iapkan sejak sore kini mendingin, dibiarkan tak tersentuh. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam, dan Adrian belum juga pulang.
ntung sembarangan di lengannya. Matanya tampak lelah, lingkaran hitam menghiasi wajahnya. "Maaf, aku telat lagi," ucapnya d
nahan nada suaranya agar tidak terdengar m
as. "Maaf, sayang. Aku terlalu lelah. Besok saja, ya?" Jawabanny
hatian tanpa batas, kini seperti orang asing yang hanya sekilas melewati kehidupannya. Nayla me
di penyebab Adrian berubah? Ataukah ada sesuatu yang lain yang Adrian sembunyikan darinya? Rasa tidak a
ia memutuskan untuk membuat kejutan kecil. Dia mengenakan gaun merah yang pernah menjadi favorit Adrian, melukis bibirnya dengan war
i di tengah ruang tamu dengan senyum terbaiknya. "Aku
pelukannya, Adrian hanya menatap Nayla dengan ekspresi kosong. "Maaf, Nayla. Aku sangat
a, cintanya, semua tampak sia-sia. Adrian terus menjau
bungan mereka. Apakah ini adalah hal yang wajar dalam pernikahan? Apakah semua pasangan
malam hari, pesan singkat yang selalu dibalas Adrian dengan wajah serius, dan senyum samar yang sering muncul di wajahnya ketika
a "Risa" muncul di layar. Nayla merasa seperti dunia berhenti sejenak. Siapa Risa? Apa
dari kamar mandi. "Ada apa?" tanyanya sambil mengambil ponsel dari meja, l
rian adalah segalanya, dan dia tidak ingin merusak apa yang telah mereka bangun bersama. Namun, di balik seny
an mengetik di ruang kerjanya. Dia bertanya-tanya, apakah dia harus mempercayai kata-ka
pria yang selalu ia cintai, tetapi apakah cinta itu cukup untuk men
i semua ini. Namun, di sudut hatinya, ada rasa takut yang perlahan tumbuh. Takut bahwa
. Dia membuat sarapan istimewa di pagi hari, menyelipkan catatan kecil di dalam tas kerja Adrian, dan menyiapkan makan malam romantis. Tetapi usaha itu hanya terasa s
inding. Wajah Adrian dalam foto itu tampak penuh cinta dan harapan. "Ke mana perginya semua itu?" pikir Nayla dalam hati. Air mata men
salah di antara mereka, Adrian selalu memotong pembicaraan dengan alasan terlalu lelah atau tidak ingin memperburuk suasana. "Kita ba
kunjungi saat kuliah. Alia mendengarkan dengan penuh perhatian saat Nayla menceritakan semua yang ia rasakan. "Aku takut kehi
i berusaha sendirian. Hubungan itu bukan tentang satu orang yang terus mencoba, tapi tentang
yang terlalu keras berusaha? Apakah Adrian juga merasakan hal yang sama atau justru sudah menyerah tanpa mengat
n. "Adrian, aku merasa kita semakin jauh. Aku butuh kamu. Kita
Nayla. Tapi aku juga sedang banyak tekanan di kantor. Tolong, ber
tidur dengan pikiran yang tidak tenang, sementara Adrian sering kali tetap terjaga di ruang kerjany
asa berhenti. Dia tidak tahu harus berkata apa, tetapi dia juga tidak ingin langsung menuduh Adrian tan
hwa dia tidak bisa lagi berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang besar, dan Nayla tahu bahwa dia tidak bisa menghadapiny
il di hati Nayla. Tetapi meskipun begitu, Nayla masih menggenggam harapan. Cinta yang mereka miliki selama ini terlalu besar untuk diaba