Unduh Aplikasi panas
Beranda / Adventure / PEBINOR CEO (PC)
PEBINOR CEO (PC)

PEBINOR CEO (PC)

5.0
50 Bab
2.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

// Matur conten 21+// Camila Young kehilangan ingatannya. Saat terjaga dari koma, dirinya merupakan tunangan dari CEO perusahaan international milik keluarga bangsawan Alexander Gold. Hingga pernikahan itu terjadi, Camila tak mengenal pria di sampingnya yang mengucap janji suci bersama di atas altar. Di lain sisi, Leo yang merupakan junior bodyguard dari organisasi elit milik perusahaan Group Miracle sedang berkabung karena kematian istrinya, Michele Crafson. Kematian Michele yang tragis menimbulkan banyak tanda tanya bagi Leo. Hingga, dia dibuat terkejut saat melihat istri bosnya yang ternyata sangat mirip dengan istrinya. "Apakah dia Michele?" Novel yang penuh dengan konflik. Menguras emosi dan air mata. Plot twist yang amazing. Pastikan tensi Anda tetap stabil saat membacanya.

Bab 1 DOMINAN CEO

"Lepaskan saya, CEO. Saya sudah bersuami. Anda tidak patut berlaku seperti ini pada saya--" Sambil terisak-isak tangis, wanita itu berusaha bangkit seraya mendorong pria di atasnya. Lirih nada suaranya menegaskan, jika dia sedang sangat ketakutan.

"Diamlah dan nikmati saja. Sudah lama aku menunggu saat seperti ini, saat kamu menjadi milikku," bisik pria di atasnya. Tubuh mereka menyatu tanpa sehelai benang dan berada di tengah ranjang saat ini.

"Tidak! Hentikan--" Wanita itu menangis.

"Diamlah, Sayang. Ini begitu nikmat untuk disudahi," desis pria itu dengan smirk di wajahnya. Detik selanjutnya dia mendorong lebih kuat.

Wanita malang, dia hanya bisa menangis saat apa yang seharusnya hanya milik suaminya direnggut paksa darinya. Bengis, liar dan gila, pria itu memperlakukan dia. Hingga di ujung percintaan menyakitkan itu, satu hantaman benda tumpul di kepala membuatnya hilang kesadaran.

"Lakukan operasi bedah plastik segera. Rubah sebagian wajahnya. Ingat, hanya sebagian saja. Kalian paham?" Pria bertubuh tinggi kekar dengan stelan jas hitam bermerek yang bicara. Dia berdiri di tepi garis jendela dengan kedua tangan masing-masing berada di saku denimnya.

"Baik, CEO."

Tiga orang pria berpakaian layaknya para dokter yang menjawab. Mereka segera meninggalkan private room rumah sakit usai diberi perintah. Sementara, pria di tepi garis jendela hanya menunjukkan smirk licik menanggapi.

"Operasi berjalan lancar. Bagaimana dengan luka di kepalanya? Rupanya, wanita itu tidak mengalami amnesia," tukas satu orang dokter saat menemui CEO di private room rumah sakit.

Pria di tepi garis jendela mencengkeram kuat gelas wine dalam genggaman. "Lakukan apa saja. Aku ingin dia melupakan masa lalunya."

Para dokter saling pandang lebih dulu sebelum menjawab. "Baik, CEO." Mereka bergegas mundur lalu meninggalkan pria di tepi garis jendela seorang diri.

"Obat itu akan membuatnya kehilangan ingatan. Dia tidak akan mengingat apa pun dari masa lalunya."

"Bagus. Itu lebih baik."

CEO tersenyum penuh misteri setelah mendengar ucapan para dokter di belakangnya. Pria itu memutar tubuhnya dengan cepat. "Apa yang kalian inginkan sebagai hadiah? Kurasa, satu unit mansion dan mobil mewah masih kurang untuk menebus jasa kalian," ucapnya.

Tiga orang dokter saling pandang dengan wajah sumbringah. "Kami ingin memiliki rumah sakit sendiri. Apakah Anda bisa berikan?" Satu orang mewakili dua rekannya untuk menjawab CEO.

Pria berparas tampan dengan balutan stelan jas hitam itu tersenyum tipis. "Hanya itu?" tanyanya dengan enteng.

"Ya, hanya itu." Para dokter menjawab.

Esok hari, saat CEO kembali ke mansion miliknya. Dia terlihat berdiri di tepi pagar balkon lantai tiga. Ponsel pintar berada dalam genggaman di dekat telinga. CEO berbincang dengan seseorang lewat sambungan telepon.

"Habisi para dokter itu. Aku tak ingin mereka membuka mulut di kemudian hari. Tak boleh ada yang tahu tentang operasi bedah plastik itu. Kamu paham?" ucapnya terdengar penuh ancaman.

"Good," ucapnya setengah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Panggilan pun terputus. Pria itu menarik seringai tipis pada sudut bibirnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Dia kelihatan berbahaya.

*

"Mulai sekarang panggil dia dengan sebutan Camila Young. Nona Muda Young, dia tunanganku yang mengalami kecelakaan mobil satu bulan yang lalu." CEO bicara pada dua orang pelayan wanita.

Mereka berdiri di dalam sebuah kamar mewah. Semua mata tertuju pada wanita yang sedang terbaring di tengah ranjang quen size di sana. Siapa dia? Mari kita cari tahu bersama.

"Di mana aku? Siapa kalian?" Wanita di tengah ranjang mulai terjaga. Wajahnya begitu cantik bak boneka barbie. Dia menatap heran pada dua orang pelayan wanita yang sedang berdiri di hadapannya.

"Syukurlah Anda sudah sadar. Anda Nona Muda Young, putri tunggal keluarga bangsawan Arezt di San Mitero." Satu orang pelayan menjawab dengan sopan dan tenang.

"Apa? Putri bangsawan?" Manik cokelat hazel itu membulat penuh. Wanita di tengah ranjang tampak sangat terkejut mendengarnya.

"Camila, kamu sudah sadar?"

Suara itu mengejutkan semua orang, terutama wanita yang sedang terduduk di tengah ranjang.

Dia menolehkan kepala ke arah pintu dengan spontan. Matanya menyipit melihat sosok tinggi yang sedang berjalan menuju padanya. Siapa pria itu? Mengapa dia menyebutnya dengan nama Camila?

"Camila, aku senang melihatmu sudah bangun dari koma," ucap pria itu setelah mendaratkan bokongnya pada tepi ranjang. Bibirnya mengulas senyum manis, menunjukkan dua lesung pipinya yang menambah kharisma tersendiri.

"Camila?" Wanita itu masih tampak kebingungan.

"Ya, kamu Camila, tunanganku. Kita akan segera menikah." Pria itu menjawab seraya meraih jemari wanita di tengah ranjang. Lagi, dia menunjukkan kedua lesung pipinya.

"Apa? Menikah?" Si wanita menatap dengan tak percaya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia sampai koma dan kehilangan ingatan? Lalu, apakah pria tampan ini benar-benar tunangannya? Dia hanya bagai kertas yang kosong saat ini.

Di tempat lain, terlihat dua orang petugas polisi yang sedang berbicara pada satu orang pria di depan pintu sebuah unit apartemen.

"Dokter forensik sudah melakukan pemeriksaan. Jenazah itu benar-benar Nona Michele Crafson, istri Anda."

"Tidak mungkin! Aku tak percaya semua ini. Kalian pasti salah! Michele tak mungkin sudah tiada!"

"Kondisi jenazah memang sudah rusak karena ledakan mobil. Namun, semua hasil pemeriksaan menujukkan jika jenazah mengenaskan itu adalah istri Anda."

Leo, tampak sangat shock mendengar penuturan para petugas polisi yang menemuinya sore itu. Sudah dua bulan istrinya menghilang. Kabar jenazah mengenaskan itu benar-benar membuatnya sangat hancur karena kehilangan istri tercintanya.

"Dia pasti sangat terpukul melihat istrinya mati mengenaskan begitu."

"Ya, aku dengar mereka baru menikah tiga bulan."

Dua orang polisi hanya memandang iba pada Leo yang sedang menangisi jenazah istrinya di kamar mayat suatu rumah sakit. Pria itu meraung dan memaki dirinya atas kematian Michele yang mengenaskan.

"Aku turut berduka cita atas kematian istrimu. Dia wanita yang baik, Tuhan memanggilnya dengan cepat. Iklaskan dia."

Jose Alexander Gold, CEO perusahaan international terbesar di kota San Mitero. Dia datang menghadiri prosesi pemakaman Michele pagi itu. Leo merupakan junior bodyguard yang bekerja pada organisasi elit miliknya.

Sebagai bos yang baik, dia sudah menunda banyak jadwal hanya untuk berbela sungkawa.

"Terima kasih, CEO." Hanya itu yang Leo ucapkan. Wajahnya benar-benar sedih dan putus asa.

Jose hanya mengangguk pelan menanggapi. Ditepuk satu bahu Leo sebelum dia melenggang pergi meninggalkan pemakaman.

Payung hitam yang dipegang seorang bodyguard melindungi Jose dari gerimis yang mulai turun. Mereka berjalan menuju mobil Mercedes Benz C Class di sana.

"Istirahatlah, Michele." Leo berjongkok di samping makan. Dipandangi potret istrinya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia benar-benar tak percaya. Mengapa Michele begitu cepat meninggalkan dirinya. Bahkan di saat pernikahan mereka sedang hangat-hangatnya.

"Anda melakukan hal yang begitu luar biasa, CEO. Pria bodoh itu bahkan tak menyadarinya." Pria yang duduk di depan kemudi mobil yang bicara. Matanya menatap pada siluet pria di bangku tengah mobil.

Jose menoleh pada jendela mobil. Dipandangi sesaat Leo yang sedang berjongkok di samping makam Michele. "Dia cuma orang biasa, mana bisa melawan kekuasaan bangsawan Alexander Gold," ucapnya lalu tersenyum remeh.

Mobil mewah itu segera dilajukan meninggalkan area pemakaman. Hujan mulai turun. Leo tetap tinggal di samping makan Michele. Persetan semua orang sudah meninggalkan dia. Tubuhnya sudah basah kuyup karena curah hujan yang deras. Pria itu sedang menunjukkan pada istrinya, betapa dia sangat kehilangan.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY