, ya!" jawabnya kasar pada Reno. Riko langsung tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang di katakan oleh perempuan itu, sahabatnya itu terlihat malu karena itu dan langsung menepuk bahunya.
"Ketawa kamu! Aku lagi di bully nih, harusnya kamu belain aku, bukannya malah ikutan ngejek dong." Keluhnya pada Riko, ia merasa sedikit marah pada Riko. Namun, itu tidak lama, hanya membutuhkan waktu hitungan detik saja langsung berubah lagi.
"Kamu sih, gak kenal sok sapa! Ini dah balasannya yang kamu dapat hahahha. Yasudahlah, gak masalah. Cari yang lain lagi," ujarnya menasehati sekaligus memberikan semangat pada sahabatnya itu, dengan ucapan, "Cari lagi!".
Sahabatnya itu juga langsung tertawa dan mengajaknya untuk berjalan mengelilingi bar itu karena sesungguhnya Riko tidak pernah masuk sebelumnnya ke dalam bar.
Ia terlihat sangat canggung dengan tempat itu, ia juga terkadang merasa sangat tidak nyaman melihat begitu banyak wanita dengan pakaian minim di sana, bukannya tertarik ia malah merasa rishi dengan hal itu.
Mereka berjalan mengelilingi setiap sisi dari bar itu, semua terlihat sangat aneh baginya, karena tidak pernah masuk. Banyak perempuan lalu lalang di hadapannya, suara musik yang membuat telinganya tidak bisa mendengar suara sahabatnya itu berbicara padanya, melihat banyak perempuan cantik dan terbuka menari dan sesekali menggodanya.
Ia sangat bingung dengan semua hal baru itu, ia haus tapi tidak berani minum, karena ia tidak suka dengan bau minuman alkohol yang tinggi dan sangat pekat itu. Lampu kelap-kelip membuat matanya tetap melihat bayangan lampu itu, walau ia sudah menutup mata, kepalanya juga kian sangat sakit melihat lampu kelap-kelip dan suara musik yang sangat keras dengan volume yang tinggi.
"Reno! Reno! Ayo, pulang! Aku tidak suka dengan tempat ini!" teriaknya mendekatkan mulutnya kearah telinga sahabatnya itu, karena ia takut suaranya tidak didengar oleh sahabatnya itu. Namun, benar saja Reno tidak mendengarnya sama sekali dan terus menggoyangkan kepalanya seturut dengan alunan musiK yang diputarkan, sesekali ia juga menggoda perempuan yang lewat di hadapannya, walaupun ia tidak direspon bahkan sesekali di hina oleh perempuan itu.
"Reno! Ayo, pulang!" teriak Riko dengan suara yang lebih keras lagi, karena ia sudah tidak tahan dengan itu semua, ia langsung menarik Reno keluar dari bar menuju dimana ia memarkirkan mobilnya. Sahabatnya itu sangat bingung dengan apa yang dilakukan oleh Riko.
"Apa'an sih? Kamu kenapa, Bro? lagi asik nih. Ada cewek cantik dan bahenol, Bro. Sini," ujarnya memberitahu Riko bahwa ia melihat cewek cantik di dalam bar itu. Namun, Riko tidak peduli sama sekali dengan hal itu, karena ia memang sangat tidak nyaman dengan tempat itu sama sekali. Ia merasa sangat risih melihat wanita yang menggunakan pakaian, yang menurutnya tidak sopan, apalagi saat mereka berjoget dan tidak memerhatikan apa pun lagi.
Namun, sekali lagi sahabatnya itu bingung melihat seorang perempuan yang sedang berada di pojok di samping sebuah tembok, sepertinya ia sedang bersembunyi dari seseorang, ia terlihat sangat ketakutan dengan orang itu.
Riko juga melihat ada dua orang lelaki berbadan besar dengan wajah seramnya, sepertinya ia adalah seorang preman yang sedang mengejar perempuan yang di lihat oleh sahabatnya itu, tapi pada saat itu Riko belum melihat perempuan itu. Namun, Reno menepuk-nepuk bahu Riko ingin mengatakan sesuatu padanya, Riko malah bingung melihat sahabatnya itu yang terfokus pada sebuah tembok yang berada di sisi ujung di luar bar itu.
"Bro! Bro, itu ada cewek, Bro!" ujarnya mengatakan kalau ia melihat perempuan dan menujuk ke tembok itu, Riko juga melihat ke tembol itu, tapi ia tidak melihat siapapun disana selain hanya tembok.
"Mana sih? Gak ada orang di sana, ayo ah, pulang!" ujarnya sambil menarik tangan sahabatnya itu, berniat untuk segera pulang. Tapi, sahabatnya itu malah menarik kembali tangannya, karena badan sahabatnya itu jauh lebih besar darinya sehingga tubuhnya terikut kearah sahabatnya itu.
"Ada apa sih, Bro? ayo, pulang!" ajaknya sangat malas mengikuti sahabatnya itu, namun mata sahabatnya itu tetap menuju kearah tembok itu.
"Itu ada cewek, Bro. Kasihan kayaknya ketakutan banget." Balas sahabatnya itu dan membawanya kearah tembok itu, dan sesampainya disana, ia sangat terkejut ketika ia melihat seorang perempuan dengan lebam di wajahnya sedang jongkok bersembunyi di balik tembok itu, ia menangis melipat kakinya dan menahan menggunakan tangannya yang panjang.
Saat ia melihat mereka, ia langsung mencoba untuk lagi dari sana karena ia sangat ketakutan, dengan refleks Riko langsung menangkap tangannya.
"Tolong, lepasin aku! Aku gak mau ketemu orang itu lagi, aku benci! Ia menyiksaku!" teriaknya sambil melihat kesisi lain, mencoba untuk melepaskan tangan Riko darinya.