dari Orang ini Tuan,” Abdi seraya mengulurkan jari telunjuknya pada or
meraih dagu orang tersebut. “Katakan padaku apa Madona tahu soal perekaman aktivitas malam itu?” dengan kasar Ardan men
a ia tidak membuka suara, “Ayo katakan apa kau tuli
kan Tuan? Saya sama sekali
ebut, hingga ucapannya kembali terpotong. “Ayo mengakulah? Kat
pun, ia tidak memberinya kesempatan untuk berbohong. “
tu turut serta dalam rencana ini,” dengan
ia ini memang bedebah!” ujar Abdi sambil ber
berbagai pukulan pada pria itu. “Berani sekali kau menjebakku, nama bai
BUGH
hampir mati jika tidak di halangi oleh Abdi. “Cukup Tuan! Jangan
ancurkan nama baikku!” amuk Ardan mencoba mel
tuk saat ini,” Abdi semakin me
“Kau ini Anak buahku jangan bertindak bodoh, lepas
melepaskan pegangan tangannya, “Maafkan atas ke
lancang Abdi!” Ardan segera bergerak mengayunkan kakinya meninggalkan ruangannya, dan memerintah Abdi. “L
i segera melakuk
ebarluaskan video asusila bosnya itu, dan memenjarakan pria be
itu pun segera menyeret paksa pria d
jara.” Pria itu mengamuk, bahkan meronta untu
sempurna, dan gigi geraham merekat hebat
a ampun. Sosok itu mengiba namun tetap saja Ab
elah memasukkan pria itu ke dalam mobilnya. Ent
nnya itu pergi, Abdi pun lant
jalankan pekerjaannya sebagai pengacara kondang, yang kerap wara-wiri ke berbagai media kaca. Namun kini harus menghadapi sebuah kasus yang sangat besar s
bos besar itu, dan meletakkan pantatnya di so
ar kursi goyangnya itu. “Aku mau kau menghendel semu
inan tuannya itu. “Anda mau ke mana Tuan?” Abdi lant
stennya itu. Kali ini Ardan tidak memberitahu urusan pribad
’ batinnya terus menatap Ardan yang
*
a sedikit. Pria-pria hidung belang berdatangan menjajal semua
mpu malam itu. Sosok pria itu turun dari dalam mobilnya, dia adalah Ardan Argantara
emua menggoda bahkan memohon agar Ardan menyewa mereka. Namun, ke datangan Ardan ke tempat ini
engar menggema di setiap ruangan, dan membuat
u, ia lebih memilih menyambut Ardan. “Saya sangat sen
n jalang itu?” Ardan melirik pada Sandra. Samb
tar Sandra menjawa
menggigit bibir bawahnya, ia sangat gug
kau panggil Madona sekar
ergegas menemui Madona yang saat ini ma
dur di depan pintu kamar putrinya. Sandra pun lantas membangu
ya, ia pun tidak senga
, dan meminta pada Sandra untu
hukum dia lagi, kasihanilah di
ka pintu ini!” ketus Sandra menying
terjatuh ke lantai,
sementara di dalam kamarnya, ia menatap
tas menole