img Bergairah Setelah Disakiti  /  Bab 2 Disakti 2 | 8.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Disakti 2

Jumlah Kata:1767    |    Dirilis Pada: 22/11/2023

a,” puji Fathan saat dia suda

” tanya A

asih uang bensin aja nol

atanya sering pinjam uang sama dia. Tapi anaknya memang sedehana dan gak banyak ti

Ma.” Fathan makin senang hatinya karena s

emburu aja,” balas Aida mencoba meman

s cemburu sih? Lagian kan di kampung ada ibu dan bapak yang ngawasin kalian,

Fathan, sukses membuat Aida terkapar dalam amukan birahinya. Aida tak menduga suaminya kan memberikan layanana sebegitu hebtanya, padahal sudah lebi

ada halangan berarti yang dirasakan dalam membangun rumah tangga yang harmonis samawa dengan

a hampir setahun. Kebahagiaan dia sebagai seorang perempuan juga sebagai istri semakin lengkap dengan kehadiran a

ar idaman semua istri. Seorang lelaki yang sangat bertanggung jawab sebagai keluarga yang sempurna. Fathan begitu per

angun kost-kostan di samping rumah mereka. Pekarangan yang dulunya hanya ditumbuhi semak belukar, berganti menjadi sebuah banguna

ndidikan tingkat tinggi dengan banyak kampusnya, kost-kost itu mereka dengan mudah memiliki penghuni. Lingkun

terutama di atas ranjang. Awalnya kehidupan ranjang mereka baik-baik saja, bisa saling memuaskan dan saling memberikan pelayanan terb

h memiliki gairah dan libido tinggi, tentu sangat tersiksa dengan keadaan demikian. Bahkan tak jarang dia harus menahan

Setelah itu dia tidur mendengkur, tanpa mempedulikan lagi bagaimana tersiksanya perasaan Aida. Persetubuhan yang terkesan apa adanya

dengan dirinya. Atau apakah Aida yang telah berubah tidak cantik lagi setelah melahirkan anak pertamanya? Dengan keny

a dengannya, Aida masih termasuk ibu muda yang segar dan sintal, mungkin karena baru punya anak s

sangat memesona seperti yang sering disampaikan banyak orang. Memang bentuk tubuhnya tidak selangsing saat dia masih be

kses membuatnya terkapar tak berdaya, tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tiada batas. Hingga

sanakan dinas luar, namun alasa karena tidak mau mengantarnya pulang kampung. Atau memang sudah ada janji dengan selingkuhanny

*

h segar. Ricko sudah duduk di angkot tua yang akan membawanya ke kampus. Mobil buatan Nippon itu pasti

dengan map-map bututnya. Sang sopir masih berteriak-teriak mengundang penumpang. Suaranya lantang sekal

ampir penuh, tetapi sang sopir sepertinya masih menganggap kosong. Sementara para penumpang mulai menggerutu. Ricko melirik la

ndekat. Sang sopir yang ceking menyambutnya dengan penuh semangat, mencoba mem

atu ruang saja. Itu pun untuk penumpang berbadan sedang. Akibatnya, penumpang yang lain terhimpit satu sama

Gerakannya tersendat-sendat, membuat para penumpang terhenyak-henyak saling berbenturan. Lalu, kesialan Ricko pa

, untung jalan agak menurun. Tetapi, walau dicoba berkali-kali, dan walau Ricko sudah berpeluh, angkot itu tetap ngadat. Akhirnya sa

mang sed

k SD dan si ibu gemuk. Sementara waktu cepat berlalu dan Ricko kini tahu bahwa dia pasti akan terlambat untuk kuliah pertamanya.

da satu angkot tampak di kejauhan menuju ke arahnya. Angkot itu berhenti dan m

tih berhenti tepat di depannya. Ricko menepi kembali karena menyangka mobil itu akan parkir. Tetapi ternyata

gelap. ‘Apakah pembawa mobil ini salah seorang temanku?’ ucap Ricko

ah menyembul. Tentu saja itu kepala Feby, gadis kecil putri kesayangan

jika mobil yang ada di depannya a

ramah walau masih a

i arah pengendara mobil. Ricko maju mendekat dan

dikit gelagapan tak menduga akan bertemu den

ida ramah dan Feby pun ikut memak

nyebarkan harum semerbak. Mobil pun segera melaju di antara puluhan angkot yang jalan

urusan apa?” tanya Aida sam

Bu,” jawab

a spion, betapa manisnya senyum ibu kostnya itu. Ricko benar-benar tak menduga jka kesialan

bersama dengan ibu kost dan anak lucunya, namun juga belum pernah

si kecil Feby dengan cadelnya, sambi

“Feby mau sekolah

api…tapi…. tapi, gak cuka cek

ra kaget. “Karena gak boleh bawa k

baran menutup keningnya. Ricko senang sekali melihat gad

ing?” Ricko kembali bertanya seraya menahan gemas, ha

ulu cuka cama donal bebek!” tu

a kecil. Oh, merdu sekali tawa itu, pikir Ricko. Sebuah tawa c

an senang hati menimpalinya. Aida sendiri tidak begitu banyak b

ajah Aida yang menatap lurus ke depan mengawasi lalu-lintas.

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY