a di atas bumi kembali. Dia turun dari atas dahan pohon setelah Taraksi dan Tara
un dengan congkaknya. "Memangnya kau berani mengat
ati, kami takut?" Taraksi menimpali. "Jangan mentang-mentang kau sekarang sudah jadi senapa
rahanku! Kalian tak perlu mengungkit-ungkit masa
u mau apa?" tanya Ta
b dulu sebel
aka kami yang berhak bertanya dan menjawab jawaban lebih du
dudukan yang disandangnya membuatnya harus lebih bisa mengendalikan diri. Lain dibanding dulu, sewaktu masih jadi perampok. Dia jadi perampok karena ikut
lah tiada itu adalah adik satu-satunya. Maka meledaklah kemarannya. Dia habisi seluruh teman-temannya yang ikut andil dalam pe
was akibat bertarung melawan segerombolan perampok anak buah Taraksi dan Taragun. Prajurit yang ditolong Pani
nya untuk menumpas berbagai perampokan di wilayah Bumitaru. Keberhasilan Panibas tidak lepas dari pengalaman Panibas di masa lalu sebagai perampok. Karena jasa-
u diam saja?" tanya Tara
sahut
kan macam itu digunakan seseorang untuk memancing kemarahan lawan. Bila lawan marah, m
alah Taraksi dan Taragun. Mereka akan mudah menundukkan lawan ya
bahwa aku adalah senapati yang tugasnya menumpas setiap perampok. Karena kalian adalah perampok yang selalu merugikan rakyat, maka kalian s
ah. Dia melirik ke arah Taragun. "Kau tidak mungkin bisa menumpas
tangan kanan untuk merobek wajah lawan. Sedangkan Taragun melesat dengan tubuh
a untuk menangkis serangan lawan. Tangan kanan untuk menangkis pukulan Taraksi, tangan kiri untuk mematahka
n yang dia pandang memiliki ilmu silat lebih tinggi dibandingkan istrinya. Panibas mencecar Taragun dengan kombinas
menyambar wajah bagian kanan Taragun. Tubuh pendekar itu terpelantin
uru-buru Taraksi menyerang secara membabi buta. Dia menggunakan jurus ri
uk merobek lawan begitu cepat. Panibas. Jadi ngeri juga menghadapi serangan lawan. Beberapa kali pergelangan tanganny
an Taragun. Dengan demikian perhitungan Panibas keliru sejak semula. Dulu ilmu silat Taragun memang luar b
bekas cakaran tiga jari melintang di dadanya. Darah sedikit keluar, pedih dirasaka
kiri dengan menggunakan senjatanya. Panah berantai. Untung saja Panibas masih sempat berkelit dengan me
ai di tangan diputar memutar. Ujung panah Taragun siap menggores dada Panibas dari arah sampin
panah berantainya untuk memburu lawan. Taraksi melemparkan panahnya ke arah lambung lawan yang se
nibas bersalto ke belakang beberapa kali. Kemudian tu
t! Dh
ksi. Pohon ambruk, bersamaan pula Taraksi menarik kembali ujung panahnya. Bersamaan pula melentingnya
*